Tentang ‘RADIOHEAD’

Radiohead Bukan Hanya Sekedar Band. Karena perlu lebih dari sekedar mendengarkan lagunya untuk bisa memahami musiknya.

Review Album Noah “Seperti Seharusnya”

Album “Seperti Seharusnya” ini seakan menjawab semua pertanyaan yang ada selama masa hiatus mereka dari industri musik Indonesia. Sekaligus sebagai hadiah bagi semua sahabat yang telah lama menantikan karya-karya mereka.

Cerpen: Aku, Kamu dan Hujan

"Hujanpun tak lagi turun disini seakan tak mengizinkan kami untuk bertemu lagi seperti dulu. Hari-hari begitu kelam terasa"

Lagu yang Berkesan Selama 2012

Lagu pada dasarnya bukan hanya untuk sekedar didengarkan. Kadang ada lagu yang berkesan dalam kehidupan saat ada moment-moment tersendiri dalam hidup kita.

Tentang Film Animasi di Tahun 2012

Dibalik kesederhanaan cerita, tema atau apapun, film animasi ternyata menyajikan banyak pesan tersirat, sarat akan makna dan banyak hal yang bisa kita ambil dari apa yang disampaikan dari kesederhanaan yang diungkap dalam film animasi.

Saturday, August 16, 2014

Penyakit/Kelainan Unik yang Ada dalam Film


Selain sebagai hiburan, film ternyata mampu memberikan pengetahuan dan wawasan baru bagi penontonnya. Dari berbagai macam cabang ilmu pengetahuan dan teknologi rasanya hampir semua pernah dijadikan tema atau sekedar unsur pendukung dalam sebuah film. Tak terkecuali dari bidang kedokteran/kesehatan. Dan setelah cukup sering menonton film, beberapa kali saya menemukan hal-hal baru, unik, terkait penyakit atau kelainan yang sebelumnya tidak pernah saya dengar tapi jadi tahu dari film. Atau istilah yang telah saya dengar sebelumnya namun sehabis nonton film jadi semakin mengenal lebih dari sekedar tahu istilahnya saja. Entah itu terkait gejala, dampak, pengaruh dsb. Beberapa contoh dibawah adalah penyakit atau kelainan yang saya temukan dalam film.

Multiple Personality Disorder / Dissociative Identity Disorder
Multiple Personality Disorder (MPD) atau yang sekarang lebih dikenal dengan istilah Dissociative Identity Disorder (DID) secara sederhana bisa disebut dengan kepribadian ganda. MPD/DID terjadi sebagai imbas dari trauma masa kecil atau remaja yang ekstrem, baik itu terkait kekerasan fisik, emosional atau seksual. Efeknya adalah munculnya dua identitas/kepribadian  atau lebih yang terjadi pada penderita. Kepribadian tersebut memegang kendali atas penderita.
 Bentuk dari kepribadian atau identitas itu sendiri bisa jadi sangat berbeda dengan kepribadian asli penderitanya. Perbedaannya bisa berupa perbedaan jenis kelamin, usia, suku, ras dsb. Sebagai contoh kita bisa melihatnya dalam film Identity (2003) karya James Mangold. Dimana dalam film tersebut kita bisa melihat sosok Malcolm Rivers (Pruitt Taylor Vince) yang menderita DID dan menemukan dalam dirinya 10 kepribadian dan identitas yang berbeda. Wujudnya adalah 10 orang tak saling kenal dengan latar belakang, jenis kelamin, usia yang berbeda-beda yang berkumpul didalam sebuah motel.


Selain Identity, bicara tema kepribadian ganda dalam film tentu kita tidak bisa mengesampingkan karya klasik dari seorang Alfred Hitchcock, Psycho (1960). Toh sesungguhnya lewat Psycho lah tema-tema tentang personality disorder masuk ranah film. Buat saya Psycho itu film sakit. [Spoiler] Gimana tidak, seorang Norman Bates (Anthony Perkins) yang tampak normal seperti pria pada umumnya ternyata memiliki kepribadian ganda yang tak lain adalah kepribadian ibunya yang telah meninggal. Lebih sakit lagi karena Bates menyimpan mayat ibunya seolah-olah ia benar-benar hidup.

Insomnia
Mungkin istilah ini tidak aneh bagi masyarakat umum. Istilah yang sering kita dengar bahkan mungkin kita juga pernah atau sering mengalaminya. Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu (wikipedia). Insomnia bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala yang memiliki penyebab seperti kelainan emosisonal, fisik dan pemakaian obat-obatan. Insomnia seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Insomnia mungkin terlihat sepele tapi gara-gara film saya jadi sadar akan dampak Insomnia. Karena bukan hanya sisi fisik yang terkena imbasnya namun juga sisi psikis. Bahkan dampaknya tidak hanya bisa dirasakan oleh diri sendiri tapi turut juga berpengaruh terhadap orang-orang disekitar kita.
Kalau ingin tahu betapa menderitanya para penderita Insomnia kita bisa tengok seorang tak bernama / Narrator (Edward Norton) dalam Fight Club dan seorang pekerja kurus kering bernama Trevor Reznik (Christian Bale) dalam The Machinist. Keduanya adalah pederita Insomnia akut dan berkepanjangan dan [Spoiler] menyebabkan mereka menderita halusinasi yang secara langsung berimbas pada kehidupan mereka. Khusus untuk Trevor Reznik, saking akutnya Insomnia yang dideritanya, tubuh Trevor Reznik sampai kurus (sekurus-kurusnya) dan kering (sekering-keringnya). Bahkan karena kurus tubuhnya, tulang-tulangnyapun terlihat sangat jelas menonjol. Kalau sudah begini tentu Insomnia tak bisa diremehkan begitu saja. 

 
Narcolepsy
Narcolepsy adalah kebalikan dari Insomnia. Istilah ini pertama kali saya dengar dari Fight Club. Waktu itu si pria tak bernama/Narrator (Edward Norton) sedang berkonsultasi dengan seorang dokter mengenai insomnia yang dideritanya. Ditengah oborolan tersebut si Narrator nyebut-nyebut istilah ini.
Narcolepsy sendiri adalah gangguan tidur dimana disini penderitanya mengalami sulit mempertahankan keadaan sadar. Sederhanya, kalau Insomnia itu sulit tidur maka Narcolepsy mudah tidur. Menurut sebuah sumber, Narcolepsy ini merupakan tipikal penyakit kronis yang menyerang sistem saraf pusat. Yang parah dari Narcolepsy adalah kelakuannya yang menyerang penderitanya secara tiba-tiba dan mendadak, dimana saja dan kapan saja. Tanpa kompromi. Jadi bisa saja penderita lagi jalan-jalan atau naik motor terus tiba-tiba tertidur begitu saja. Atau penderita yang tiba-tiba tertidur di suatu tempat kemudian terbangun di tempat lain yang berbeda.
Mungkin Fight Club tidak menggambarkan Narcolepsy secara utuh. Karena memang Fight Club tidak bicara tentang Narcolepsy. Tapi disana ada beberapa scene yang mungkin bisa dijadikan referensi tentang gambaran Narcolepsy itu sendiri. Selain Fight Club, contoh lainnya dari Narcolepsy mungkin bisa kita lihat lewat film Rat Race. Walaupun Narcolepsy bukan tema utama tapi kita bisa lihat seorang tokoh yang diperankan Rowan Atkinson tiba-tiba tertidur begitu saja ditengah jalan waktu lagi lari. Ya, mungkin kira-kira begitulah kelakuan Narcolepsy yang tiba-tiba dan mendadak itu.

Schizophrenia
Skizofrenia adalah kelainan mental yang ditandai oleh gangguan proses berpikir dan respon emosi yang lemah (wikipedia). Keadaan ini dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi (seperti mendengar dan melihat sesuatu yang tak ada), waham (keyakinan salah dan tak dapat dikoreksi) dan gangguan daya pikir dan bicara. Istilah Skizofrenia mulai diperkenalkan oleh Eugen Bleuler setelah ia meneliti bahwa penyakit ini menyebabkan terpecahnya pikiran, emosi dan perilaku. Skizofrenia termasuk penyakit yang kompleks dan skizofrenia itu banyak jenisnya.
Skizofrenia sangat kental dengan film ‘A Beautiful Mind’-nya Ron Howard. ‘A Beautiful Mind’ merupakan sebuah biopik dari seorang peraih Nobel Awards dalam bidang ekonomi pada tahun 1994 yaitu John Nash. Dalam film tersebut John Nash (Russe Crowe) digambarkan sebagai seorang matematikawan jenius yang justru menderita skizofrenia sehingga ia tidak mampu membedakan yang mana realita dan halusinasi. Dan mulai terjebak dengan dunianya sendiri. Hal tersebut ditandai dengan munculnya orang-orang imajiner dalam kehidupannya. Sampai ia menganggap ia adalah mata-mata yang ditugaskan Pentagon untuk memecahkan kode rahasia milik tentara Uni Soviet.


Dalam ‘A Beautiful Mind’ kita benar-benar diberi tahu tentang gambaran Skizofrenia mulai dari awal sampai sembuh. Sembuh? Ya, sembuh. Ternyata skizofrenia bisa disembuhkan. Bahkan bukan hanya sembuh karena penderitanya ternyata mampu berprestasi dan menginspirasi kita yang sehat wal’afiat.

Bipolar Disorder
Akhir-akhir ini, istilah Bipolar Disorder sering sekali saya dengar. Mulai dari berita kematian seorang aktor hollywood Robin Williams yang diduga bunuh diri dan menderita Bipolar Disorder. Serta dari tanah air yang datang dari Marshanda yang kabarnya dia juga diduga menderita Bipolar Disorder ditengah kasusnya yang lagi happening itu.
Bipolar Disorder adalah jenis penyakit psikologi, ditandai dengan perubahan mood yang ekstrim berupa depresi dan mania. Penggunaan istilah ini mengacu pada suasana hati penderitanya yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) (wikipedia). Jadi, biasanya penderita Bipolar Disorder ini sering mengalami masalah dengan suasana hatinya yang suka berubah-ubah secara mendadak. Dalam satu waktu bisa jadi sangat bahagia namun satu detik berikutnya tiba-tiba merana kesedihan. Penyebabnya bisa karena faktor gen, lingkungan ataupun fisiologi yaitu terganggunya fungsi syaraf dan cairan keseimbangan dalam otak.
Dalam film, penderita Bipolar Disorder bisa kita lihat dalam sosok mantan guru bernama Pat Solitano (Bradley Cooper) di Silver Linings Playbook. Sebuah romcom berkualitas Oscar dari David O. Russell. Kita bisa lihat disana bagaimana Pat dengan Bipolarnya menjalin hubungan dengan Tiffany (Jennifer Lawrence) yang juga tidak kalah anehnya. Tapi yang pasti hati-hati aja ya buat yang sering mood-moodan! Bisa-bisa kena Bipolar Disorder lho! Hehe!!!

Short Term Memory Lost Syndrome
Short Term Memory Lost Syndrome adalah ketidakmampuan seseorang untuk membuat ingatan jangka pendek atau membuat ingatan-ingatan baru. Jadi, si penderita tidak mampu mengingat hal-hal yang baru saja terjadi baik yang dilihat, didengar, dirasakan atau yang dilakukannya. Berkurangnya daya ingat manusia disebabkan oleh dua faktor yakni faktor trauma dan non-trauma. Faktor trauma jika penderita pernah mengalami benturan keras di kepala akibat kecelakaan atau peristiwa lain. Sedangkan faktor non-trauma jika pembuluh darah penderita mengalami gangguang sehingga tidak bisa menyuplai darah ke otak.
Saya tahu istilah Short Term Memory Lost Syndrome dari film Memento (2000) karya Cristopher Nolan.  Film ini bercerita tentang seorang pria yang menderita Short Term Memory Lost Syndrome sehingga ia kesulitan membuat ingatan-ingatan jangka pendek. Ia berusaha menemukan pembunuh istrinya dengan tato, gambar serta catatan-catatan yang dibuatnya untuk membantu mengingat dan memberi pentunjuk untuk menemukan pembunuh istrinya. 

 
Goldfield Syndrome
Seperti halnya Short Term Memory Lost Syndrome, Goldfield Syndrome juga bermasalah dengan yang namanya ingatan. Goldfield Syndrome adalah bentuk amnesia anterogede fiktif dimana peristiwa yang terjadi hari itu akan menghilang dari ingatannya setiap malam (wikipedia). Si penderita tidak akan mengingat peristiwa hari ini di keesokan harinya. Jadi setelah dia tertidur maka ia akan lupa semua kejadian yang telah ia lalui hari itu. Penyebab umumnya terjadi karena kecelakaan yang menyebabkan penderita mengalami amnesia. Jadi biasanya si penderita hanya mengingat peristiwa terakhir sebelum kecelakaan yang ia alami terjadi.
Mengenai Goldfield Syndrome ini, kita bisa nonton filmnya Adam Sandler dan Drew Barrymore yang berjudul 50 First Dates (2004). Disanalah kita bisa melihat secara eksplisit mengenai Goldfield Syndrome itu. Sebagai sebuah romcom, 50 First Dates (2004) termasuk kategori film romcom yang lumayan bagus. Film ini benar-benar menunjukkan kesetiaan seorang lelaki untuk orang yang dicintainya. Si lelaki benar-benar diuji cintanya kepada si perempuan. Bagaimana tidak diuji, kalau kita mencintai seseorang yang justru melupakan kita setiap hari dan tidak mengenali kita sama sekali. Dan lewat 50 First Dates, kita diperlihatkan perjuangan seseorang untuk membuat jatuh hati pujaan hatinya setiap hari seolah-olah itu jatuh hati untuk pertama kalinya. Sampai akhirnya....... Tonton sendiri aja deh!

Osteogensis Imperfecta
Osteogensis Imperfecta adalah sebuah penyakit langka dimana tulang-tulang yang menderita penyakit ini mudah sekali patah dan retak serta sangat rentan terhadap cedera. Penyakit ini umumnya diderita semenjak lahir dan biasanya merupakan penyakit turunan. Selain tulang yang rapuh, Osteogensis Imperfecta juga ditandai dengan kelainan pada ligamen, kulit, sklera, gigi dan pendengaran (tuli).


Osteogensis Imperfecta dalam film bisa dilihat lewat sosok Elijah (Samuel L. Jackson) dalam film Unbreakable (2000). Didalam film ini, ia disebut Mr. Glass karena terlampau seringnya ia cedera dan tulangnya patah dan retak. Unbreakable dibuat oleh M. Night Shyamalan yang waktu itu filmnya masih bagus-bagus. Seperti penyakitnya, Unbreakable juga termasuk film langka dan jarang ditemui akhir-akhir ini. Membawa tema superhero, tapi bukan superhero pada umumnya film ini termasuk salah satu karya Shyamalan yang layak ditonton.

Dyslexia
Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis (wikipedia). Disleksia sebenarnya hanya terbatas pada kesulitan seseorang dalam membaca dan menulis seperti orang normal pada umumnya. Namun disleksia tidak terbatas pada kemampuan manusia lainnya termasuk kecerdasan. Jadi, buat penderita disleksia tidak usah khawatir karena sesungguhnya kemampuan mereka sama seperti manusia normal lainnya. Hanya saja mungkin cara belajar-mengajar penderita disleksia tidak bisa disamakan dengan cara belajar-mengajar orang normal biasanya. Karena memang penderita disleksia tidak bisa seperti itu dan butuh cara belajar-mengajar khusus. Tapi yang pasti, penderita disleksia kalau diajari dengan cara yang benar, dia akan sama seperti orang normal lainnya bahkan bisa lebih.
Ngomong-ngomong soal disleksia, seorang remaja bernama Percy Jackson juga mengalami hal yang sama. Dan memang dia juga mengalami kesulitan belajar ketika disandingkan bersama orang-orang normal pada umumnya. Namun ternyata hal itu tidak menyurutkan dirinya untuk bersinar. Bahkan dalam filmnya, Percy Jackson and The Olympians: The Lighting Thief (2010) dan Percy Jackson: Sea of Monsters (2013), kita akan menemukan moment-moment yang membuat dia hebat karena hanya dia yang bisa melakukan hal tersebut. Dan semua itu berkat disleksia-nya.

Nymphomaniac
Saya tak pernah tahu istilah Nymphomaniac, sebelum Lars Von Trier menelurkan film terakhir dari trilogy depression-nya yang berjudul ‘Nymphomaniac’ tahun ini. Istilah Nymphomaniac ini sendiri merujuk kepada gangguan seksual pada wanita yang ditandai dengan keinginan bercinta yang tidak tertahankan dan muncul dari alam bawah sadar. Sederhananya Nymphomaniac itu adalah wanita yang hiperseks. 


Seperti film Von Trier yang lainnya, film ini juga tak lepas dari kontroversi. Ya, temanya tentang sex addict tentunya bakal menampilkan banyak adegan seks disini. Dan itu memang terbukti. Bahkan sebelum filmnya dirilis, Von Trier sempat membuat kontroversi saat merilis poster para pemerannya yang menampilkan ekspresi orgasme. Terlepas dari itu semua, disini kita bisa melihat perjalanan seorang Joe (Charlotte Gainsbourg) yang dari semenjak remaja telah berhubungan seks sampai akhirnya ia menjadi seorang Nymphomaniac. Dilihat dari segi filmnya, Nymphomaniac yang dibagi menjadi dua part ini, sebenarnya lumayan cuma karena kontennya itu (dan itunya sangat banyak), sehingga membuat film ini jadi kurang nyaman buat ditonton.

Well, masih banyak istilah penyakit/kelainan/sindrom/dsb yang ada dalam film. Bahkan masih banyak film dengan tema-tema seperti diatas yang tak saya sebutkan disini. Tapi apa yang sudah saya sebutkan diatas, menurut saya sudah mampu mewakilkan apa yang ingin saya tulis, meskipun penjelasannya masih kurang detail dan tidak mendalam.

Sunday, August 3, 2014

Catatan Nonton #Juli’14


Tanpa terasa sudah 8 (delapan) bulan sejak saya memulai kebiasaan nulis ulasan/ide/pemikiran/komentar/apapun sama film yang sudah saya tonton di facebook. Berarti sudah 8 (delapan) edisi pula saya memposting tulisan-tulisan tersebut dalam satu bulan, menjadi satu kumpulan yang saya sebut dengan ‘Catatan Nonton’ disini. Sudah seratusan lebih film yang berhasil saya tonton terhitung sejak memulai ini semua baik yang ditonton di bioskop maupun di laptop. Niat yang awalnya hanya sekedar ingin ngobrol soal film namun tidak tersalurkan karena teman-teman sekelas di kampus tidak ada yang bisa diajak berdebat tentang endingnya ‘2001: A Space Odessey’, tidak ada yang bisa diajak tukar pikiran tentang makna ‘The Tree of Life’ atau mengurai keindahan hubungan Jesse and Celine atau ngobrol kenapa seri semacam Twilight atau Transformers itu banyak yang benci sekaligus banyak yang nonton juga atau sekedar sharing tentang daftar film, sutradara, aktor-aktris favorit dsb. Intinya tidak banyak orang-orang yang saya temui didunia nyata untuk ngobrolin soal film sampai detail. Niat yang awalnya juga hanya sekedar iseng malah keterusan dan jadi kebiasaan yang selalu membuat saya kangen untuk nulis.
Kenapa mesti facebook? Padahal sekarang-sekarang ini facebook sudah mulai ditinggalkan dan semakin jarang digunakan sama usernya? Belum lagi kehadiran smartphone yg menawarkan socmed2 baru yg semakin variatif? Lantas kenapa saya memilih facebook? Padahal ada mubi yang jelas-jelas film banget?
Sebenarnya sebelum menggunakan facebook untuk review film kecil-kecilan saya sempat menggunakan twitter. Cuma karena di twitter itu terbatas jadinya saya nggak begitu puas karena tidak semua ide/pikiran tertuang dalam tweet. Akhirnya tidak saya lanjutkan dan sempat berhenti lama. Sebelum akhirnya memilih menggunakan facebook untuk mereview film. Untuk mubi sendiri, punya saya malah jarang diupdate dan memang harus diakui agak terbengkalai.
Tidak terlintas di pikiran saya untuk review atau cerita soal film di facebook. Maklum saya bukanlah orang yang aktif menggunakan socmed. Waktu itu, ide dasarnya sebenarnya cuma sekedar ingin menghidupkan kembali akun facebook saya yang seperti mati. Apalagi yg saya perhatikan makin kesini makin banyak orang yang berpaling dari socmed yang satu ini dan ngerasa gengsi untuk menggunakannya. Cuma masalahnya harus dengan apa saya isi? Karena saya tidak mau seperti orang yang kebanyakan. Terus kebetulan saya lihat beberapa kali teman facebook yang pamer nonton film. Lumayan tertarik. Kemudian saya coba dan jadinya rada ketagihan. Tiga film pertama waktu itu hanya sebatas status watching:... belum ada tulisan apapun. Sampai akhirnya untuk pertama kalinya status watching:... tersebut saya isi dengan sedikit ulasan. Film yang beruntung kebagian jatah pertama adalah ‘The Hunger Games: Catching Fire’ yang kebetulan juga saya tonton di bioskop.
Dari sana mulailah saya menjalani kebiasaan update cerita soal film di facebook. Awalnya seru rasanya bisa cerita film disitu. Ya, walaupun respon orang-orang tidak sampai gimana-gimana tapi setidaknya saya bisa ngeluarin uneg-uneg soal film yang tidak bisa dikeluarkan didunia nyata. Sampai saya merangkum semua update tersebut dalam satu bulan di blog ini lewat postingan berjudul ‘Catatan Nonton’. Seiring berjalannya waktu, makin ke sini makin rada bosan dan rada ribet juga kalau setiap habis nonton film harus nulis di facebook. Belum lagi saya selalu dihinggapi pikiran negatif tentang kemungkinan akan adanya orang yang kesal dan tidak suka sama saya karena hobinya cuma ngabisin timeline dengan tulisan panjang sok-sok bicara film. Namun pada akhirnya saya tetap bertahan dan sadar, ternyata sudah berjalan sampai 8 (delapan) bulan.
Memang sesungguhnya tidak setiap film yang saya tonton saya review di facebook. Untuk menghindari kebosanan biasanya saya mengganti privasinya dengan status only me atau saya langsung tulis dalam kolom reviewnya saja yang memang tidak muncul di timeline orang. Tapi film-film tersebut tetap masuk daftar ‘Catatan Nonton’, jadi biarpun di facebook nggak ada tapi tetap di blog tetap ada. Selain itu, saya membuat pengecualin untuk film-film yang sudah saya tonton kemudian ditonton lagi, maka itu tidak akan saya kasih short reviewnya.
Wah, kayaknya ini opening paling panjang dalam edisi ‘Catatan Nonton’ yang pernah saya buat. Tak biasanya bikin opening sepanjang ini. Tapi karena satu dan lain hal, saya merasa perlu juga untuk bicara panjang lebar di opening ‘Catatan Nonton’ kali ini. Karena nggak tahu kenapa, saya merasa bulan-bulan ke depan sepertinya saya sudah lebih jarang atau mungkin nggak sama sekali untuk cerita soal film lagi di facebook dan mungkin edisi ‘Catatan Nonton’ di blog ini bakal nggak ada (Ouchhh, TIDAK!!!). Tapi itu hanya sebatas spekulasi sementara dari saya saja. Tapi mudah-mudahan saja kebiasaan ini tidak pernah hilang dan selalu saya lakukan. Tapi apapun itu, yang pasti ini adalah ‘Catatan Nonton’ jadi mari simak review-review singkat dari film yang saya tonton di bulan Juli kemarin. Check it out!

Berbagi Suami (2006) (01/07/14)


Short review:
Mengambil sudut pandang perempuan, Nia Dinata menyajikan isu poligami dengan sangat cerdas disini. Menyalurkan segala kegundahannya terhadap praktek poligami tanpa harus terkesan membenci pelakunya dan menggurui penontonnya. Sindiran2 satir berbalut komedi menjadi tontonan hangat dr film yg punya judul Inggris 'Love for Share’ ini.
Skor: 4/5

Reservoir Dogs (1992) (04/07/14)


Short review:
Film yg menandai Quentin Tarantino sbg salah satu director yg punya ciri khas dlm film2nya, dan sudah kita kenal sampai sekarang. Film sederhana berlabel indie yg masuk jajaran classic cult. Meskipun ini film heist tapi tak pernah dijelaskan bagaimana proses perampokan itu terjadi. Yg terjadi adalah justru setelahnya. Film ini tdk hanya enak untuk ditonton tp membuat kita turut berimajinasi tentang apa dan siapa. Bagaimana pengkhianatan dan kepercayaan yg berujung saling curiga bisa jadi sebuah perdebatan hebat yg menarik.
Skor: 4/5

Kahaani (2012) (06/07/14)


Short review:
Yg kita ingat soal film bollywood tentu tak jauh2 dr drama romansa, nyanyi2, nari2 dsb. Namun 'Kahaani' itu berbeda. 'Kahaani' adalah drama thriller tentang wanita hamil yg mencari suaminya. Yg akan membawa kita pd petualangan si wanita merangkai kepingan puzzle di sudut2 kota Kalkuta, India. Sy selalu suka ketika ada drama thriller punya tokoh utama wanita, lebih spesial rasanya. Film ini murni produksi India tp penggarapannya berasa kayak film2 hollywood. Semakin kagum krn 'Kahaani' ditutup sebuah twist keren. Cool!
Skor: 3,5/5

Noah (2014) (09/07/14)


Short review:
Bukan karya terbaik Darren Aronofsky tapi masih mampu menghibur lewat aspek visualnya. Aspek religinya memang tidak terlalu menonjol tapi masih mampu mengimbangi isi cerita secara keseluruhan. Review selengkapnya bisa dilihat disini.
Skor: 3,25/5

Transformers: Age of Extinction (2014) (10/07/14)


Shor review:
Selama 'Transformers' ada di tangan Michael Bay maka selamanya ia tak akan berubah. Jangan mengharapkan apapun dari 'Transformers' ini, apalagi cerita karena pasti kurang berisi. Tapi tengoklah sisi visualnya yang selalu mengalami peningkatan dari setiap serinya. Review selengkapnya bisa dilihat disini.
Skor: 3/5

Need for Speed (2014) (16/07/14)


Short review:
Mungkin masih belum bisa menandingi kedigdayaan 'Fast & Furious' yg sudah melaju sejak 2001. Tapi setidaknya 'Need for Speed' masih bisa memberi warna tersendiri sbg film balap mobil. Adegan2 yg meminimalisir CGI mampu menghadirkan setiap sekuens balapan menjadi menyenangkan dan mendebarkan. Ceritanya mungkin simple, predictable dan berakhir klise. Namun faktor emosi + iringan scoring yg tak kalah emosional, menjadikan NFS tetap terkoneksi ke penontonnya utk tetap stay sampai akhir.
Skor: 3,25/5

The Cabin in the Woods (2012) (18/07/14)


Short review:
Ketika minim referensi tentang film horror, maka 'The Cabin in the Woods' adalah sebuah tontonan klise semata. Namun ketika referensi film horror itu banyak, maka menonton 'The Cabin in the Woods' adalah sebuah kesenangan. Sebuah pesta ala horror lengkap dgn semua subgenre-nya. Pesan manis sekaligus tribute dr Joss Whedon & Drew Goddard thd genre horror itu sendiri. You think you know the story?
Skor: 3,75/5

Dumb & Dumber (1994) (19/07/14)


Short review:
Sesuai judulnya 'Dumb & Dumber', apa yang ditampilkan duet Jim Carrey dan Jeff Daniels adalah sebuah kebodohan. Dan kebodohan2 yang mereka lakukan sanggup memberi moment2 lucu untuk ditertawakan. Meskipun tidak semua bisa membuat tertawa terbahak-bahak, tapi sebagai film komedi, 'Dumb & Dumber' berhasil mencuri perhatian di genre ini. Semoga sekuelnya 'Dumb & Dumber To' bisa lebih bodoh dan gila lagi.
Skor: 3/5

Rio 2 (2014) (22/07/14)


Short review:
Lumayan seru mengikuti petualangan Blu kali ini, apalagi sekarang punya setting hutan amazon. Walaupun secara plot tidak ada yang benar-benar baru disini. Punya kesan standar memang, tapi apa yang diharapkan dari film animasi semacam ini selain hiburan ringan? Namun disisi lain 'Rio 2' juga punya pesan yang sangat baik sekali. Terutama agar manusia bisa menjaga lingkungannya terutama hutan.
Skor: 2,75/5

A Beautiful Mind (2001) (22/07/14)


Short review:
Entah karena alasan apa, saya selalu suka film yang punya unsur penyakit psikologis didalamnya. Bermain dengan skizofrenia, 'A Beautiful Mind' jadi salah satu yang terbaik di genrenya. Tak heran bila film ini dapat penghargaan Academy Awards. Kisah yang diambil dari perjalanan hidup seorang peraih Nobel Awards, John Nash ini berhasil digarap dengan baik oleh Ron Howard, apalagi 'A Beautiful Mind' punya naskah dan divisi cast yang tampil solid. Especially for Russel Crowe.
Skor: 4,25/5

The Grand Budapest Hotel (2014) (23/07/14)


Short review:
Masih sama menyenangkannya seperti karya Wes Anderson sebelum2nya. Masih terasa warna & signature khasnya setelah terakhir kali melihatnya dlm 'Moonrise Kingdom'. Style directing, cara bertuturnya yg quirky, pergerakan kameranya, komedi absurd-nya dan pastinya scoring catchy yg sudah jd trademark-nya selama ini menjadi keseruan tersendiri. Terlebih lagi krna Wes menampilkan 'The Grand Budapest Hotel' dlm balutan visual yg eye candy. Cantik & manis. Dan tak perlu panjang lebar lagi 'The Grand Budapest Hotel' masuk jajaran film terbaik 2014 (versi saya) sejauh ini.
Skor: 4,25/5

Black Swan (2010) (25/07/14)


Short review:
Sulit untuk tidak mengagumi film Aronofsky ini. Salah satu pencapaian tertinggi seorang Natalie Portman. Sebuah eksplorasi sisi terdalam manusia akan obsesinya untuk menjadi sempurna. Thriller-psikologis yg tidak hanya kelam, mencekam, tragis dan emosional, namun juga cantik disaat bersamaan.
Skor: 4,25/5

Pi (1998) (25/07/14)


Short review:
Kelihaian Darren Aronofsky untuk menjadikan sebuah karakter kompleks yg mampu mengikat emosi penonton memang sudah ia lakukan sejak memulai debutnya lewat 'Pi'. Dan hal itu pula yang menjadi salah satu ciri khas dalam film-filmnya selama ini. Kembali bercerita tentang obsesi manusia, 'kali ini lewat seorang jenius dgn matematikanya. Nuansa hitam-putih, editing & pergerakan kamera yg unik + lantunan musik psychdelic membawa kita menyelami otak Cohen yg rumit dan misterius itu. Serumit dan semisterius π (Pi) itu sendiri.
Skor: 3,75/5

Mission: Impossible – Ghost Protocol (2011) (26/07/14)


Short review:
Lewat 'Ghost Protocol', seperti inilah sejatinya 'Mission: Impossible' bekerja. Mampu membuat misi-misi mustahil menjadi tontonan yang menegangkan dan mendebarkan. Meskipun punya template usang, tapi jelas-jelas 'Ghost Protocol' punya keunggulan dibanding tiga film sebelumnya. Adapun sedikit kelemahan yang ada mungkin muncul dari sosok villain Hendricks ‘Cobalt’ (Michael Nyqvist) yg tampil kurang maksimal. Terlepas dari itu semua, tentu kita semua setuju kalau adegan Tom Cruise (tanpa stuntman) di Burj Khalifa itu keren!
Skor: 3,5/5

Superman Returns (2006) (27/07/14)


Short review:
Entah kenapa saya kurang begitu terhibur sama film Superman yang ini. Durasi 2,5 jamnya terasa membosankan.
Skor: 2,75/5

Primal Fear (1996) (31/07/14)


Short review:
Mungkin kita semua sudah tahu kalau 'Primal Fear' merupakan tipikal film yg punya twist. Bahkan bukan hanya satu, tapi dua buah twist yang sudah menanti. Kalau kita jeli, sesungguhnya film ini tidak punya kejutan sama sekali. Namun berkat akting brilian seorang Edward Norton, twist yg disiapkan Gregory Hoblit benar2 bekerja memperdaya penonton dan membuat penonton yakin dgn apa yg dilihatnya, sebelum akhirnya...? Utk ukuran aktor debutan, Norton memang tampil sangat hebat. Bahkan Richard Gere yg notabene adalah tokoh utamanya terasa terpinggirkan begitu saja ketika melihat penampilan Norton yg luar biasa disini.
Skor: 3,5

Pulp Fiction (1994) (31/07/14)


Short review:
Plot non-liniernya mungkin membingungkan sebagian penonton. Dialog2nya mungkin dianggap gak penting. Namun hrs diakui bahwa 'Pulp Fiction' adalah film cerdas. Tidak hanya sentuhan black comedy-nya yg kental, namun lebih dari itu 'Pulp Fiction' dgn satir dan ironinya menyentil hal2 klise dlm perfilman hollywood. Penghargaan tertinggi Palm d'Or Cannes dan Best Screenplay Oscar berhasil diraih film kedua Quentin Tarantino ini. Membahas 'Pulp Fiction' mungkin tdk akan ada habisnya, krn ditinjau dr aspek manapun film ini punya nilai diatas rata2. Kalau gak mau bilang masterpiece, lantas apa?
Skor 4,5/5

Pictures from impawards