Tentang ‘RADIOHEAD’

Radiohead Bukan Hanya Sekedar Band. Karena perlu lebih dari sekedar mendengarkan lagunya untuk bisa memahami musiknya.

Review Album Noah “Seperti Seharusnya”

Album “Seperti Seharusnya” ini seakan menjawab semua pertanyaan yang ada selama masa hiatus mereka dari industri musik Indonesia. Sekaligus sebagai hadiah bagi semua sahabat yang telah lama menantikan karya-karya mereka.

Cerpen: Aku, Kamu dan Hujan

"Hujanpun tak lagi turun disini seakan tak mengizinkan kami untuk bertemu lagi seperti dulu. Hari-hari begitu kelam terasa"

Lagu yang Berkesan Selama 2012

Lagu pada dasarnya bukan hanya untuk sekedar didengarkan. Kadang ada lagu yang berkesan dalam kehidupan saat ada moment-moment tersendiri dalam hidup kita.

Tentang Film Animasi di Tahun 2012

Dibalik kesederhanaan cerita, tema atau apapun, film animasi ternyata menyajikan banyak pesan tersirat, sarat akan makna dan banyak hal yang bisa kita ambil dari apa yang disampaikan dari kesederhanaan yang diungkap dalam film animasi.

Tuesday, May 28, 2013

Cerita Soal Film Indonesia

#Ini hanya sekedar statement dari orang yang sesungguhnya masih awam soal film
(Awalnya) Saya termasuk orang yang jarang menonton film Indonesia. Bagi saya. Mungkin karena film Indonesia masih kalah dalam hal hasrat menontonnya daripada film-film luar. Mungkin karena tema-tema film Indonesia yang itu-itu aja (drama, horor dsb). Kadang terlalu mainstream. Bahkan kalau ada satu yang meledak, yang lainnya pingin nyamain. Mungkin karena ceritanya yang terlalu predictable. Mungkin karena masalah teknis atau non-teknis dalam proses pembuatan film itu sendiri. Atau mungkin juga karena hal lainnya.
Hal-hal diatas bisa jadi alasan yang membuat persepsi saya tentang film Indonesia jadi terkesan skeptis. Saya jadi punya semacam syndrome ketakutan menonton film Indonesia di bioskop. Pasalnya, saya takut kecewa setelah nonton film Indonesia di bioskop hanya bilang ‘oh gitu ya’ dengan memasang ekspresi wajah datar. Saya takut film Indonesia tidak memberi kesan yang memorable bagi saya. Jadi seperti merasa rugi mengeluarkan uang hanya untuk mendapat sesuatu yang tidak memberikan kesan apapun.
Tapi akhir-akhir ini, industri film Indonesia mengalami banyak perubahan. Itu saya rasakan setelah saya nonton ‘The Raid’ tahun lalu yang memang sudah mendunia. Kehadiran ‘The Raid’ dalam kancah perfilman Indonesia menjadi semacam standar bagi para sineas Indonesia untuk membuat film yang berkualitas dan bisa dinikmati diseluruh dunia.
But ‘The Raid’ is action movie, how many other?
Tidak masalah sebenarnya mau genre film itu apa. Buktinya, kita lihat ‘Titanic’, film drama yang premisnya sudah jelas cinta-cinta-an, tanpa adegan yang aksi yang gila, tanpa visual effect yang juga gila, tapi sanggup menjadi salah satu film terlaris didunia. ‘Titanic’ sudah cukup memberikan persepsi bahwa genre apapun bisa membuat sebuah film menjadi spektakuler.
Dan sekarang, perlahan tapi pasti menurut saya para sineas film Indonesia sudah mulai banyak belajar dan mencoba bangkit dengan membuat film yang bagus baik secara kualitas maupun kuantitas. Walaupun (KATANYA) kebangkitan film Indonesia sudah dimulai ketika film ‘Ada Apa Dengan Cinta’ menghiasi bioskop-bioskop tanah air. Dan kini, salah satu bukti nyatanya adalah kemarin-kemarin kita tahu bahwa ada film Indonesia berjudul ‘What They Don’t Talk About When They Talk About Love’ yang masuk Sundance Film Festival, sebuah ajang bergengsi bagi perfilman dunia. Hal itu merupakan sebuah prestasi sendiri bagi perfilman Indonesia. Selain ‘The Raid’ yang memang sudah melakukannya terlebih dulu dalam ajang lain.
Terlepas dari hal itu ada persoalan lain yang perlu disadari bahwa sejatinya kualitas, keseruan sebuah film atau apapun yang membuat kita jatuh cinta sama sebuah film dikembalikan lagi pada penilaian penonton #penonton pun harus cerdas dan selektif. Hal itu memang hampir pasti bersifat relatif. Tapi yang pasti adalah siapapun baik itu para pembuat film ataupun penikmat film harus sadar benar dalam memaknai kualitas film itu apa? Serunya film itu apa? Karena walaupun bersifat relatif tapi tetap harus mempunyai standar. Seperti kita bilang bahwa cantik atau tampan itu relatif, tapi tetap pada dasarnya untuk bilang cantik atau tampan pasti ada standarnya sendiri.
Semangat buat para sineas film Indonesia, terus berkarya. Buat sesuatu yang tidak hanya bagus tapi berkualitas karena sesungguhnya Indonesiapun bisa membuat film yang benar-benar bagus. Semoga karya-karya anak bangsa ini bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.

Sunday, May 26, 2013

Aquatic Centre London

Kalau dilihat lagi, ternyata saya hanya pernah memposting satu tugas kuliah saja untuk blog ini. Jadi, untuk kali ini saya mau kembali mem-posting tugas dari mata kuliah yang berbeda (Bentang Lebar dan Media Pembelajaran).
Sebagaimana kebiasaan mahasiswa abal-abal (baca: saya), ngerjain tugasnya pasti pas deadline. Makanya (terkadang) hasilnya pun tidak maksimal (baca: seadanya). Gak tugas mandiri, gak tugas kelompok. Sama saja. Mungkin yang ini masuk kategori tersebut.
 Walaupun berasal dari mata kuliah yang berbeda, tapi saya buat tugas ini seakan sama (efek malas ngerjain). Benang merahnya sama yaitu tentang Aquatic Centre London. Sebuah bangunan karya Zaha Hadid yang dirancang untuk sebuah gelanggang olahraga dan dipakai pada perhelatan olimpiade London 2012 untuk cabang olahraga air (aquatic).
                                                      
Produk untuk tugas mata kuliah ‘Bentang Lebar’

 Bisa juga lihat Disini

Produk untuk tugas mata kuliah ‘Media Pembelajaran’

Saturday, May 25, 2013

Tidak Cukup Hanya Sekedar Santai

Ada dua kejadian yang melatarbelakangi saya membuat postingan ini. Pertama, naik bis. Kedua, milih lokasi KKN. Dan kedua hal tersebut benar-benar menyadarkan saya tentang satu hal bahwa dunia ini ‘Tidak Cukup Hanya Sekedar Santai’. Mengapa?
Saya termasuk orang-orang yang masuk kategori terlalu santai dalam menghadapi hal-hal yang ada didunia ini. Punya prinsip ‘Slow But Sure’, ‘Alon-alon Asal Kelakon’, dsb. Tidak salah sebenarnya kita puya prinsip demikian, hanya saja kalau kita tidak bisa me-manage diri kita terhadap prinsip tersebut, hal itu hanya akan jadi alibi bagi diri kita yang sesungguhnya telah mengkhianati prinsip tersebut. Dan dalam beberapa hal, itu terjadi pada saya. Dua pengalaman yang telah saya sebut diatas mungkin jadi hal paling konkrit untuk menjelaskannya.
Naik bis. Kita tahulah bagaimana keadaannya, apalagi pas hari-hari besar. Kalau gak buru-buru pasti ketinggalan dan karena terlalu santai hampir sering saya ketinggalan (efek terlalu santai).
Milih lokasi KKN. KKN itu salah satu program kuliah dikampus. Di kampus lain juga ada hanya mungkin sistemnya saja yang berbeda. Dan yang menarik dikampus saya (gak tahu kampus lain) untuk memilih lokasi KKN kita harus rebutan dengan peserta lain agar kita berada di lokasi yang kita inginkan. Dan kalau terlalu santai kita pasti akan terlempar jauh dari apa yang kita harapkan. Dan ternyata itu sudah terjadi pada saya, bahkan lebih parah. Siapa cepat, dia dapat.
Dua peristiwa diatas mungkin masih belum bisa dimengerti maksudnya. Intinya sih gini. Ada hal didunia ini yang harus kita sikapi dengan santai dan ada juga yang tidak boleh disikapi dengan santai.
Banyak orang bilang bahwa menghadapi hidup itu santai saja, ikuti alur yang ada, yang penting tujuannya tercapai. Benar sebenarnya. Tapi tanya pada saat kapan, dimana dan bagaimana kita harus berbuat demikian. Karena tidak mungkin ketika kita sedang lomba lari, kita hanya berlari santai tanpa punya hasrat untuk sampai pertama kali ke garis finish. Sementara pelari lain berlari sekencang-kencangnya untuk mencapai finish. Walaupun nanti pada akhirnya kita sampai di garis finish tapi apakah kita pemenangnya? Jawaban saya tidak.
Karena didunia ini memang ada hal yang harus kita kejar dengan sungguh-sungguh. Ada hal yang harus diusahakan, tidak bisa disikapi cuma sekedar santai. Harus cepat-cepat kalau tidak mau ketinggalan kereta. Harus sesegera mungkin kalau tidak ingin ada penyesalan di ujung. Untuk itu, kita tidak bisa hanya bersikap santai saja, karena tentu kita akan tertinggal dan semakin tertinggal. Bahkan hanya dalam hitungan detik. Kita harus berlari sekencang-kencangnya, menjadi yang terdepan dan semakin terdepan.
Santai boleh saja, ketika tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Santai boleh saja ketika keadaannya tepat. Santai boleh saja, tapi jangan terlalu santai juga. Kalau masih sanggup berlari kenapa harus berjalan. Karena tidak selamanya pelan itu pasti. Dan tidak selamanya pelan itu menjamin sebuah hal untuk dapat terlaksana.

Friday, May 3, 2013

Yang Susah Itu: Memulai?


Title diatas sepertinya sangat cocok untuk menggambarkan kondisi saya akhir-akhir ini. Kondisi dimana saya benar-benar sulit memulai sesuatu. Sulit banget malah. Bahkan untuk hal yang berpredikat ‘KEWAJIBAN’ bagi saya. Tak heran, begitu banyak hal yang terlewatkan, seakan waktu terbuang begitu saja. Sia-sia. Percuma. Sialnya, semua itu terjadi terus dan terus, lagi dan lagi. Oh, No!!! It’s so damn. Very, very DAMN!!
Memulai. Ya, kalau dipikir-pikir semua hal didunia ini memang awalnya berasal dari proses memulai. Dunia dan segala isinya ini tercipta dari proses memulai. Bahkan kita-kita inipun tercipta dari proses memulai. Karena memang semua ini ada permulaannya, tidak serta merta. Dan permulaan itu berawal dari proses memulai.
Tapi mengapa memulai itu begitu sulit?
Kita hidup didunia ini dengan segala problematika random-nya mengajarkan kita sebuah pelajaran. Kita punya peran yang harus kita perankan. Kita harus mengkaji semua hal didunia ini sebagai wujud PERUBAHAN untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan itu semua gak terjadi begitu saja alias butuh proses. Dan proses itu takkan terjadi bila tidak dimulai.
‘No Action = Daydreaming’. Karena tanpa perbuatan, semuanya cuma omong kosong (mimpi aja di siang bolong!). Seperti berharap dalam doa dan saat membuka mata semua yang diharapkan sudah ada didepan mata. Atau mengharapkan kertas-kertas kosong yang numpuk berserakan tiba-tiba udah keisi penuh dan rapi sama gambar denah, potongan dan tampak (curhat). Haha, bullshit!
Ada banyak alasan kenapa memulai itu jadi sulit. Mungkin karena kita terlalu banyak berpikir dan berencana. Terlalu banyak memikirkan resiko-resiko yang sebenarnya masih belum terjadi sehingga kita jadi phobia untuk memulai. Pada kenyataannya apa yang kita pikirkan hanya sebuah teori usang saja. Mungkin juga karena kita terlalu nyaman berada di comfortzone-nya sehingga sulit memulai sesuatu hal yang baru. Atau mungkin, bukan mungkin ini pasti. Kita punya penyakit MALAS stadium akhir. Hingga semuanya begitu sulit dimulai. Dan sepertinya alasan yang satu ini memang yang paling berbahaya. ‘Cause lazy is better danger than cancer and so cruel, man!!!
Memulai perubahan atau memulai melakukan sesuatu memang perlu mental baja. Butuh keberanian ekstra. Perlu kesungguhan dan totalitas yang tanpa batas. Tentunya niat yang bulat serta tekad yang kuat. Karena godaannya juga dahsyat, apalagi penyakit malas sialan itu. What the hell are you doing to me?
Memulai memang tidak perlu harus dengan hal-hal yang besar, cukup dengan hal-hal kecil saja. Nantinya juga akan berproses dan perlahan menjadi besar. Seperti kata-kata bijak Aa Gym: Mulailah dari hal yang terkecil, mulai dari diri sendiri dan mulai saat ini. Semuanya memang dimulai kan?
Ada juga sebuah kalimat yang bagus menurut saya bunyinya seperti ini: “Apabila kamu menunggu sesuatu untuk terjadi, maka itu tidak akan terjadi”. Kalimat itu mengindikasikan bahwa kita harus segala memulai. Tak perlu lagi berpikir dan menunggu. Karena gak ada yang turun dari langit dengan cuma-cuma. So, Do it now and let’s BEGIN! Because if not now, WHEN?
Mudah atau sulitnya memulai, actually masih kabur dimata saya dan masih jadi tanda tanya besar. Kalimat diatas memang terdengar klise. Mudah diungkapkan tapi sulit dilakukan. Karena memang saat ini, kenyataannya saya sendiri sulit sekali untuk memulai sesuatu. Bahkan hanya untuk sekedar ngambil air minum, susahnya minta ampun. Terus ngapain nulis beginian?
Ya, pada akhirnya semua balik lagi pada pribadi kita masing-masing. Hidup memang tidak melulu bicara tentang bagaimana kita memulai. Tapi memulai adalah hal yang penting. Dari sanalah kita bisa mendapatkan apa yang sebenarnya kita cari. Memulai itu memang terkadang hanya sulit diawalnya saja, kesananya percaya atau tidak kita akan menikmatinya, justru kita akan sangat menyesal dan bilang “kenapa gak dari dulu kayak gini?”
So, masih sulitkah bagi kita untuk memulai?

Wednesday, May 1, 2013

Untuk Masa Melankolis


Dalam keseharian kita, sebagaimana mestinya hidup, kita selalu berada diantara hal-hal yang pastinya harus kita alami. Mau gak mau, suka gak suka. Apapun itu. Bahagia, sedih, suka, duka, tangis, tawa semuanya ada mengisi setiap detik hidup yang kita jalani. Semua kadang berubah tak beraturan. Hadir tanpa pernah kita duga. Semuanya datang silih berganti menjadi serpihan-serpihan dalam hidup kita.
Atmosfer hidup memang tak bisa ditebak. Semuanya dapat berubah begitu cepat bahkan teramat sangat cepat. Kita bahkan begitu terkejut saat datang sebuah keadaan yang sesungguhnya kita gak siap untuk menerimanya. Akibatnya, emosi jadi tak menentu, depresif dan putus asa, bahkan kita merasa bahwa diri kita seorang ‘Loser of the Year’. Dan saat masa itu menghinggapi, saya menyebutnya dengan masa-masa melankolis dimana kita berada dalam sebuah titik yang hanya kita dan Tuhan yang tahu.
Masa-masa itu memang pasti akan ada pada setiap manusia. Penyebab kadang menjadi gak penting lagi dalam hal ini. Yang pasti kita akan mencari hal untuk melampiaskan serta meluapkan semua hal yang ada dalam masa melankolis kita. Bentuknya bisa bermacam-macam. Salah satunya lewat lagu. Ya, dengan lagu kita dapat membawa atmosfer masa melankolis kita dalam dimensi dimana kita dapat berbicara, mendengar, merasa dan melihat lebih dalam tentang apa yang sedang kita alami dalam masa ini.
          Dan berikut beberapa lagu yang biasa menjadi teman saat saya sedang ada di masa ini.

Creep – Radiohead
Terkadang didunia ini kita menginginkan hal yang indah namun itu terlalu jauh untuk kita. Kitapun sadar bahwa kita tak pernah bisa meraih dan mendapatkannya. Hanya bisa berharap dan bermimpi selamanya. And WHAT THE HELL are we doing?
Saya tidak tahu persis kapan saya tahu lagu ini, bisa jadi SD atau SMP. Tapi saya baru benar-benar memahaminya beberapa tahun terakhir ini. Lagu ini memang punya nafas yang sangat melankolis sebagai sebuah lagu. Apalagi dengan chord yang bisa dibilang everlasting, membuat lagu ini jadi sing along untuk menemani masa-masa yang seperti ini.
Saya suka semua bait lirik di lagu ini, maknanya dalam sekali. Terutama bagian reffrain-nya. Apalagi yang nyanyi Thom Yorke. Alasannya, saya merasa bahwa saya benar-benar bisa merasakan apa yang tertulis disana. Mungkin saya rasakan akhir-akhir ini.
But I’m a creep, I’m a weirdo. What the hell am I doin’ here? I don’t belong here.


Sleeping Pills – Suede
Ada yang bilang kalau tidur adalah obat dari segala macam bentuk kekalutan hidup. Dan mungkin saat itulah Sleeping Pills jawabannya. Ya, lagu Suede yang satu ini memang punya aura depresif yang kental dan berbahaya. Ditambah nuansa oldest ala 90-an yang sangat terasa, Plus vokal Brett Anderson yang bikin lagu ini tambah murung. What are you thinking about it? Karena sepertinya lagu ini akan selalu sukses membuat kita tertidur dan mengantarkan masa-masa melankolis kita ke dalam alam mimpi disaat kita berharap akan ada ketenangan setelahnya.
Angel, don’t take those sleeping pills. You don’t need them. Though it’s just time they kill.
Angel, give me your sleeping pills. You don’t need them. Give me the time they kill.


One Last Cry – Brian McKnight
Lagu di era 90-an ini sering saya putar tengah malam saat biasanya kebanyakan orang-orang sedang tidur sementara saya masih terjaga. Berbaring di tempat tidur, mematikan lampu kamar, memejamkan mata dan menikmati setiap notasi, musik serta lirik di lagu ini. Sungguh sensasi yang luar biasa. Apalagi kalau kita benar-benar ada dalam masa melankolis kita.
 Sebuah tangisan untuk hal yang membuat kita ada dalam kesakithatian, kepedihan serta kepahitan hidup mungkin adalah hal yang wajar. Karena memang tak ada yang bisa kita lakukan saat semua yang terbaik dari diri kita sudah kita berikan saat itu. Tapi perlu diingat lagi bahwa tangisan yang dalam itu adalah tangis untuk yang terakhir kalinya. Karena sesungghunya kita harus segera beranjak dan meninggalkan semua masa dibelakang kita untuk kembali menatap masa yang sudah menanti didepan kita.
I know i gotta be strong, ‘cause round me life goes on and on and on and on....
One last cry before i leave it all behind...



Homesick – Kings Of Convenience
Melewati waktu-waktu dengan rutinitas sehari-hari. Mengarungi hari dengan hal-hal yang hampir sama terkadang malah terasa sangat menyebalkan. Apalagi kita berada ditempat yang bukan tempat dimana kita berasal. Bikin Homesick. Belum lagi lingkungan yang terkadang juga kurang bersahabat malah makin tambah, Homesick.
A song for someone who needs somewhere to long for...
Homesick
‘Cause I no longer know where home is

She Had The World – Panic! At The Disco
Berbicara tentang lagu untuk masa melankolis ini, mungkin tidak harus selalu harus dengan lagu-lagu yang mellow, mendayu-dayu dan harus bertema kegalauan. Seperti lagu ini contohnya. Ya, lagu ini memang bukan lagu mellow ballad yang membuat orang yang mendengarkan teriris hatinya. Tapi juga bukan lagu yang upbeat yang membuat orang ingin berjingkrak-jingkrak tidak karuan. Bermain dalam mid-tempo lagu ini punya sesuatu yang asyik saat saya mendengarkannya dimasa ini. Musik, notasi serta instrumen yang dimainkan dilagu ini terasa megah namun pekat dan abstak. Dan tak bisa saya pungkiri bahwa lagu ini punya aura kekelaman yang kental saat kita mendengarkannya.
Because when I look in her eyes I just see the sky
When I look in her eyes. Well I, just see the sky

Ketsui No Asa Ni – Aqua Timez
Saya tahu lagu ini pas SMA. Mungkin karena saat itu saya sedang berada di masa-masa seperti ini sehingga takdir mempertemukan saya dengan lagu ini. Pertama kali denger saya langsung jatuh hati sama lagunya. Walaupun saya tidak tahu artinya apa. Tapi musiknya memberikan sebuah isyarat yang membuat saya larut dan tersentuh dengan lagu ini.
Setelah saya tahu artinya, ternyata lagu ini jauh lebih bagus dari apa yang saya pikirkan. Liriknya sangat menyentuh. Maknanya benar-benar dalam. Dan sangat pas dengan keadaan saya saat itu (mungkin juga saat ini). Bisa sangat memotivasi dan membangkitkan kembali spirit setiap kali kita terjatuh. Lagu ini mengajarkan kita untuk tetap menjadi diri kita sendiri.
Ii wake wo katazukete doudou to mune wo hari
Jibun toiu ningen wo, utai tsuzuke
“YOU”

There are so many moment in our life. And every moment need song to make it alive.
Every song have a story. They are always there beside us.