Postingan
kali ini merupakan hasil tugas saya pada mata kuliah Media Pembelajaran. Bentuk tugasnya merupakan rangkuman/ringkasanan buku yang isinya tentang media pembelajaran dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Buku yang saya pilih untuk dirangkum dalam tugas ini adalah sebuah buku berjudul Media Pengajaran
karya Basuki Wibawa & Farida Mukti tahun 1992.
Yang saya rangkum dari buku ini hanya bab
1 & 2 saja, karena sisanya teman saya yang merangkumnya. Dan berikut tugas
pertama mata kuliah ini yang langsung saya copy-paste dari word yang telah saya
buat sebelumnya.
Deskripsi Buku
Judul Buku : Media Pengajaran
Pengarang : Basuki Wibawa & Farida Mukti
Tahun : 1992
BAB I PENDAHULUAN
Pada
dasarnya untuk bisa menggunakan media pembelajaran, seorang guru harus memahami
latar belakang pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. Dengan demikian
seorang guru dapat memilih dan menggunakan media tersebut untuk membantu proses
pembelajaran.
Keberhasilan
kegiatan belajar siswa dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1.
Verbalisme
Hal ini terjadi apabila guru terlalu
banyak menggunakan kata-kata dalam isi pelajaran, memberikan contoh dan
ilustrasi yang diperlukan. Situasi tersebut dapat mengganggu konsentrasi
belajar siswa, apabila penggunaan kata-kata tersebut masih asing di telinga siswa.
Karena tidak semua siswa mempunyai tingkat kemahiran kosakata yang sama.
Apabila guru kurang memahami keadaan seperti ini dan meneruskan menyajikan
materi secara verbal maka siswa akan menjadi cepat bosan dengan materi
tersebut. Situasi seperti ini dapat dicegah apabila guru terlebih dulu
mempelajari keadaan siswa dan menggunakan media lain seperti gambar untuk
menjelaskan ilustrasi yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja.
2.
Kekacauan
makna
Kekacauan makna terjadi apabila
siswa salah menafsirkan maksud dari sebuah meteri yang diajarkan seorang guru.
Hal ini bisa jadi membuat proses pembelajaran sedikit terhambat. Kesulitan
belajar bertambah besar bila siswa tersebut merupakan seorang yang pemalu dan
tidak punya keberanian bertanya pada guru. Bila situasi ini terjadi maka makna
yang keliru dari konsep akan terus terbawa dalam jangka waktu yang lama. Untuk
itu, pemanfaatan media ini dapat membantu guru dalam proses pembelajaran.
3.
Kegemaran
berangan-angan
Didalam sebuah kelas kadang ada satu
atau dua siswa yang tampak tenang memperhatikan pelajaran tapi kadang mereka
suka hilang konsentrasi belajarnya, karena mereka mengangakan sesuatu hal. Hal
ini juga mampu menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, media
pembelajaran dapat berfungsi untuk memberi penyajian pelajaran dan menciptakan
suasan belajar yang menarik.
4.
Persepsi
yang kurang tepat
Proses pemahaman serta persepsi
siswa yang kurang tepat terhadap sebuah objek pelajaran dapat dipengaruhi latar
belakang pengalaman, pengetahuan dan tingkat kemahiran kosakata. Untuk
mengatasi hal ini, pemanfaatan media sangat membantu. Karena media membpunyai
kelebihan secara teknis, mampu menyajikan suatu peristiwa secara terpadu atau
menyajikan konsep secara utuh dan benar.
Proses belajar-mengajar sebagai
proses komunikasi
Proses belajar-mengajar bisa juga
disebut proses komunikasi. Dan layaknya proses komunikasi, guru berperan
sebagai sumber pesan, dan siswa berperan sebagai penerima pesan. Sebagai sumber
pesan, guru perlu mengolah informasi supaya dapat diterima dengan baik oleh
siswanya. Ia harus mengubah isi pesan yang bersumber dari kurikulum menjadi hal
yang dapat dimengerti siswa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan
siswanya. Sebagai penerima pesan, siswa bertugas menafsirkan pesan pelajaran
sesuai dengan yang dimaksud guru.
Pada prakteknya, komunikasi dalam
pembelajaran ini tidak hanya berjalan hanya guru sebagai sumber pesan melainkan
bisa sebaliknya. yaitu disaat siswa memberi tanggapan, menjawab pertanyaan dsb.
Sehingga komunikasi ini terjadi dalam dua arah yang membuat aktivitas dikelas
menjadi semakin variatif dan hal ini dapat membuat kualitas belajar menjadi
semakin baik.
Dalam hal ini, media dapat membantu
guru dalam menyampaikan pesannya. Media yang dirancang dengan baik dapat
menentukan keberhasilan siswa dalam menangkap pesan yang disampaikan oleh
seorang guru.
Pengertian
media pengajaran
Mc Luhan, media adalah semua saluran
pesan yang dapat digunakan sebagai saran komunikasi dari seseorang ke orang lain
yang tidak ada dihadapannya. Meliputi surat, televisi, fil, dan telepon.
Romizowski, media adalah pembawa
pesan yang berasal suatu sumber pesan kepada penerima pesan. Dalam proses
belajar mengajar, sumber pesan adalah guru sedangkan penerima pesan adalah
siswa. Siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan inderanya untuk menerima
informasi atau pesan. Pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum
yang disampaikan guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin
harus dirancang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada
siswa.
Peran
dan kegunaan media
Media dalam proses pembelajaran
dapat digunakan dalam dua arah cara, yaitu sebagai alat bantu mengajar (dependent media) dan sebagai media
belajar siswa yang dapat digunakan oleh siswa itu sendiri (independent media). Sebagai alat bantu, efektivitas media itu
sangat tergantung pada cara dan kemampuan guru yang memakainya. Sedangkan untuk
media yang dipakai oleh siswa dirancang, dikembangakan dan diproduksi secara sistematik
serta dapat menentukan informasi secara terarah untuk mencapai tujuan
instruksional tertentu.
Media
dapat membantu guru memberikan informasi lebih baik:
1. Media
mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata
biasa.
2. Media
dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang.
3.
Dapat
mewakili objek yang besar yang tak dapat
dibawa ke dalam kelas.
4.
Objek
yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model yang disederhanakan.
5.
Media
dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.
BAB II PENGENALAN DIRI SISWA DAN
EFEKTIVITAS MEDIA
Pemberian
pengalaman belajar atau penyampaian pesan pengajaran dari sumber belajar kepada
siswa seharusnya melalui media yang tepat. Agar media tersebut efektif
penggunaannya dan dapat mengurangi distorsi informasi dari sumber ke penerima
pesan. Namun media pengajaran yang efektif untuk kelompok A belum tentu efektif
untuk kelompok B. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mengenali karakteristik
siswa yang menjadi sasaran program media akan sangat membantu pemilihan dan
penggunaan media secara efektif.
Mengenal karakteristik
siswa
Dalam
kegiatan pembelajaran, media digunakan untuk membantu siswa mempelajarai objek,
suara, proses, peristiwa atau lingkungan yang sulit dihadirkan ke dalam kelas.
Dari hal itu siswa diharapkan mampu memperoleh persepsi yang tepat yang dapat
berpengaruh terhadap pemahaman siswa.
Pemanfaatan
media pengajaran dapat membantu guru maka pemilihannya harus memperhatikan:
1.
Kesesuaian
media pengajaran dengan tujuan yang ingin dicapai
2.
Kesesuaian
karakteristik media dengan karakteristik pelajaran
3.
Kecanggihan
media pengajaran
4.
Kesesuaian
media pengajaran dengan minat, kemampuan dan wawasan siswa
5.
Kesesuaian
karakteristik media dengan latar belakang sosial budaya
6.
Kemudahan
memperoleh dan menggunakan media pengajaran
7.
Kualitas
teknis media pengajaran
Terkadang
dalam pembelajaran terdapat perbedaan individual diantara siswa walaupun
terdapat kesamaan kebutuhan antara siswa dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut
antara lain dalam hal:
1.
Kemampuan
awal dan wawasannya
2.
Kebiasaan
belajar
3.
Kedewasaan
4.
Kondisi
fisik
5.
Latar
belakang sosial budaya
6.
Faktor
akademik
7.
Kondisi
belajar siswa
Dalam
kelas terdapat beberapa karakter siswa dalam proses pembelajaran, misalnya ada
siswa yang lebih mudah belajar sendiri maka ia akan lebih mudah belajar
menggunakan modul sedangkan siswa yang yang lebih suka belajar kelompk dapat
disediakan simulator atau permainan. Mengenal kebiasaan siswa akan sangat
membantu dalam memanfaatkan media dengan tepat. Pemanfaatan media akan
berkurang efektivitasnya bila kondisi fisik siswa tidak mendukung. Misalnya
gizi, mobilitas siswa dsb. Siswa yang mengalami hambatan fisik aka mengalami
kesulitan belajar. Begitu pula siswa yang mudah gelisah dan terganggu
konsentrasinya. Pada dasarnya, siswa-siswa semcam itu hanya perlu lebih banyak
perhatian dan bantuan selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu,
hubungan antara sesama siswa juga dapat memicu prestasi belajar siswa bahkan
dapat menghambat pruduktivitasnya.
Kondisi
belajar siswa yang meliputi sejumlah faktor itu mempengaruhi kemampua belajar
siswa. Ada empat kondisi belajar yang dapat mengingat pelajaran, yaitu:
1.
Lingkungan
fisik, seperti penerangan, suara, temperatur dan tatanan perabot diruang kelas.
2.
Suasana
emosional lingkungan siswa, seperti motivasi, ketekunan dan rasa tanggub jawab
siswa.
3.
Lingkungan
sosial, seperti kecendrungan siswa untuk lebih menyukai bekerja sendiri atau
tim.
4.
Keadaan
fisik, seperti kelengkapan dan fungsional inderanya, mobilitasnya, cara atau
kebiasaan menggunakan waktu dan pucak produktivitasnya.
Kerucut pengalaman
Edgar Dale
Edgar
Dale dengan model kerucut pengalamannya mencoba menunjukkan rentang derajat
kekonkretan dan keabstrakan dari berbagai pengalaman. Untuk memahaminya, dapat
dimulai dari siswa sebagai peserta dengan pengalaman langsung, kemudian siswa
sebagai pengamat kejadian nyata, selanjutnya siswa sebagai pengamat kejadian
tiruan atau yang dimediakan (ediated event) dan berakhir ke siswa yang mengamati
simbol yang menghadirkan suatu peristiwa tertentu. Dengan demikian makin
kebawah suatu jenis pengalaman dalam kerucut Edgar ini makin besar derajat
kekonkretannya.
Bila derajat kekonkretan ini
dikaitkan dengan media audiovisual, menguti pendapat Hoban dan Zissman, Heinich
(1989) mengemukakan bahwa nilai suatu media audiovisual adalah sebagai fungsi
derajat kekonkretannya.
Dengan demikian, Dale juga
menunjukkan bahwa makin tinggi letak suatu jenis media dalam kerucut tersebut
makin tinggi derajat keabstrakannya dan dengan demikian makin sempit atau kecil
totalitas realita yang disajikan.
Dale menekankan bahwa siswa bisa
mengambil manfaat dari berbagai kegiatan pengajaran yang lebih abstrak bila
kegiatan tersebut mempunyai relevansi dengan pengalaman langsung (direct,
purposeful experince), pengalaman terbatas (contrived experience), pengalaman
yang diperankan (dramatizeds experince), demonstrasi atau karya wisata.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari pengalaman tersebut sangat efektif,
tetapi pelaksanaannya menuntut banyak persiapan, waktu, dana dan tenaga.
Media berupa gambar diam, gambar bergerak,
film, rekaman video atau audio mampu menyajikan pengalaman nyata secara
integratif, sehingga apat membantu siswa dalam mengintegrasikan pengalaman tersebut
dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dan dalam proses pembelajaran,
pemanfaatan media ini harus dilakukan dengan teliti dengan berjaga-jaga dan
bersiap mengatasi kemungkinan terjadinya persepsi yang keliru dari para siswa.
Di puncak kerucut pengalaman Dale
ini dapat dilihat penggunaan media yang menggunakan simbol visual dan verbal
yang kadar keabstrakannya sangat tinggi. Cara penyajian pelajaran dan
penjelasan dengan menggunakan media tersebut memang terasa ekonomis dipandang
dari segi waktu da tenaga. Namun karena tingginya derajat keabstrakan, maka
peanfaatannya untuk membantu proses pembelajaran perlu dilakukan dengan
hati-hati dan perlu persiaspan yang cermat. Intinya, guru harus tahu pasti
bahwa kata-kata, kalimat atau istilah asing yang dipakai untuk menjelaskan
pelajaran mempunyai relevansi dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada pada
siswa.