Tentang ‘RADIOHEAD’

Radiohead Bukan Hanya Sekedar Band. Karena perlu lebih dari sekedar mendengarkan lagunya untuk bisa memahami musiknya.

Review Album Noah “Seperti Seharusnya”

Album “Seperti Seharusnya” ini seakan menjawab semua pertanyaan yang ada selama masa hiatus mereka dari industri musik Indonesia. Sekaligus sebagai hadiah bagi semua sahabat yang telah lama menantikan karya-karya mereka.

Cerpen: Aku, Kamu dan Hujan

"Hujanpun tak lagi turun disini seakan tak mengizinkan kami untuk bertemu lagi seperti dulu. Hari-hari begitu kelam terasa"

Lagu yang Berkesan Selama 2012

Lagu pada dasarnya bukan hanya untuk sekedar didengarkan. Kadang ada lagu yang berkesan dalam kehidupan saat ada moment-moment tersendiri dalam hidup kita.

Tentang Film Animasi di Tahun 2012

Dibalik kesederhanaan cerita, tema atau apapun, film animasi ternyata menyajikan banyak pesan tersirat, sarat akan makna dan banyak hal yang bisa kita ambil dari apa yang disampaikan dari kesederhanaan yang diungkap dalam film animasi.

Monday, December 9, 2013

Tentang Film ‘The Hunger Games: Catching Fire’

 
“If you die, and I live, I'd have nothing. Nobody else that I care about” – Peeta Melark

Tahun 2012 lalu, awalnya saya tidak begitu tertarik dengan ‘The Hunger Games’. Pasalnya film ini sering kali dibandingkan dengan ‘Twilight’, sehingga interpretasi saya pada film ini luntur. Maklum saya kurang begitu tertarik sama film-film bertipe seperti ‘Twilight’ begitu. Tapi setelah saya cari tahu lebih jauh dan tahu premis ceritanya (Yes, I Love It!). Apalagi melihat beberapa review yang positif + plus pendapatan box-office-nya yang cukup gila. Tanpa basa basi saya menonton film ini dan hasilnya, cukup MEMUASKAN!
‘The Hunger Games: Catching Fire’ masih melanjutkan kisah pertamanya. Dimana Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) dan Peeta Melark (Josh Hutcherson) yang memenangkan pertandingan The Hunger Games ke-74 melakukan tur kemenenangan mereka pada semua distrik di Panem. Sejatinya hal itu jadi hal yang menyenangkan, tapi tidak bagi Katniss dan Peeta. Mereka berdua mengalami pergolakan batin yang amat sangat rumit. Kisah cinta palsu dan kebohongan-kebohongan yang mereka buat akan membuat kehidupan di Panem menjadi lebih baik dan normal, ternyata tidak. Pemberontakan-pemberontakan rakyat pada Capitol malah semakin menjadi. Presiden Snow (Donald Sutherland) yang sadar akan hal ini, berupaya menyingkirkan Katniss yang ia anggap sebagai ancaman terbesar yang akan menggulingkan kekuasannya. Dengan bantuan gamemaker baru Plutarch Heavensbee (Phillip Seymour Hoffman), presiden Snow akhirnya melanjutkan seri ke-75 The Hunger Games yang bertajuk Quarter Quell. Quarter Quell ini terasa istimewa karena mengumpulkan semua pemenang-pemenang dari seri The Hunger Games sebelumnya dan membuat game kali ini menjadi lebih mematikan.
Perpindahan sutradara dari Gary Ross ke tangan Francis Lawrence (Constantine, I Am Legend) dan penulisan naskah yang digarap dua penulis kelas oscar Simon Beaufoy (Slumdog Millionaire, 127 Hours) dan Michael Arndt (Little Miss Sunshine, Toy Story 3) sepertinya memberi banyak dampak signifikan pada THGCF. Dari tangan-tangan mereka THGCF dibawa ke tingkatan yang lebih tinggi dari sebelumnya. THGCF mampu tampil lebih kuat dari pendahulunya, seakan menepis sebuah stigma bahwasanya sebuah sekuel tidak akan lebih baik dari film pertamanya.


Di film pertamanya yang lebih menekankan pada kisah survival-nya Katniss, THGCF memberi gaya penceritaan yang lebih kompleks. Banyak hal yang diungkap disini. Intrik-intrik politik dan sosial diungkap lebih dalam. Hampir separuh film berkutat disini. And I like it. Kisah cinta segitiga Katniss, Peeta dan Gale (Liam Hemsworth) mendapat porsi lebih tapi juga tidak berlebihan (walaupun scene kissing-nya berlebihan). Terlebih lagi karena jalinan romansa ini bukan hanya sekedar pemanis tapi justru jadi salah satu elemen penting dan berkesinambungan dengan cerita yang semakin membuat film tampil lebih emosional. Adegan aksi yang berbalut sinematografi indah arahan Joe Willems juga tampil begitu memukau. Walaupun sebagai film bunuh-bunuhan hampir tidak ada adegan yang bisa dibilang brutal atau sadis. Tapi itu bukanlah masalah, karena THGCF jauh lebih dari itu.
Menilik pada departemen cast-nya, semua actor dan actrees bermain apik sesuai porsinya. Ditambah karakter-karakter pendukung yang mendapat ruang lebih banyak untuk mendalami karakter yang mereka mainkan sebelumnya. Dan ngomongin departemen casting, tentu tak bisa lepas dari bintang utama film ini, Jennifer Lawrence. Dan lagi-lagi Jennifer Lawrence tampil gemilang layaknya seorang bintang. Cool. Apalagi karakter Katniss terasa lebih humanis dan manusiawi disini. Sosok wanita yang terkadang rapuh menghadapi berbagai permasalahan walaupun dari luar terlihat kuat.
Overall, sebagai sebuah sekuel THGCF mampu tampil lebih baik dari sebelumnya. Walaupun terlihat seperti pengulangan dari film pertamanya, formula THGCF tetap tampil memikat dengan berbagai elemen dan rasa baru yang dihadirkan disini. Lebih kaya, padat dan berisi. Francis Lawrence berhasil membuat THGCF sebagai jembatan perantara sebelum bagian final yang tampil kuat diberbagai sisi. Lawrence juga berhasil memvisualisasikan novel Suzanne Collins ini menjadi sebuah presentasi hiburan yang berbobot. Tampil meriah dengan joke-joke ringan, kejutan-kejutan yang intens dan tensi ketegangan yang terjaga sepanjang durasi film. Menyentuh penonton secara emosi. Dan tanpa sadar bahwa film sepanjang dua jam lebih itu telah selesai.
So, see you in Mockingjay!

Sunday, November 17, 2013

Sweet Moments In Animation Movie



Moment-moment manis dan indah sering sekali dijumpai pada film-film bergenre drama romantis. Banyak moment manis yang berkesan dan memorable bagi penontonnya. Saking manisnya, sebagai penonton terkadang moment tersebut ingin sekali ada di kehidupan nyata. Satu moment saja... Dan moment manis dan indah ini tidak hanya milik film drama romantis saja, film animasipun juga punya yang seperti itu. Bahkan tak kalah manisnya sama film-film drama romantis itu sendiri.
Up
Moment paling manis sekaligus mengharukan di film ini. Scene tanpa dialog antara Carl & Ellie setelah mereka menikah. Kisah perjalanan dua sejoli dalam membina rumah tangga lengkap dengan segala bumbu-bumbunya. Sampai mereka menua dan salah satunya pergi meninggalkan dirinya yang lain. Romansa dengan segala suka dan duka, impian mereka, semuanya bergulir indah dalam balutan musik Michael Giacchino yang indah dan memorable.


 Wall-E
Tak hanya manusia, robotpun punya perasaan. Wall-E dan Eve contohnya. Entah apa namanya, tapi mereka berdua punya nuansa romansa yang kental di film ini. Ikatan emosional akan sebuah rasa antara robot yang berbeda jenis, yang satu pembersih sampah, satunya lagi peneliti. Mungkin ini memang film romantis tapi versi robot. Moment paling manis adalah saat Wall-E dan Eve (yang tak sadarkan diri) menatap langit senja. Wall-E memegang tangan Eve dan menuliskan nama mereka berdua dalam bulatan cinta.


Planes
Moment ini mungkin klasik, di film-film drama romantis formula ini sudah banyak dilakukan. Membuat seseorang yang kita suka terkesan dengan bernyanyi didepan rumah orang yang kita suka. Tapi hal ini tetap manis ketika dilakukan sebuah pesawat terbang yang sedang jatuh cinta. Tambah indah dengan iringan musik latin yang lembut . Low and slow.


How To Train Your Dragon
Mungkin ini tak akan pernah terjadi didunia nyata. Menunggangi seekor naga, berkeliling mengitari dunia dengan segala keindahannya. Semakin indah dan manis karena ditemani seseorang. 


Wreck-It Ralph
Cinta itu memang tak pandang bulu. Perbedaan apapun kalau sudah diikat sama rasa cinta, semuanya jadi tak berarti lagi. Calhoun seorang tentara wanita yang berwatak keras dan kuat tak bisa mengingakri perasaan dalam hatinya pada seorang pria kecil yang berbeda dengannya, Felix. Sweet moment-nya adalah mereka berdua terjebak dalam nesquicksand, kemudian bergelantungan pada tanaman, saling pandang, dalam, yang langsung diartikan tanaman merambat dengan membuat sebuah bentuk cinta disekeliling mereka berdua.




Yang Saya Keluhkan Dari ‘Social Media’



‘Social Media’ bukanlah sebuah hal yang aneh dan baru di dunia manusia saat ini. Bahkan sekarang, semakin banyak saja jenis ‘Social Media’ yang ada. Penggunanya? Sudah tak diragukan lagi. BANYAK!
Pencetus atau orang yang membuat ‘Social Media’ pada awalnya mungkin mempunyai tujuan yang baik salah satunya mungkin, agar jarak yang jauh tak lagi jadi masalah untuk orang saling terhubung. Tapi faktanya, sesuatu yang ada didunia ini tentunya memiliki 2 (dua) unsur yang tak akan bisa dipisahkan. Sepertinya halnya magnet, ‘Social Media’-pun punya sisi positif dan negatifnya.
Ada banyak cara orang menggunakan ‘Social Media’. Semuanya itu mencerminkan karakter manusia sendiri yang memang sudah banyak dan beragam. Tak ada salahnya memang menggunakan ‘Social Media’ itu dengan cara apa atau mau nulis apa. Yang terpenting kan tidak melanggar hukum.
Menurut sebuah sumber, jika diperhatikan, memang semakin kesini pengguna ‘Social Media’ ini sudah mengalami pergeseran makna penggunaan dari yang seharusnya. Dan kadang hal itu menjadi bahan pemikiran tersendiri bagi saya. Dengan kata lain, saya mengeluhkannya.

Kenapa harus mengeluh soal kehidupan di ‘Social Media’?
Saya suka bingung, kenapa orang-orang harus selalu menumpahkan semua keluh kesah hidupnya di ‘Social Media’. Hal ini sebenarnya tidak begitu mengganggu buat saya walaupun terkadang bikin risih juga. Sesekali mungkin wajar tapi kalau terus-terusan ngeluh, apakah ini wajar? Memang dengan begitu semua permasalahan hidup selesai seketika? Tidak kan? Lalu kenapa tidak cari solusi konkret dan pasti saja? Daripada harus ngeluh di ‘Social Media’. Masalah ‘kan memang akan selalu ada selama manusia itu masih hidup. Jadi, tak harus setiap keluh kesah hidup kita tumpahkan di ‘Social Media’, karena buat apa? Demi mendapat simpati banyak orang?

Kenapa harus berdo’a di ‘Social Media’?
Ini yang menurut saya parah, orang yang berdo’a di ‘Social Media’. Kenapa ya? Padahal menurut saya berdo’a adalah sebuah ritual sakral dan sangat pribadi. Sifatnyapun private. Memang harus ya do’a kita diketahui sama semua orang? Bukankah berdo’a itu urusan manusia sama Tuhan-nya? ‘Social Media’-kan bukan Tuhan. Jadi, kenapa harus menuliskan barisan doa’a di ‘Social Media’? Lebih baik, kita bangun di malam hari, bersihkan diri kita, bersimpuh dan bersujud di hadapan-Nya, sampaikanlah semua keluh kesah hidup dan keinginan kita pada-Nya. Disanalah kita berdo’a dan memang seharusnya begitu. Bukan di ‘Social Media’.

Kenapa harus nyindir orang di ‘Social Media’?
Ini yang paling saya benci. Nyindir orang di ‘Social Media’ padahal dalam kehidupan nyata dia itu kenal. Bukan apa-apa, gak penting banget, sumpah! Ya, dalam beberapa kesempatan memang ada tulisan di ‘Social Media’ itu dibuat untuk nyindir seseorang dengan alasan tertentu. Entah karena kesal atau apa. Buat saya, kenapa harus ditulis di ‘Social Media’? Kenapa tidak bilang saja langsung? Siapa tahu itu cuma salah paham. Kalau ditulis di ‘Social Media’, berapa banyak orang yang lihat tulisan tersebut? Apa tanggapan mereka? Belum lagi, kalau ada orang yang gak tahu apa-apa ikut-ikutan komentar. Ujung-ujungnya nanti malah ngomongin aib orang lain. Bukankah ngomongin orang itu tidak baik? Apalagi ini yang diomongin kejelekannya. Mending kalau orang disindir itu gak nanggepin, kalau ikutan komentar bisa jadi ribut, berantem dsb. Itu ‘kan bukan perbuatan yang baik. Lebih baik ngomong langsung sama orangnya. Komunikasikan saja apa yang mengganjal tentang sikap seseorang. Karena bisa saja hal itu cuma prasangka buruk ketika itu saja, ketika diobrolkan bisa jadi semua itu salah. Dan dengan bicara langsung dan ngobrol baik-baik permasalahan bisa selesai. Itu ‘kan jauh lebih baik.

Pada akhirnya, semua memang kembali lagi pada diri masing-masing, bagaimana cara kita menggunakan ‘Social Media’ tersebut. Pada dasarnya memang tak ada kriteria khusus mengenai cara mengisi atau apa yang harus diisi pada kotak ‘What’s on your mind?’, ‘What happened?’ atau yang lainnya. Semua orang bebas menuliskan apa saja yang dia mau. Tapi sebagai pengguna, kita juga harus tahu apa yang dirasa baik dan pantas untuk diisi di kotak tersebut. Harus pandai memilih dan memilah hal apa saja yang memang harus dibagi di ‘Social Media’ dengan pengguna lainnya.