Tentang ‘RADIOHEAD’

Radiohead Bukan Hanya Sekedar Band. Karena perlu lebih dari sekedar mendengarkan lagunya untuk bisa memahami musiknya.

Review Album Noah “Seperti Seharusnya”

Album “Seperti Seharusnya” ini seakan menjawab semua pertanyaan yang ada selama masa hiatus mereka dari industri musik Indonesia. Sekaligus sebagai hadiah bagi semua sahabat yang telah lama menantikan karya-karya mereka.

Cerpen: Aku, Kamu dan Hujan

"Hujanpun tak lagi turun disini seakan tak mengizinkan kami untuk bertemu lagi seperti dulu. Hari-hari begitu kelam terasa"

Lagu yang Berkesan Selama 2012

Lagu pada dasarnya bukan hanya untuk sekedar didengarkan. Kadang ada lagu yang berkesan dalam kehidupan saat ada moment-moment tersendiri dalam hidup kita.

Tentang Film Animasi di Tahun 2012

Dibalik kesederhanaan cerita, tema atau apapun, film animasi ternyata menyajikan banyak pesan tersirat, sarat akan makna dan banyak hal yang bisa kita ambil dari apa yang disampaikan dari kesederhanaan yang diungkap dalam film animasi.

Sunday, November 17, 2013

Sweet Moments In Animation Movie



Moment-moment manis dan indah sering sekali dijumpai pada film-film bergenre drama romantis. Banyak moment manis yang berkesan dan memorable bagi penontonnya. Saking manisnya, sebagai penonton terkadang moment tersebut ingin sekali ada di kehidupan nyata. Satu moment saja... Dan moment manis dan indah ini tidak hanya milik film drama romantis saja, film animasipun juga punya yang seperti itu. Bahkan tak kalah manisnya sama film-film drama romantis itu sendiri.
Up
Moment paling manis sekaligus mengharukan di film ini. Scene tanpa dialog antara Carl & Ellie setelah mereka menikah. Kisah perjalanan dua sejoli dalam membina rumah tangga lengkap dengan segala bumbu-bumbunya. Sampai mereka menua dan salah satunya pergi meninggalkan dirinya yang lain. Romansa dengan segala suka dan duka, impian mereka, semuanya bergulir indah dalam balutan musik Michael Giacchino yang indah dan memorable.


 Wall-E
Tak hanya manusia, robotpun punya perasaan. Wall-E dan Eve contohnya. Entah apa namanya, tapi mereka berdua punya nuansa romansa yang kental di film ini. Ikatan emosional akan sebuah rasa antara robot yang berbeda jenis, yang satu pembersih sampah, satunya lagi peneliti. Mungkin ini memang film romantis tapi versi robot. Moment paling manis adalah saat Wall-E dan Eve (yang tak sadarkan diri) menatap langit senja. Wall-E memegang tangan Eve dan menuliskan nama mereka berdua dalam bulatan cinta.


Planes
Moment ini mungkin klasik, di film-film drama romantis formula ini sudah banyak dilakukan. Membuat seseorang yang kita suka terkesan dengan bernyanyi didepan rumah orang yang kita suka. Tapi hal ini tetap manis ketika dilakukan sebuah pesawat terbang yang sedang jatuh cinta. Tambah indah dengan iringan musik latin yang lembut . Low and slow.


How To Train Your Dragon
Mungkin ini tak akan pernah terjadi didunia nyata. Menunggangi seekor naga, berkeliling mengitari dunia dengan segala keindahannya. Semakin indah dan manis karena ditemani seseorang. 


Wreck-It Ralph
Cinta itu memang tak pandang bulu. Perbedaan apapun kalau sudah diikat sama rasa cinta, semuanya jadi tak berarti lagi. Calhoun seorang tentara wanita yang berwatak keras dan kuat tak bisa mengingakri perasaan dalam hatinya pada seorang pria kecil yang berbeda dengannya, Felix. Sweet moment-nya adalah mereka berdua terjebak dalam nesquicksand, kemudian bergelantungan pada tanaman, saling pandang, dalam, yang langsung diartikan tanaman merambat dengan membuat sebuah bentuk cinta disekeliling mereka berdua.




Yang Saya Keluhkan Dari ‘Social Media’



‘Social Media’ bukanlah sebuah hal yang aneh dan baru di dunia manusia saat ini. Bahkan sekarang, semakin banyak saja jenis ‘Social Media’ yang ada. Penggunanya? Sudah tak diragukan lagi. BANYAK!
Pencetus atau orang yang membuat ‘Social Media’ pada awalnya mungkin mempunyai tujuan yang baik salah satunya mungkin, agar jarak yang jauh tak lagi jadi masalah untuk orang saling terhubung. Tapi faktanya, sesuatu yang ada didunia ini tentunya memiliki 2 (dua) unsur yang tak akan bisa dipisahkan. Sepertinya halnya magnet, ‘Social Media’-pun punya sisi positif dan negatifnya.
Ada banyak cara orang menggunakan ‘Social Media’. Semuanya itu mencerminkan karakter manusia sendiri yang memang sudah banyak dan beragam. Tak ada salahnya memang menggunakan ‘Social Media’ itu dengan cara apa atau mau nulis apa. Yang terpenting kan tidak melanggar hukum.
Menurut sebuah sumber, jika diperhatikan, memang semakin kesini pengguna ‘Social Media’ ini sudah mengalami pergeseran makna penggunaan dari yang seharusnya. Dan kadang hal itu menjadi bahan pemikiran tersendiri bagi saya. Dengan kata lain, saya mengeluhkannya.

Kenapa harus mengeluh soal kehidupan di ‘Social Media’?
Saya suka bingung, kenapa orang-orang harus selalu menumpahkan semua keluh kesah hidupnya di ‘Social Media’. Hal ini sebenarnya tidak begitu mengganggu buat saya walaupun terkadang bikin risih juga. Sesekali mungkin wajar tapi kalau terus-terusan ngeluh, apakah ini wajar? Memang dengan begitu semua permasalahan hidup selesai seketika? Tidak kan? Lalu kenapa tidak cari solusi konkret dan pasti saja? Daripada harus ngeluh di ‘Social Media’. Masalah ‘kan memang akan selalu ada selama manusia itu masih hidup. Jadi, tak harus setiap keluh kesah hidup kita tumpahkan di ‘Social Media’, karena buat apa? Demi mendapat simpati banyak orang?

Kenapa harus berdo’a di ‘Social Media’?
Ini yang menurut saya parah, orang yang berdo’a di ‘Social Media’. Kenapa ya? Padahal menurut saya berdo’a adalah sebuah ritual sakral dan sangat pribadi. Sifatnyapun private. Memang harus ya do’a kita diketahui sama semua orang? Bukankah berdo’a itu urusan manusia sama Tuhan-nya? ‘Social Media’-kan bukan Tuhan. Jadi, kenapa harus menuliskan barisan doa’a di ‘Social Media’? Lebih baik, kita bangun di malam hari, bersihkan diri kita, bersimpuh dan bersujud di hadapan-Nya, sampaikanlah semua keluh kesah hidup dan keinginan kita pada-Nya. Disanalah kita berdo’a dan memang seharusnya begitu. Bukan di ‘Social Media’.

Kenapa harus nyindir orang di ‘Social Media’?
Ini yang paling saya benci. Nyindir orang di ‘Social Media’ padahal dalam kehidupan nyata dia itu kenal. Bukan apa-apa, gak penting banget, sumpah! Ya, dalam beberapa kesempatan memang ada tulisan di ‘Social Media’ itu dibuat untuk nyindir seseorang dengan alasan tertentu. Entah karena kesal atau apa. Buat saya, kenapa harus ditulis di ‘Social Media’? Kenapa tidak bilang saja langsung? Siapa tahu itu cuma salah paham. Kalau ditulis di ‘Social Media’, berapa banyak orang yang lihat tulisan tersebut? Apa tanggapan mereka? Belum lagi, kalau ada orang yang gak tahu apa-apa ikut-ikutan komentar. Ujung-ujungnya nanti malah ngomongin aib orang lain. Bukankah ngomongin orang itu tidak baik? Apalagi ini yang diomongin kejelekannya. Mending kalau orang disindir itu gak nanggepin, kalau ikutan komentar bisa jadi ribut, berantem dsb. Itu ‘kan bukan perbuatan yang baik. Lebih baik ngomong langsung sama orangnya. Komunikasikan saja apa yang mengganjal tentang sikap seseorang. Karena bisa saja hal itu cuma prasangka buruk ketika itu saja, ketika diobrolkan bisa jadi semua itu salah. Dan dengan bicara langsung dan ngobrol baik-baik permasalahan bisa selesai. Itu ‘kan jauh lebih baik.

Pada akhirnya, semua memang kembali lagi pada diri masing-masing, bagaimana cara kita menggunakan ‘Social Media’ tersebut. Pada dasarnya memang tak ada kriteria khusus mengenai cara mengisi atau apa yang harus diisi pada kotak ‘What’s on your mind?’, ‘What happened?’ atau yang lainnya. Semua orang bebas menuliskan apa saja yang dia mau. Tapi sebagai pengguna, kita juga harus tahu apa yang dirasa baik dan pantas untuk diisi di kotak tersebut. Harus pandai memilih dan memilah hal apa saja yang memang harus dibagi di ‘Social Media’ dengan pengguna lainnya.

Di Film Ini, Membunuh Itu Boleh!



Bingung juga mau ngasih judul ini apa, tapi intinya saya adalah tipikal orang yang suka sekali sama film dimana para tokohnya harus saling membunuh satu sama lain, tak peduli dia itu kawan atau lawan. Pokoknya membunuh adalah keharusan jika ingin bertahan hidup. Dan satu lagi, membunuh adalah peraturan tertulis yang harus ditaati, lebih ekstrim lagi karena peraturan dan kebijakan tersebut dibuat oleh pemerintah. Serem juga ya kalau hal seperti ini ada di dunia nyata.

1.          Battle Royale (2000)

Could you kill your best friend?


Battle Royale bercerita tentang Jepang dimasa depan dimana negara ini sedang ada dalam kekacauan. Kaum muda sampai anak sekolah yang menimbulkan keresahan membuat pemerintah membuat sebuah undang-undang yang disebut Battle Royale Act. Battle Royale ini merupakan sebuah permainan kematian dimana setiap tahun dipilih satu kelas yakni kelas III SMP secara acak oleh pemerintah. Mereka ditempatkan di satu pulau terpencil selama 3 (tiga) hari untuk saling membunuh dan satu orang yang sanggup bertahan adalah pemenangnya.
 Untuk film yang memakai pemeran siswa SMP (walaupun para pemerannya bukanlah siswa SMP sesungguhnya) film ini terlihat sadis dan brutal. Tensi ketegangan bergulir sepanjang durasi film berlangsung. Bagaimana kisah persahabatan yang harus dirusak untuk saling membunuh demi bertahan hidup. Bagaimana sebuah kepercayaan dipertaruhkan disini. Tak ada pilihan selain membunuh atau dibunuh. Film ini sangat menyentuh sisi manusiawi kita. Dari segi teknis, film ini punya jajaran pemeran, dialog, sinematografi dan tata musik yang keren yang membuat film ini semakin mencekam. Tapi disamping menyajikan banyak adegan pembunuhan, darah dimana-mana, film ini masih mampu membuat suasana romansa yang sedikit meredakan suasana mencekam dalam film ini.
Film ini punya sebuah sekuel, namun sayang sekuelnya tidak sebagus film pertamanya.

2.         The Hunger Games (2012)

The games will change everyone. The world will be watching. May the odds be ever in your favor.


Film yang diangkat dari novel berjudul sama ini punya premis cerita yang hampir mirip dengan Battle Royale. Tapi saya tidak terlalu mempermasalahkannya karena The Hunger Games punya sisi lain sendiri dan berbeda dengan Battle Royale.
Sama-sama bersetting dimasa depan, ada sebuah negara bernama Panem yang terbagi ke dalam 12 district yang dipimpin capitol. Setiap tahun capitol mengadakan event, dimana remaja-remaja dari 12 distrcit tersebut dipilih 2 orang untuk bertarung dan saling membunuh dalam permainan The Hunger Games.
Seperti halnya Battle Royale, The Hunger Games juga melibatkan banyak adegan pembunuhan hanya saja disini tidak terlalu berdarah-darah. Film ini lebih menitikberatkan pada perjuangan Katniss Everdeen (Jennifer Lawrence) salah satu peserta untuk bisa survive dan menang dalam permainan ini.

Film ini akan dibuat menjadi trilogi, dimana bagian ketiganya dibuat menjadi 2 bagian dan akan rilis setiap tahun. Sekuelnya Catching Fire yang akan rilis tepat di bulan ini.



3.         The Purge (2013)

Reminder all emergency services will be suspended.


Amerika Serikat di tahun 2022. Dengan tingkat pengangguran dan kejahatan berada pada titik terendah sepanjang masa. Semua terjadi karena satu malam yang disebut ‘The Purge’, dimana perbuatan kriminal dan kejahatan dilegalkan pemerintah. Tak ada layanan keamanan atau kesehatan saat itu. Pokoknya siapapun berhak melakukan kejahatan dan tidak ada hukuman atasnya.
Sejak saya tahu premis cerita The Purge, saya sudah tertarik dengan film ini. Ide ceritanya gila dan tampaknya tak ada alasan untuk tidak menyukai film ini. Film ini juga sempat nangkring di tangga no. 1 box-office menyingkirkan ‘Fast & Furious 6’ waktu itu.
Entah ekspektasinya yang ketinggian atau apa. Saya merasa film ini memiliki sedikit kekurangan. Dengan segala potensi yang sebenarnya bisa membuat film ini lebih besar ternyata hanya bermain aman. Isu-isu politik yang sebenarnya bisa diangkat sebagai pemanis tidak ada disini. Kalau saja mau lebih dieksplor lebih dalam, film ini punya potensi lebih besar sebagai film aksi bunuh-bunuhan yang mencekam. Tapi terlepas dari beberapa catatan tadi, The Purge tetaplah film yang menarik buat saya dengan aksi bunuh membunuhnya.