Tentang ‘RADIOHEAD’

Radiohead Bukan Hanya Sekedar Band. Karena perlu lebih dari sekedar mendengarkan lagunya untuk bisa memahami musiknya.

Review Album Noah “Seperti Seharusnya”

Album “Seperti Seharusnya” ini seakan menjawab semua pertanyaan yang ada selama masa hiatus mereka dari industri musik Indonesia. Sekaligus sebagai hadiah bagi semua sahabat yang telah lama menantikan karya-karya mereka.

Cerpen: Aku, Kamu dan Hujan

"Hujanpun tak lagi turun disini seakan tak mengizinkan kami untuk bertemu lagi seperti dulu. Hari-hari begitu kelam terasa"

Lagu yang Berkesan Selama 2012

Lagu pada dasarnya bukan hanya untuk sekedar didengarkan. Kadang ada lagu yang berkesan dalam kehidupan saat ada moment-moment tersendiri dalam hidup kita.

Tentang Film Animasi di Tahun 2012

Dibalik kesederhanaan cerita, tema atau apapun, film animasi ternyata menyajikan banyak pesan tersirat, sarat akan makna dan banyak hal yang bisa kita ambil dari apa yang disampaikan dari kesederhanaan yang diungkap dalam film animasi.

Thursday, January 29, 2015

Catatan Nonton #Januari’15

Liburan awal tahun memberi kesempatan saya untuk menghabiskan waktu dengan menonton lebih banyak film, serial TV dan anime. Bahkan akhirnya saya bisa menyelesaikan saga ‘Harry Potter’ yang sempat saya tunda-tunda secara maraton selama 2 hari berturut-turut. Menonton saga ‘Harry Potter’ secara maraton berhasil memberi kepuasan tersendiri buat saya di bulan Januari ini. Maka tak berlebihan jika saga ‘Harry Potter’ menjadi movie of the month dalam ‘Catatan Nonton’ kali ini. Dan tanpa perlu basa-basi lagi, berikut daftar film yang masuk dalam ‘Catatan Nonton’ edisi bulan Januari. Check this out!

United 93 (2006) (01/01/15)


Short review:
Sebuah gambaran sempurna tentang teror di udara. Mungkin plotnya tidak 100% akurat karena sumbernya memang seadanya. Tapi dengan penggarapan layaknya sebuah dokumenter, Paul Greengrass berhasil membuat sebuah dramatisasi nan menggetarkan menyoroti tragedi memilukan 11 September. Dan menerjemahkan bukti-bukti serta kesaksian yang ada menjadi detik demi detik yang menegangkan. Namun ada hal yang sedikit mengganggu disini. Sejak scene pertama 'United 93' memang sudah sangat provokatif. Seolah memberi kesan negatif pada satu golongan agama tertentu, padahal faktanya tidak semua seperti itu.
Skor: 3,75/5

Fury (2014) (02/01/15)


Short review:
Semenjak 'Saving Private Ryan' tahun 1998, film perang setelahnya mungkin masih belum bisa menyamai standar Spielberg tersebut. Dan dengan semangat & ambisinya, David Ayer membawa lagi potret neraka dunia yang mencekam itu. Mengambil set perang dunia II, tank sherman bernama 'Fury' pimpinan Don 'Wardaddy' melaju tak terhenti menampilkan pemandangan memilukan bernama "perang". Tidak hanya sekedar baku tembak, ada sedikit dramatisasi yang cukup efektif walaupun stereotype. Semuanya itu berhasil dikemas dengan baik. Ayer mungkin belum bisa melampaui pencapaian Spielberg, tapi 'Fury' adalah film perang yang sangat menarik, yang jarang ditemui beberapa tahun terakhir ini.
Skor: 3,75/5

Boyhood (2014) (03/01/15)


Short review:
Adalah luar biasa ketika seorang Richard Linklater membuat film dalam rentang waktu 12 tahun dengan aktor-aktris yang sama tanpa sedikitpun kehilangan konsistensinya. Sebuah drama coming of age yang terasa sangat nyata dan dekat dengan kehidupan. Seperti berjalan melintasi waktu, 'Boyhood' membawa penonton pada sebuah perjalanan hidup seorang bocah yang terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Dari kacamatanya kita diajak memandang, berfilosofi dan memaknai anugerah terindah bernama "hidup". Kerja keras + komitmen Linklater dan timnya sangat layak untuk diapresiasi. Jelas ini adalah karya langka yang luar biasa. Meminjam lagunya Kahitna 'Boyhood' itu lebih dari sekedar cantik.
Skor: 4,25/5

Inglourious Basterds (04/01/15)


Short review:
Seorang Quentin Tarantino memang terkenal dengan kegemarannya membuat film "sekarepdewek". Mencoba mengambil tema sejarah berlatar pendudukan NAZI dalam 'Inglourious Basterds', Tarantino menawarkan sesuatu yang berbeda. Ketika dia akhirnya merombak sejarah yang ada, memodifikasinya, sehingga unsur historisnya hilang, menjadi sebuah tontonan yang baru dan berbeda. Seperti filmnya yang lain, 'Inglourious Basterds' juga tidak kehilangan ciri khasnya selama ini. Seperti pembagian bab film, dialog ngalor-ngidul gak penting, adegan2 gila dan berdarah, kejutan2 menyenangkan namun juga membosankan bagi yang belum terbiasa dengan gayanya. Tapi mungkin karena itulah kita menyukai karya-karya Quentin Tarantino.
Skor: 4/5

Enemy (2013) (05/01/15)


Short review:
Denis Villeneuve telah berhasil mencuri perhatian saya lewat dua filmnya, 'Incendies' dan 'Prisoners'. Rasanya tidak sulit juga untuk menyukai 'Enemy'. Mengadaptasi cerita dari novel berjudul 'The Double' karya José Saramago, Villeneuve kembali membawa Jake Gyllenhall yang harus bertemu dengan dirinya yang lain dalam sebuah thriller berlatar temaram. Dibandingkan dua film sebelumnya, 'Enemy' adalah film yang paling pendek durasinya, namun justru 'Enemy'-lah yang paling membuat pusing. Banyak unsur surealisme layaknya karya David Lynch yang coba dituangkan Villeneuve. Sedikit memutar otak, namun jika cukup jeli, clue-nya sudah bertebaran sebenarnya.
Skor: 3,75/5

Harry Potter Series (2001-2011) (06-07/01/15)


Short review:
Rasanya agak memalukan baru bisa menyelesaikan saga paling populer ini beberapa waktu yang lalu. 'Harry Potter' adalah sebuah fenomena. Ah tidak, lebih dari itu. Ini semacam budaya pop yang mempengaruhi anak-anak diseluruh dunia sedekade lalu. Entah mantra sihir apa yang telah diucapkan J.K. Rowling sehingga sanggup menghipnotis dunia dengan imajinasi liarnya. Manusia-manusia yang tumbuh bersamanya (buku dan film) mungkin akan merasakan perasaan emosional tatkala 'The Deathly Hallows Part 2' menutup babnya dengan sebuah senyum kepuasan. Untuk ukuran franchise yang berumur 10 tahun, 'Harry Potter' berhasil mempertahankan kualitas masing-masing filmnya dengan cukup stabil. Hal yang jarang ditemui di era sekarang. Jelas 'Harry Potter' adalah franchise yang akan dikenang sepanjang masa, terlepas kamu seorang fans atau bukan.
Skor: 5/5

Nightcrawler (2014) (10/01/15)


Short review:
Tak disangka jika 'Nightcrawler' akan menjadi sebuah drama thriller yang menarik. Sutradara debutan Dan Gilroy sukses mengemas tema yang terbilang jarang dipakai dalam sebuah film menjadi tontonan menegangkan. Dengan tema yang diusungnya, Dan Gilroy tidak hanya menyajikan sebuah drama kriminal thriller kelam berlatar belakang ambisi berlebihan seorang manusia. Ada pesan satir yang disampaikan dengan begitu lugas pada sisi gelap dunia jurnalistik yang mungkin tidak pernah kita sadari. Well done!
Skor: 4/5

Big Hero 6 (2014) (11/01/15)


Short review:
Well, semenjak 'Tangled' yang mengawali kebangkitannya, Disney seolah tak berhenti melahirkan animasi ok setiap tahunnya. Membawa tema superhero dengan meminjam karakter Marvel, Disney membawa dunia baru yang belum dijamahnya. Hasilnya adalah tontonan yang lucu, segar dan menyenangkan. Terlebih 'Big Hero 6' mencampurkan dua unsur budaya dari dua negara (Amerika & Jepang) yang menjadi pembeda. Dan meskipun punya rasa film superhero yang kental, elemen2 khas Disney tidak hilang disini. Apalagi 'Big Hero 6' juga turut melahirkan karakter loveable dalam robot putih obesitas berasa marshmallow, Baymax.
Skor: 3,75/5

The Hobbit: The Battle of the Five Armies (2014) (12/01/15)


Short review:
Mungkin sebaiknya 'The Hobbit' memang tidak perlu dibuat menjadi sebuah trilogi. Terkesan dipanjang-panjangkan dan itu cukup terasa. Dua film sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk memvisualkan sebuah buku. Namun alasan komersial memang lebih logis untuk dipertimbangkan. Mengganti subjudul lamanya yang terasa melankolis, 'There & Back Again' menjadi 'The Battle of the Five Armies' yang lebih menjual, Peter Jackson menawarkan perang berskala besar untuk menutup seri ini. Hasilnya adalah 'Battle of the Five Armies' masih kalah dari 'Battle of Helms Deep' dan 'Battle of Osgiliath' di LOTR yang epik itu.
Skor: 3/5

Pan’s Labyrinth (2006) (14/01/15)


Short review:
Dinominasikan dalam enam kategori Oscar dan memenangkan tiga diantaranya adalah sebuah prestasi buat film berbahasa asing, 'Pan's Labyrinth'. Dengan semangat gothic yang kental, Guillermo del Toro menyajikan dua buah plot berbeda dalam satu jalinan cerita. Yang satu, fantasi anak beralaskan horor gelap berisi mahluk-makhluk aneh yang mengerikan. Yang satu lagi pemberontakan terhadap kaum fasis di Spanyol beralaskan drama thriller yang sadis dan berdarah. Seperti sebuah realita kejam yang ditubrukkan dengan dongeng fantasi yang indah. Keduanya bersatu dalam sebuah kegetiran yang manis.
Skor: 4/5

Dracul Untold (2014) (17/01/15)


Short review:
Mungkin menjadi dibawah ekspektasi ketika nuansa horor tidak begitu nampak dalam sosok ikonik penghisap darah di film terbarunya ini. Walaupun masih mengusung tokoh sama yakni Dracula, Gary Shore tidak lantas membuat plotnya seperti origins ceritanya yang kita kenal. Ada pendekatan fantasi yang dikaitkan dengan sejarah yang coba dituangkanGary Shore untuk membawa sebuah latar belakang kisah Dracula yang baru. Mungkin dari sanalah penambahan kata 'Untold' dalam judul dibuat. Konon katanya 'Dracula Untold' adalah sebuah awal dari universe tentang monster-monster klasik yang akan diusung Universal seperti layaknya MCU. Ya, kita tunggu saja akan kemana kisahnya nanti. Namun sebagai sebuah awal 'Dracula Untold' tidak jatuh pada kategori buruk, masih lumayan sebagai tontonan hiburan. Aspek visualnya juga lumayan ok. Meski secara keseluruhan memang filmnya tidak terlalu spesial.
Skor: 3/5


Gambar diambil dari sini.

Thursday, January 15, 2015

Film dengan Ending Tragis

Salah satu keberhasilan sebuah film yang bisa membuat penontonnya terkesan adalah ending-nya. Karena ending selain sebagai tanda berakhirnya film, ending juga bisa memberi persepsi yang lain bagi penontonnya. Ending juga tidak hanya terbatas pada happy ending atau sad ending saja. Sekarang-sekarang bentuk ending yang dihadirkan semakin banyak dan bervariasi. Malah ada ending yang justru menimbulkan misteri dan pertanyaan, sehingga menarik untuk dijadikan bahan diskusi.
Post kali ini, saya mau sedikit share tentang film yang menurut saya punya ending yang tragis. Tragis disini memang sifatnya subjektif, jadi diluar sana sebenarnya masih banyak film yang mempunyai ending yang tak kalah tragis. Saya telah me-list 10 (sepuluh) film yang menurut saya punya ending tragis.  Oh ya, untuk memberi kenikmatan menonton (bagi yang belum), disini saya berusaha agar tidak memberi rincian dimana dan bagaimana moment tragis itu terjadi. Jadi, mending ditonton sendiri saja!

1.     The Boy in the Striped Pajamas (2008)

  
Directed by : Mark Herman
Starring : Asa Butterfield, Vera Farmiga
Plot : Anak salah satu pimpinan NAZI yang kesepian menjalin persahabatan dengan seorang anak yahudi. Persahabatan mereka berdua berjalan cukup baik, sampai suatu saat si anak yahudi meminta bantuan kepada si anak NAZI untuk mencari ayahnya yang hilang.

“Ini adalah salah satu film dengan ending paling tragis yang pernah saya tonton.
Saya selalu tak berhenti merasa sesak setiap kali menonton atau bahkan memikirkan film ini. Sebuah pemandangan yang begitu memilukan”

2.    The Orphanage aka El Orfanato (2007)
 


Directed by : J. A. Bayona
Starring : Belén Rueda, Roger Princep, Fernando Cayo
Plot : Seorang ibu kehilangan anaknya secara misterius. Segala daya dan upaya telah ia lakukan untuk menemukan anaknya. Sembilan bulan berlalu, anaknya masih belum ditemukan.

“Sama halnya dengan ‘The Boy in the Striped Pajamas’,
‘The Orphanage’ juga terlalu menyesakkan untuk diingat”

3.    Hunger (2008)


Directed by : Steve McQueen
Starring : Michael Fassbender
Plot : Aksi protes para simpatisan Republik Irlandia yang ditahan pemerintah Inggris di penjara Maze semasa konflik ‘The Troubles’ berlangsung.

“Keseluruhan moment di film ini buat saya merupakan hal tragis.
Sebuah potret kehidupan penjara yang begitu mengiris iba”

4.   Seven Pounds (2008)

 
Directed by : Gabriele Muccino
Starring : Will Smith, Woody Harrelson
Plot : Rasa bersalah menghantui seorang pria yang tanpa sengaja telah menewaskan 7 orang termasuk istrinya dalam sebuah kecelakaan.

“Penebusan dosa lewat cara yang ekstrim.
Diakhiri sebuah moment yang tak kalah tragis”

5.    Eden Lake (2008)


Directed by : James Watkins
Starring : Kelly Reily, Michael Fassbender, Jack O’Connel
Plot : Dua anak manusia yang menjalin kasih memilih sebuah danau sebagai tempat menghabiskan waktu berdua. Namun bukannya suasana romantis yang mereka dapatkan, hal-hal tak terduga bermunculan ketika segerombolan remaja tanggung mengacaukan acara liburan mereka.

“Manusia hanya bisa berusaha.
Tapi apa yang akan terjadi didepan... Kita takkan pernah tahu”

6.   The Mist (2007)


Directed By : Frank Darabont
Starring : Thomas Jane, Marcia Gay Harden
Plot : Sebuah kota tiba-tiba diselimuti kabut tebal yang diisi makhluk-makhluk mengerikan. Sekumpulan orang berlindung didalam sebuah supermarket dan mencoba bertahan hidup dari serangan-serangan makhluk ganas tadi.

“Seandainya lebih sabar menunggu,
(mungkin) moment tragis itu takkan pernah terjadi”

7.    Oldboy aka Oldeuboi  (2003)


Directed by : Park Chan-Wook
Starring : Choi Min-sik, Yu Ji-tae, Kang Hye-Jong
Plot : Seorang pria tiba-tiba menemukan dirinya terkurung dalam sebuah ruangan tanpa sebab yang pasti. Setelah dua puluh tahun, si pria tersebut dibebaskan begitu saja tanpa sebab yang pasti pula.

“Dosa kecil di masa lalu,
 bisa menjadi hal besar di masa depan”

8.   Arlington Road (1999)


Directed by : Mark Pellington
Starring : Jeff Bridges, Tim Robin
Plot : Duda satu anak mencurigai tetangga barunya yang dianggap teroris. Namun tak ada satupun yang mempercayainya, termasuk sang pacar. Dan kecurigaan yang terus memuncak menuntun si duda pada sebuah perjalanan.

“Kecurigaan terlalu mendalam
justru menyebabkan sesuatu yang tak pernah terduga sama sekali”

9.    Buried (2010)


Directed by : Rodrigo Cortes
Starring : Ryan Reynolds
Plot : Supir truk dari perusahaan kontraktor Amerika terjebak dalam sebuah peti yang terkubur di tanah Irak. Berbekal zippo, alat tulis dan handphone low-battery, ia berusaha keras untuk bisa keluar dari gelapnya peti tersebut.

“Kuncinya adalah pantang menyerah dan jangan putus asa”

10. Into the Wild (2007)


Directed by : Sean Penn
Starring : Emili Hirsch, Vince Vaughn, Kristen Stewart
Plot : Seorang pemuda yang lelah dengan kehidupannya, membuat keputusan ekstrim dalam hidupnya. Meninggalkan semua kehidupan nyamannya dalam sebuah petualangan pencarian diri.

“Kepalsuan dunia membatasi jiwa manusia sebagai makhluk bebas.
Dalam dua sisi yang selalu menjadi pertanyaan: realistis atau idealis”

+++

The Amazing Spider-Man 2 (2014)


Directed by : Marc Webb
Starring : Andrew Garfield, Emma Stone, Jamie Foxx, Dane DeHaan
Buat penggemar komiknya, kematian Gwen Stacy memang sudah diprediksi akan terjadi disini. Namun buat kalangan awam, kematian Gwen tetaplah sesuatu yang tragis. Lebih memilukan lagi, karena yang sebenarnya terjadi adalah (FYI) alasan Gwen Stacy mati bukan karena kepalanya kejeduk lantai. Melainkan karena jaring spiderman yang menarik tubuh Gwen terlalu kuat, sehingga menyebabkan tulangnya patah. Hal ini merujuk kepada komiknya yang juga mempunyai alasan kematian yang sama, cuma lokasinya saja yang berbeda. Coba lihat lagi tubuh Gwen yang begitu melengkung saat ditarik spiderman. Dan kalau memang karena kejeduk lantai, kenapa darah yang keluar cuma sedikit? Itupun keluar dari hidungnya.

Saturday, January 10, 2015

10 Film Terbaik 2014

        Susah susah mudah sebenarnya membuat daftar film terbaik dalam satu tahun. Ya, selain karena memang begitu banyak film bagus di luar sana, menyeleksi dan membuatnya menjadi sebuah urutan sistematis juga bukanlah hal yang mudah.
Dan karena yang terbaik menurut kita tak berarti juga yang terbaik menurut orang lain. Maka dari itu, saya buat jadi lebih sederhana. Ini adalah daftar film (kalau nggak mau disebut terbaik) yang berhasil memberi banyak kesan dan kepuasan menonton selama tahun 2014 lalu.
Masih banyak film di tahun 2014 yang belum sempat saya tonton, terutama film-film yang banyak masuk nominasi di berbagai ajang award, seperti ‘Birdman’, ‘The Imitation Game’, ‘Selma’, ‘Whiplash’ dll. Jadi film-film tersebut tidak akan ada dalam daftar. Namun seandainya sudah ditonton, ada kemungkinan film-film tersebut masuk dalam daftar.
       Untuk film terjelek tahun 2014 versi saya adalah 'Crows Explode'. Dan sejujurnya saya sangat, sangat, sangat, sangat menyesal nonton film tersebut. Ini serius. Lagipula, koq bisa-bisanya saya membuang-buang waktu dua jam saya untuk menonton film tersebut. Crows Explode adalah film yang benar-benar membuat saya menyesal sudah menontonnya. Ya, mungkin saat itu saya sedang khilaf.
Dan tanpa basa-basi lagi, berikut 10 film terbaik 2014 versi saya.

Honorable mentions:
Enemy (Denis Villeneuve), Guardians of the Galaxy (James Gunn), Locke (Steven Knight), Edge of Tomorrow (Doug Liman), Begin Again (John Carney), Snowpiercer (Bong Joon-Ho), The Immigrant (James Gray), The LEGO Movie (Phil Lord & Christopher Miller), The Raid 2: Berandal (Gareth Evans), Captain America: The Winter Soldier (Anthony & Joe Russo)

#10 The Babadook (Jennifer Kent)


Dari tangan seorang perempuan bernama Jennifer Kent, lahirlah sajian horor terbaik tahun ini. Sebuah cerita sederhana yang sanggup menantang rasa takut. Atmosfer creepy dan depressing yang kental melebur bersama dongeng klasik anak-anak ini.

#9 Under the Skin (Jonathan Glazer)


Bersama aura pekat, dingin, sunyi dan misteriusnya, sesosok alien hadir dalam wujud Scarlett Johansson. Memangsa para korbannya dengan caranya sendiri. Menghadirkan atmosfer kengerian dalam setiap gambar dan suara yang (terasa) tak biasa.

#8 Frank (Lenny Abrahamson)


Michael Fassbender mengekspoitasi hampir seluruh scene-nya dengan menutupi wajahnya memakai topeng berkepala besar. Unik, aneh tapi menarik. Terlepas dari segala keanehan yang dimilikinya, ‘Frank’ adalah sebuah eksplorasi musik tak biasa dalam sebuah drama menggugah tentang krisis identitas.

#7 X-Men: Days of Future Past (Bryan Singer)


Sebuah ide brilian dari seorang Bryan Singer ketika menggabungkan mutan masa lalu dan masa kini. Menjadikan 'Days of Future Past' sebagai benang merah semua film X-Men. Bukan hanya menyelamatkan masa depan para mutant. Tapi juga menyelamatkan masa depan franchise X-Men itu sendiri. [Review]

#6 The Grand Budapest Hotel (Wes Anderson)


Petualangan menyenangkan dalam balutan visual eye candy yang menyatu dengan segala keunikan di film ini. Bumbu-bumbu komedi khas Wes Anderson sangat efektif menangkap moment-moment seru yang tersaji disini.

#5 Nightcrawler (Dan Gilroy)


Ketika mata kamera menjamah sudut-sudut ‘malam’ kota. Merekam jejak kriminal bersama ‘ambisi’ besar manusia yang tak berbatas. Menawarkan ketakutan dalam pekatnya ‘malam’. Sebuah pesan satir yang menyentuh sisi gelap dunia jurnalistik.

#4 Gone Girl (David Fincher)


David Fincher membuat sebuah premis sederhana menjadi sebuah sajian thriller kelam yang menegangkan. Menebar kepingan puzzle untuk coba dirangkai penonton, yang kemudian ditelanjangi dengan twist yang disiapkannya.

#3 Her (Spike Jonze)


Entah bagaimana Spike Jonze mengolah ide absurd-nya (manusia yang jatuh cinta pada OS) menjadi rangkaian script yang begitu indah. Bahkan bukan hanya tentang kisah cinta absurd itu saja, ada selipan satir sosial yang dihadirkan Jonze lewat Joaquin Phoenix yang kesepian.

#2 Boyhood (Richard Linklater)


Mungkin hanya seorang Richard Linklater-lah yang punya ide menahkodai sebuah film dengan masa pembuatan waktu mencapai 12 tahun. Hebatnya, selama kurun waktu tersebut, Richard Linklater dan timnya berhasil mempertahankan kualitas filmnya dengan konsisten. Finally, lahirlah sebuah drama coming of age manis yang luar biasa.

#1 Interstellar (Christopher Nolan)


Upaya Christopher Nolan menyatukan love & science dalam sebuah ekspedisi luar angkasa telah memberikan sebuah pengalaman sinematik yang sangat berkesan buat saya tahun ini. Tidak hanya teori sainsnya yang terasa dekat, ada kemegahan dalam sisi visualnya yang begitu emosional. [Review]