Tentang ‘RADIOHEAD’

Radiohead Bukan Hanya Sekedar Band. Karena perlu lebih dari sekedar mendengarkan lagunya untuk bisa memahami musiknya.

Review Album Noah “Seperti Seharusnya”

Album “Seperti Seharusnya” ini seakan menjawab semua pertanyaan yang ada selama masa hiatus mereka dari industri musik Indonesia. Sekaligus sebagai hadiah bagi semua sahabat yang telah lama menantikan karya-karya mereka.

Cerpen: Aku, Kamu dan Hujan

"Hujanpun tak lagi turun disini seakan tak mengizinkan kami untuk bertemu lagi seperti dulu. Hari-hari begitu kelam terasa"

Lagu yang Berkesan Selama 2012

Lagu pada dasarnya bukan hanya untuk sekedar didengarkan. Kadang ada lagu yang berkesan dalam kehidupan saat ada moment-moment tersendiri dalam hidup kita.

Tentang Film Animasi di Tahun 2012

Dibalik kesederhanaan cerita, tema atau apapun, film animasi ternyata menyajikan banyak pesan tersirat, sarat akan makna dan banyak hal yang bisa kita ambil dari apa yang disampaikan dari kesederhanaan yang diungkap dalam film animasi.

Saturday, June 25, 2016

Corat-Coret One Piece Chapter 830: He Who Gets Bet On


Cover Story yang sudah banyak diprediksikan akhirnya muncul juga, Sabaody Archipelago. Seperti yang kita duga, kita melihat guru sekaligus mentor Luffy selama menjalani latihan, Si Raja Kegelapan, Sang Mantan Wakil Raja Bajak Laut, Silvers Rayleigh. Tak ada Shakky disana. Karena Rayleigh tengah asyik bermain judi dengan beberapa orang yang entah siapa. Kemungkinan mereka hanyalah lawan bermain Rayleigh saja. Karena agak sulit menyebut mereka sebagai rekan sesama kru di Oro Jackson. Walaupun masih ada kemungkinan kesana tapi rasanya sangat kecil sekali. Rayleigh sudah muncul, selanjutnya Boa Hancock. Chapter depankah?
‘He Who Gets Bet On’ menjadi judul besar yang mengejawantahkan bahwa chapter ini akan berbicara banyak tentang pertaruhan. Di awal , kita sudah melihat orang-orang yang bermain judi. Bukankah itu sebuah permainan tentang pertaruhan? Lalu ada seseorang yang mempertaruhkan masa depan pada tangan seorang bocah pembuat onar? Seseorang yang juga harus mempertaruhkan hidupnya pada sebuah Roulette?
Jinbe adalah orang yang sangat mempercayai dan menghormati Luffy. Bukan karena Luffy adalah adik Ace. Tapi karena Luffy memang sosok yang dipercaya dan dihormatinya sebagai seorang pribadi selayaknya Jinbe menghormati Shirohige dan Ace. Perjuangan di Impel Down, pertempuran di Marineford sampai peristiwa di Fishman Island, sudah menjadi bukti konkret yang merekatkan ikatan kepercayaan Jinbe pada Luffy. Pesona serta tekad kuat sang pemuda yang selalu berbicara akan menjadi Raja Bajak Laut tersebut telah membuatnya luluh dan merubahnya menjadi sebuah keyakinan kuat nan bulat bagi Jinbe untuk mempertaruhkan apapun untuk Luffy. Touching!
Pertaruhan yang dilakukan Jinbe bukan tanpa alasan. Ia sangat yakin bahwa Luffy yang akan membawa perubahan bagi dunia di masa depan. Dalam hal yang bersifat lebih pribadi, Jinbe percaya jika suatu saat Luffy-lah yang akan memberi jalan kebebasan seutuhnya bagi seluruh ras manusia ikan. Seperti yang kita tahu, manusia ikan sendiri mendapat perlakuan diskriminasi yang parah di kalangan dunia atas. Dipandang rendah, dijadikan budak dan diperlakukan semena-mena. Sudah menjadi impian juga bagi seluruh ras manusia ikan agar dapat hidup di dunia atas dan berdampingan dengan manusia lainnya tanpa melibatkan isu rasisme yang berujung kebencian. Hal ini juga yang diperjuangkan Fisher Tiger dan Otohime, orang-orang yang cukup berpengaruh bagi Jinbe.
Saat masih di Fishman Island, Madam Sharly pernah membuat ramalan tentang Luffy yang akan menghancurkan Fishman Island. Ramalan itu sendiri bisa berlaku cepat atau lambat. Menurut Chaime hampir 100% ramalan Madam Sharly akurat dan berujung kenyataan berapapun jangka waktunya. Lalu apakah Luffy akan benar-benar menghancurkan Fishman Island? Untuk alasan apa Luffy menghancurkannya? Menghancurkan disini bisa diartikan secara harfiah tapi tidak berarti bahwa kehancuran ini berujung pula pada kehancuran ras manusia ikan. Justru sebaliknya, Luffy akan membebaskan dan membawa seluruh ras manusia ikan ke dunia atas. Bukankah ramalan Madam Sharly tidak pernah menyebut kehancuran ras manusia ikan? Kehancuran Fishman Island sendiri bisa dimaksudkan sebagai simbol yang menghapus sejarah kelam serta luka pulau tersebut. Hal yang hampir sama pernah dilakukan Luffy saat ia menyelamatkan Nami. Ia menghancurkan kamar pribadi yang ditempati Nami saat masih menjadi bawahan Arlong hanya untuk menghapus semua luka masa lalu yang pernah diterima Nami saat berada disana. Bahkan bukan hanya kamar Nami yang hancur, seluruh Arlong Park pun hancur ditangan Luffy. Apakah inipun akan terjadi pada Fishman Island?
Masih ingat dengan Poneglyph yang ada di Fishma Island? Poneglyph tersebut tidak hanya mengklarifikasi senjata kuno kedua, Poseidon, tapi juga tertera pemintaan maaf Joy Boy yang tak bisa memenuhi janjinya pada seorang putri duyung.  Raja Neptune sendiri tidak begitu tahu tentang janji itu, tapi kita bisa sedikit berasumsi bahwa janji Joy Boy adalah membawa Sang putri bersama seluruh orang yang tinggal di Fishman Island ke dunia atas. Namun karena satu dan lain hal, janji itu tidak bisa dipenuhi. Darisana berkembanglah ramalan Joy Boy yang menyebut bahwa suatu saat akan ada orang yang dapat memenuhi janji itu. Tak berlebihankah jika menyebut Luffy adalah orang yang akan menunaikan Janji Joy Boy sekaligus mewujudkan ramalan tersebut? Luffy juga pernah berjanji akan mengajak Shirahoshi jalan-jalan didunia atas? Mungkin nanti Luffy akan menggunakan Noah untuk mengangkut seluruh manusia ikan yang ada di Fishman Island ke dunia atas. Dengan demikian, simbol kebebasan ras manusia ikan telah tercipta seutuhnya.
Chapter kali ini membuat saya mengerti kenapa Jinbe sempat menolak ajakan Luffy. Bukan hanya Jinbe harus melepas ikatan dengan Big Mom terlebih dulu, tapi Jinbe juga harus mendapat izin serta persetujuan dari seluruh anggota Bajak Laut Matahari. Sebagai tipikal orang yang lebih mementingkan kepentingan bersama, Jinbe memang cenderung menyingkirkan egonya untuk kepentingan orang banyak dibandingkan kepentingannya sendiri. Maka muncul sedikit kekhawatiran baginya jika harus meninggalkan Bajak Laut Matahari apalagi ia menjabat sebagai kapten. Tapi sikap Jinbe yang tanpa ia sadari sering menyebut nama Luffy dihadapan awak Bajak Laut Matahari sudah cukup menjadi tanda bahwa Jinbe sangat ingin bergabung dengan Luffy. Hal yang langsung diamini oleh Aladine dan seluruh kru agar Jinbe segera meluluskan keinginannya sendiri tanpa harus memikirkan tentang mereka. Mereka berjanji akan baik-baik saja, toh Jinbe sendiri sudah banyak berkorban demi kepentingan ras manusia ikan. Sudah saatnya ia memikirkan diri sendiri dan keinginannya. Secara tersirat ini adalah izin dari Bajak Laut Matahari untuk melepas kepergian Jinbe. Lihatlah betapa bahagianya Jinbe karena ini.
Pada post Prediksi Next Nakama SHP yang sempat saya buat, saya menyebut Jinbe punya kans sebesar 85% untuk bergabung dengan SHP bila dilihat dari analisa teori yang ada. Dengan hadirnya chapter ini, saya pikir kans Jinbe untuk bergabung dengan SHP semakin kuat. Setidaknya saya memberi persentase sebesar 98% Jinbe akan bergabung dengan SHP. Dengan kata lain, ada sisa 2% yang menyebabkan Jinbe tidak jadi bergabung dengan SHP. 1% adalah bagaimana nasib Jinbe ditangan Big Mom yang harus berhadapan dengan Roulette. Karena jika Jinbe mati, bagaimana ia bisa bergabung dengan SHP? Sisa 1% lagi adalah bagaimana pena Oda menggoreskan takdir untuk Jinbe kelak jika ia selamat dari Roulette. Karena Oda sendiri suka memberi twist yang tak pernah kita duga.
Berbicara mengenai Roulette yang disebut Big Mom memang terlihat lebih mirip papan dart dibandingkan Roulette. Mungkin cara kerjanya seperti ini, papan dart diputar dan Jinbe tinggal melempar anak panah “dart” pada papan tersebut. Yang menarik disini adalah simbol yang tertera pada papan tersebut. Ada angka 10, 100 dan 1000 yang entah apa maksudnya. Arthur menyebut bahwa angka tersebut adalah “lifespan” yang akan diambil Big Mom dari korbannya. Artinya, jika anak panah menuju angka 10, maka Lifespan Jinbe selama 10 tahun akan diambil oleh Big Mom. Bagaimana jika 1000? Tebak sendiri lah. Angka tersebut juga bisa berarti adalah sejumlah nyawa manusia yang punya hubungan dengan Jinbe sebagai tumbal atas kepergiannya. Tapi, entahlah. Lalu ada pula gambar tangan, kaki, kepala dan simbol wajah Big Mom (atau itu simbol raja yang mengarah pada Raja Neptune). Jika Big Mom menyebut bahwa Jinbe pun harus kehilangan sesuatu seperti halnya Big Mom yang kehilangan Jinbe, maka simbol-simbol tersebut sudah mengejawantahkan apa yang akan hilang dari Jinbe. Tidak hanya tangan atau kaki bahkan nyawa Jinbe sendiri bisa hilang. Satu-satunya titik yang aman dan bisa membuat Jinbe selamat adalah tepat ditengah namun nampak sulit dibidik karena sangat kecil. Usopp? Mana Usopp?
Kebiasaan Big Mom untuk memperkuat armada dengan pernikahan politik berlaku juga bagi Bajak Laut Matahari. Disini kita melihat Aladine yang terlihat melakukan ikatan pernikahan politik dengan putri ke-29 Big Mom, Charlotte Praline. Praline adalah setengah duyung dari golongan hiu kepala martil. Ini berarti ayah Praline berasal dari ras manusia ikan yaitu duyung. Dibeberapa kalangan fans sendiri berkembang teori bahwa anak-anak Big Mom sebenarnya adalah adopsi dari berbagai ras, yang berarti anak-anak tersebut bukanlah anak yang dilahirkan Big Mom. Ya, untuk hal ini memang harus menunggu konfirmasi lebih lanjut. Nama Praline yang diambil dari nama makanan semakin menasbihkan bahwa nama anak-anak Big Mom sangat berhubungan dengan makanan terutama makanan manis.
Kematian Muscat masih menyisakan sesuatu. Pria bernama Mont d’Or yang kemungkinan adalah anak Big Mom (karena namanya juga berasal dari makanan) tampak memberi perintah pada makhluk hitam misterius. Makhluk hitam misterius inilah yang masih belum diketahui apa berikut tugas mereka. Perintah yang diberikan Mont d’Or pada mereka juga masih belum diketahui maksudnya dengan jelas. Ya, kita harus sedikit bersabar untuk mengetahui hal ini.
Perjalanan Luffy menuju Whole Cake Island masih berlanjut. Mereka sedang terdampar di lautan Mizuame (sirup manis) yang membeku. Mereka juga berhadapan dengan semut pemangsa yang siap menerkam mereka kapanpun. Beruntung Brook membuat semut-semut tersebut tak sadarkan diri untuk sementara waktu. Bukan Mizuame atau semut pemangsa yang menjadi pembahasan disini, melainkan Pedro. Setelah beberapa chapter Pedro bermain kucing-kucingan tentang masa lalunya (bahkan sempat dianggap pengkhianat oleh beberapa fans karena tingkah lakunya yang sedikit berbeda dengan mink lain) akhirnya sedikit terjawab disini. Yang masih menganggap Pedro pengkhianat, sepertinya harus segera membuang jauh-jauh anggapan itu. Karena Pedro adalah orang kepercayaan Nekomamushi yang memiliki niat untuk membantu Luffy dkk. Adapun karakternya yang misterius sudah bawaannya sebagai mink jaguar. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana akhirnya sampai Pedro dan Pekoms berpisah (Pedro kembali ke Zou sedangkan Pekoms bergabung dengan Big Mom) sementara sebelumnya mereka berlayar bersama?
Tugas mencuri poneglyph menjadi milik Pedro, sisanya berfokus pada penyelamatan Sanji. Tugas yang memang pantas diambil oleh Pedro yang pandai dalam urusan penyusupan. Hal yang telah terbukti bahkan oleh Luffy sendiri. Terlebih Pedro akan lebih bebas jika bekerja sendirian. Hal menarik lainnya yang ditemukan disini adalah mengenai pertanyaan yang diajukan Pedro pada Luffy terkait Kaido. Apa yang akan dilakukan Luffy setelah mengalahkan Kaido. Luffy menjawab itu masih sangat lama, masih jauh. Apa ini pertanda bahwa ending One Piece pun masih sangat jauh? Hanya Oda yang tahu. Beberapa fans menyebut ini adalah isyarat akan adanya Time Skip untuk kedua kali.
Perjalanan hampir bermuara di tujuan. Sebuah pulau berbentuk kue raksasa tampak didepan mata. Itulah goal utama perjalanan ini, Whole Cake Island. Luffy melihat ada seseorang yang berdiri di pesisir. Banyak spekulasi mengenai siapa yang berdiri disana. Jika dikerucutkan, kemungkinanannya hanya ada dua, dia teman atau musuh. Tapi siapa? Pertama, kita bisa menyebut dia adalah Charlotte Purin. Sejak memberi peta perjalanan ke WCI Purin berjanji akan menemui mereka disana. Tapi yang masih menjadi misteri adalah tentang perkataannya, apakah dia berbohong atau tidak? Dia kawan atau lawan? Kedua, dia adalah Pekoms. Ketiga, dia adalah Aladine. Keempat, dia adalah anak buah Big Mom ditugaskan menghadang Luffy dkk. Kelima, dia adalah Jinbe. Kemungkinan besar dia selamat dari permainan Roulette mematikan dan datang dengan keadaan tangan atau kaki yang hilang atau lifespan yang berkurang. Keenam, dia adalah Big Mom sendiri (kemungkinannya memang sangat kecil). Terakhir, dia adalah anggota Germa 66.
Entah siapa yang sedang berdiri di pesisir pantai yang dimaksud Luffy. Apakah salah seorang dari yang saya sebut diatas? Atau justru orang lain? Apa gerangan berikutnya yang menanti Luffy dkk di depan? Bagaimana nasib Jinbe? Apakah ia akan benar-benar bergabung dengan SHP? Kita lihat saja nanti. 

Saturday, June 18, 2016

The Conjuring 2 (2016): Believe Me! Even If You Called “It” a Joke


Nama James Wan dan film horor menjadi kombinasi paling klop dalam satu dekade terakhir. Diawali dengan menukangi Saw (2004), kemudian Dead Silence (2007) sampai akhirnya menemukan kepopulerannya lewat Insidious (2011), nama James Wan sudah jadi pertaruhan paling menjanjikan ketika berbicara film horor. The Conjuring (2013) dan Insidious Chapter 2 (2013) adalah bukti nyata yang semakin mengukuhkan namanya sebagai filmmaker horor paling handal di era modern sekarang. Maka tak beralasan jika sekuel The Conjuring yang bertajuk ‘The Enfield Poltergeist’ disambut begitu hangat oleh khalayak.
The Conjuring sendiri adalah sebuah fenomena dalam genre horor di era sekarang. James Wan sukses membuat sebuah presentasi memikat dalam balutan formula horor klasik yang khas namun tetap berkelas. Hal yang sangat jarang ditemui dalam horor modern konvensional di zaman sekarang, dimana kualitas cerita berbanding lurus dengan tampilan visualnya. Tidak hanya itu, karena James Wan pun piawai memainkan rasa horor yang sanggup menakuti penontonnya lewat rangkaian jump scares yang tepat dan efektif. Tapi lebih dari itu, bagi saya pribadi, The Conjuring adalah alasan terbesar kenapa saya mau menengok kembali film-film horor supranatural. Sebuah genre yang sempat saya tinggalkan karena begitu membosankannya. Ya, kalau mau jujur, film horor supranatural konvensional (khususnya haunted house) hanya begitu-begitu saja. Dan The Conjuring mematahkan kebosanan itu.
Banyak yang bilang The Conjuring itu benar-benar menakutkan tapi sejauh yang saya ingat, saya tidak pernah benar-benar dibuat takut saat menontonnya. Well, ini hanya masalah persepsi saja, tapi harus saya akui bahwa The Conjuring punya kualitas yang mampu memberi pengalaman menonton film horor yang menyenangkan. Terlebih konklusi The Conjuring begitu masuk di logika saya ketika si arwah jahat yang merasuki tubuh manusia harus dilawan dengan jiwa dari dalam manusia itu sendiri. Hal seperti ini relatif jarang ditemui, karena mayoritas film horor kadung melekat dengan image perilaku bodoh para karakternya. Seperti saat ketakutan si karakter malah seringkali lari ke tempat yang lebih sepi dan gelap. Atau yang paling mudah, lihat saja bagaimana konklusi Annabelle (2014) yang tak kalah bodohnya.
Pada dasarnya, definisi menakutkan atau menyeramkan dari sebuah film horor itu sangatlah relatif dan subjektif. Kadar horor yang menakutkan atau menyeramkan bagi setiap orang pun berbeda-beda. Mungkin satu film bisa sangat horor buat sebagian orang, tapi kadang itu tidak berlaku buat sebagian yang lain. Alasan saya malas nonton film horor khususnya horor supranatural adalah karena saya tidak pernah benar-benar dibuat takut oleh film horor tersebut. Horor itu sendiri sebenarnya lebih kompleks daripada sekedar penampakan menakutkan, teror pembunuh sadis atau bentuk lainnya. Buat saya, horor itu lebih menitikberatkan pada masalah psikis dimana kita merasa tidak nyaman akan sesuatu yang mengganggu dengan sebab tertentu. Bentuknya beragam. Saya pribadi, jarang sekali merasakan sensasi horor saat menonton film horor bahkan oleh The Conjuring sekalipun. Bukan karena saya tak kenal takut, mungkin saya yang tidak sadar, atau mungkin saya memang tidak peduli dengan “hantu-hantu” begitu. Meski demikian, sensasi horor pernah benar-benar saya rasakan saat menonton We Need To Talk About Kevin (2011). Uniknya, film tersebut bukanlah film horor melainkan sebuah drama keluarga.
Secara umum, The Conjuring 2 masihlah sama dengan film-film horor James Wan yang kita kenal. Disana masih ada rumah berhantu. Disana masih ada keluarga yang diteror makhluk tak kasat mata. Disana masih bertebaran jump scares yang siap memberi kejutan. Disana masih ada penampakan-penampakan yang siap menghantui. Disana masih ada warna-warna kelam yang membuat gerah. Dengan kata lain, The Conjuring 2 masih sangat repetitif dengan horor James Wan yang lain. Namun bukan berarti The Conjuring 2 ini film yang jelek. Tidak sama sekali. Memang saya sendiri lebih menyukai The Conjuring dibanding sekuelnya. Namun diantara jeda waktu semenjak Insidious Chapter 2 rilis sampai sekarang, hampir tidak ada film horor supranatural konvensional yang memiliki kualitas cukup ok. Dan The Conjuring 2 masuk mengisi kekosongan itu.
Embel-embel kisah nyata masih melekat dengan The Conjuring 2 tatkala Wan meminjam peristiwa supranatural terseram yang menimpa keluarga Hodgson di London. Peristiwa yang begitu terkenal sekitar tahun 1977-1979 dan tercatat sebagai peristiwa supranatural yang paling banyak didokumentasikan hingga saat ini. Yang membuatnya menarik adalah bahwa rumah Hodgson sendiri bukanlah bangunan yang terletak sendirian ditengah hutan. Tak seperti rumah keluarga Perron di seri sebelumnya atau Amityville House yang jadi segmen pembuka, rumah Hodgson terletak dalam lingkungan yang cukup ramai dalam sebuah komplek perumahan. Dari sini, The Conjuring 2 sudah punya pembeda dibanding predesesornya.
The Conjuring 2 memberi ikatan drama yang lebih emosional pada hubungan Ed dan Lorraine sebagai pasangan suami istri. Hal yang belum sempat di-push lebih dalam dari seri sebelumnya. Beruntung, chemistry Patrick Wilson dan Vera Farmiga masih sangat ampuh sebagai pasangan. Dan disaat Patrick Wilson dan Vera Farmiga mempertontonkan chemistry apik, Madison Wolfe menjelma menjadi bintang dari The Conjuring 2. Berperan sebagai Janet yang dalam kisah aslinya menjadi anak yang paling sering mengalami kejadian gaib, Madison Wolfe berhasil memberi penampilan menawan dengan jangkauan dimensi yang luas. Mulai dari senang, sedih, tertawa, menangis, takut sampai marah sukses ia tampilkan. Penampilannya sedikit mengingatkan saya pada karakter Regan MacNeil (The Exorcist) meskipun tidak sampai seekstrim itu. Fokus yang begitu kuat terhadap karakter Janet sedikit banyak berpengaruh terhadap porsi dan relasi antarkarakter. Terutama ikatan keluarga Hodgson sendiri yang masih kalah bila dibanding ikatan keluarga Perron. 
Diawali dengan cukup menarik, The Conjuring 2 memilih menurunkan tensinya di pertengahan. Durasi yang lebih panjang dari sebelumnya terasa lama yang berujung melelahkan dan membosankan. Mungkin plotnya akan lebih padat dan berisi jika durasinya sedikit dipangkas. Hal ini pun sedikit berimbas terhadap klimaksnya yang terasa kurang menggigit. Terlebih karakter film horor James Wan sudah mudah ditebak karena terasa sangat repetitif. Untungnya, karakter hantu The Conjuring 2 itu menarik dan ikonik. Meski akhirnya Valak malah jadi bulan-bulanan netizen dalam buaian meme-meme lucu. Haha. Satu hal yang tak dipunyai The Conjuring adalah The Conjuring 2 memiliki lagu klasik populer yang begitu menyenangkan setiap kali terdengar. Seolah memberi warna ceria ditengah suasana yang suram. Sebut saja London Calling dari The Clash atau I Started a Joke dari Bee Gees. Patrick Wilson malah sempat menyumbangkan suaranya lewat lagu Can’t Help Fallin’ in Love with You. Salah satu moment manis ditengah teror Bill Wilkins.
Untuk kadar horornya saya tidak bisa berbicara banyak karena ini amatlah relatif dan subjektif. Seperti yang saya bilang sebelumnya, saya lebih menyukai The Conjuring dibanding sekuelnya ini. Seperti yang sudah-sudah, saya sendiri pun belum benar-benar merasakan sensasi horor yang benar-benar kuat saat menonton film ini. Mungkin ini efek menonton siang-siang di bulan ramadhan atau bagaimana, saya kurang tahu. Mungkin akan lain ceritanya jika saya menontonnya malam-malam. Ah, saya tidak tahu. Sensasi horornya mungkin tidak berada dalam taraf maksimal tapi moment mengangetkannya masih cukup bekerja. Dan ditengah sepinya horor supranatural konvensional yang mampu memberi kesenangan menonton film horor akhir-akhir ini, The Conjuring 2 muncul ke permukaan sebagai salah satu alternatif jawaban di garda paling depan.

Friday, June 17, 2016

Corat-Coret One Piece Chapter 829: The Yonkou, Charlotte Linlin the Pirate


Sempat mengambil jatah break satu minggu, chapter terbaru One Piece akhirnya hadir di bulan ramadhan untuk pertama kali. Mengingat perilisan One Piece Film: Gold yang semakin dekat, Weekly Shonen Jump Issue 29 memberi jatah Lead Cover bagi One Piece sekaligus media promosi untuk film ke-13 One Piece yang akan rilis 23 Juli nanti. Tak ada Cover Story ‘Manusia 500 Juta Berry’, berganti dengan Color Spread special One Piece Film: Gold yang membawa seluruh kru SHP bersama awak Gran Tesoro pimpinan Gildo Tesoro, bersama empat anak buahnya, Carina, Dice, Baccarat dan Mr. Tanaka, sebagai villain utama yang harus dihadapi pada movie kali ini. Ada juga Sabo (Revolution Army) dan Rob Lucci (CP0) yang turut meramaikan OPF: Gold sebagai cameo.
Meski ditinggal Pekoms sebagai pemandu, sepertinya perjalanan Luffy dkk menuju Whole Cake Island (WCI) akan lebih mudah berkat instruksi peta Pudding. Peta yang mungkin terlihat aneh bagi Luffy namun sesungguhnya memiliki petunjuk yang cukup sederhana. Angka 1, 2 & 3 pada peta menunjukkan masing-masing arah jarum Trilog Pose yang dipakai. Perintahnya cukup jelas, kapal mereka hanya tinggal mengikuti arah yang ditunjukkan peta tanpa perlu berhenti terlebih dulu di pulau yang dituju. Hal yang sangat disayangkan oleh Carrot dan Chopper karena mereka tidak bisa menikmati makanan manis setelah cokelat. Jika Luffy dkk benar-benar mengikuti petunjuk ini dengan benar, Thousand Sunny hampir dipastikan melenggang mulus menuju WCI yang memiliki tingkat keamanan cukup ketat tanpa diketahui musuh. Tinggal tunggu apa yang menanti mereka di WCI. Bertemu Purin kembali? Mungkin kita akan mengetahui apakah Purin benar-benar berbohong atau tidak ketika sampai disana.
Luffy memang tidak bisa apa-apa tanpa temannya. Bahkan ia begitu payah dalam mengemudi kapal. Dan ia mau memasak lagi! Ok, sudah cukup Luffy jangan buat kami mati! Hal yang secara spontan dicegah Nami. Ya, tentunya kejadian mereka benar-benar kelaparan di perjalanan sebelumnya tak ingin terulangi lagi. Untuk urusan mengemudi kapal, navigasi atau memasak, Luffy memang bukan ahlinya. Tapi jika monster laut datang menghadang, Luffy sudah sigap menghadapinya. Pedro, Brook bahkan Carrot pun tak ketinggalan bersiaga. Pedro sepertinya hafal benar wilayah ini. Diakui sendiri, Pedro pernah kesini sebelumnya. Sontak ini menjadi tanda tanya mengenai apa yang telah dilakukan Pedro. Pada chapter 827, seseorang tampak mengenali Pedro yang semakin menegaskan misteri mengenai sosok Pedro itu sendiri. Siapakah dia sebenarnya? Apakah ada rahasia besar yang menyelimutinya? Apa gerangan alasan Pedro pernah ke Totland? Simpan dulu pertanyaan tersebut karena masih belum ada jawaban disini. Sisi positif dari ini adalah jika Pedro memang sudah hafal wilayah Totland, maka Pedro bisa jadi pemandu baru menggantikan Pekoms. Selain peta Pudding tentunya.
Sementara Luffy baru memulai perjalanan menuju WCI pasca bertolak dari Cacao Island, di WCI sendiri tengah terjadi kekacauan yang disebabkan ulah sang ratu, Big Mom. Penyakit Mama tengah kambuh. Mungkin Mama sedang PMS makanya ngamuk-ngamuk. LOL. Detail penyakitnya masih belum diketahui, Tamago menyebut ada kelainan dengan nafsu/pola makan Big Mom. Tapi permasalahannya lebih dari itu, karena efek penyakit ini benar-benar membuat kacau. Meskipun lumrah terjadi, tapi masalah ini benar-benar gawat dan tak ada satupun yang sanggup menghentikannya. Big Mom mengamuk tak karuan, menggila, brutal pula. Obatnya hanya satu, memakan apa yang ingin ia makan saat itu. Keinginan makannya harus segera terpenuhi dan tak bisa diganti dengan apapun. Jika tidak, Big Mom tak akan berhenti mengamuk, meracau, tak terkendali, menghancurkan sampai membunuh, bahkan tak peduli jika itu anaknya sendiri. Sepintas, ini terlihat seperti kelakuan anak kecil yang merengek minta sesuatu pada ibunya dan mengamuk saat keingingannya belum dipenuhi. Seperti ibu hamil yang tengah ngidam, yang keukeuh ingin makan sesuatu yang ingin dimakan. Tanpa bisa diganti dengan apapun. Hanya saja, versi Big Mom lebih ekstrim.
Judul chapter kali ini dengan sangat jelas memasang nama Yonkou berjuluk Big Mom, Charlotte Linlin. Bisa dikatakan bahwa chapter kali ini adalah perkenalan kita pada sosok Big Mom secara langsung. Kotak perkenalan pun sudah ada untuk Big Mom. Perkenalan biasanya menimbulkan kesan pertama yang kadang menjadi tolak ukur penilaian kita pada pribadi seseorang. Kesan ini biasanya tumbuh lama dalam benak sampai akhirnya kita benar-benar mengenalnya. Tak jarang pula, kesan pertama kita sejalan dengan pribadi seseorang yang bahkan ketika kita sudah mengenalnya lebih jauh. Banyak orang yang berpendapat, bahwa sebagai Yonkou, karakter Big Mom masih kurang memiliki greget dibandingkan Kaido. Jika mau jujur, setiap chapter yang memuat karakter Big Mom sebenarnya bukanlah perkenalan resmi, hanya gambaran sekilas dari beberapa sudut pandang saja. Tidak mengukur seberapa besar karakter asli yang sesungguhnya. Dan seperti yang kita tahu, Oda tahu betul bagaimana cara memperkenalkan karakter sekelas Yonkou. Seperti halnya Kaido, Big Mom pun memperoleh perlakuan yang sama ketika namanya benar-benar diperkenalkan secara resmi. Dan kesan pertama yang muncul, jelas, menyeramkan. Big Mom memang pantas mendapat predikat Yonkou.
Sejak WCI mulai diperlihatkan, kita banyak menemui makhluk-makhluk unik penuh fantasi yang hidup di pulau tersebut. Benda-benda mati bisa bernyanyi dan berbicara. Bila ada keanehan dalam dunia One Piece seperti ini, sebenarnya cukup mudah untuk diprediksikan. Yap! Itu adalah efek buah iblis. Nah yang menjadi pembahasan semenjak benda-benda hidup itu muncul adalah buah apa itu dan siapa pemiliknya? Dari sini, mungkin kita sedikit berteori. Ada panel yang memperlihatkan Big Mom membunuh anaknya sendiri dengan cara yang unik sekaligus ekstrim. Big Mom tidak melakukan mutilasi ataupun pembunuhan sadis lainnya, bahkan Big Mom tidak menyentuh bagian fisik korban secara langsung. Yang ada, Big Mom merenggut nyawa dengan mengambil sisa usia korban. Jika ini buah iblis maka dipastikan ini adalah salah satu buah iblis terkuat yang pernah ada. Sekilas, cara kerjanya mirip dengan kemampuan Gecko Moria mengambil bayangan seseorang. Usia korban pun tampak memilki wujud dan bentuk. Seperti yang dilakukan Moria pada bayangannya, kemungkinan, Big Mom pun tidak hanya menjadikan usia orang yang direnggutnya untuk konsumsi pribadinya, melainkan bisa diberikan pula buat orang lain atau bahkan benda mati. Jika demikian adanya, maka bisa diprediksikan bahwa makhluk-makhluk fantasi itu tadinya adalah manusia yang telah diambil jatah hidupnya oleh Big Mom. Kemampuan merenggut nyawa ini terasa begitu mengerikan seakan Big Mom menjelma menjadi seorang Shinigami. Meski begitu, dari apa yang tersirat, seolah ada syarat yang harus dipenuhi agar jatah hidup korban benar-benar bisa diambil oleh Big Mom. Si korban harus benar-benar takut, jika tidak, mungkin kemampuan Big Mom yang menakutkan ini tidak akan bekerja.
Secara umum, chapter ini masih relatif biasa. Selain kita mengetahui sosok Big Mom lebih jauh, tidak ada hal lain yang bisa dibilang spesial. Kemunculan Jinbe pun tidak terlalu mengejutkan juga. Namun dari sini kita tahu bahwa meskipun Jinbe sangat loyal kepada Big Mom, Jinbe tampak sangat serius ingin melepas ikatannya dengan Big Mom. Entah apa yang akan terjadi ke depan, karena Big Mom seolah tak terima bila Jinbe keluar dari krunya. Anak buah yang loyal seperti itu memang sayang jika harus dilepas begitu saja. Apakah poneglyph dan Croquembouche bisa jadi pelicin yang memuluskan langkah Jinbe keluar dari aliansinya dengan Big Mom? Kita lihat saja nanti.

Tuesday, June 7, 2016

X-Men: Apocalypse (2016): Derita Film Ke-3


Hadir setelah dua film superhero besar (baca: Batman v Superman: Dawn of Justice dan Captain America: Civil War) seperti menurunkan pamor ‘X-Men: Apocalypse’. Apalagi Deadpool yang tergolong film kecil sukses berat di pasaran (walaupun tidak terlalu saya sukai). Lalu apa yang hendak ditampilkan Bryan Singer untuk meramaikan jagat per-superhero-an tahun ini?
 'X-Men: Days of Future Past’ yang rilis dua tahun lalu berhasil menaikkan level X-Men pada tingkatan tertinggi dari semua film X-Men yang ada. Tak ayal, ekspektasi begitu membumbung tinggi menanti kehadiran sekuelnya. Post-credit scene yang membawa sosok mutan pertama sekaligus terkuat sebagai villain turut membawa harapan ini. Ditambah Bryan Singer yang masih bertugas sebagai nahkoda utama. Rasanya tidak ada alasan pesimis untuk ini. Sayang, harapan hanya tinggal harapan. Kenyataan kadang tak sesuai dengan yang diharapkan. Aura-aura mengecewakan santer terdengar ditelinga sebelum menonton film ini. 
Derita film ke-3. Saya menyebutnya begitu. Kenapa? Karena ‘Apocalypse’ seperti mengalami hal yang dialami ‘The Last Stand’. ‘X-Men: The Last Stand’ adalah film ketiga setelah X-Men (2000) dan X-2: X-Men United (2003). Dan seperti yang kita tahu, ‘The Last Stand’ dicap sebagai film terburuk X-Men (selain Origins Wolverine) dan mendapat kritik tajam baik dari kalangan fans maupun non-fans. Kenyataannya memang begitu sih. ‘Apocalypse’ sendiri sebenarnya masih jauh lebih baik daripada ‘The Last Stand’ namun sangat tidak beruntung karena dua film terdahulunya lebih superior.


Menonton ‘Apocalypse’ tak ubahnya menonton film blockbuster yang hobinya main hancur-hancuran tanpa esensi dan motif yang jelas. Berbekal villain paling kuat sejagat, En Sabah Nur aka Apocalypse didampingi pula ‘The Four Horsemen’ nampak tak banyak membantu. Semua terasa kosong. Kalau memang mau main hancur-hancuran, kenapa nggak bikin hancur-hancuran yang gila-gilaan sekalian? Yang ada malah klimaks nanggung. Bahkan aspek teknisnya pun tak sanggup menyajikan tontonan eyegasm yang menyenangkan.
Jangan tanya soal cerita, yang sudah sangat jelas tidak sekompleks sebelumnya. Interaksi Charles dan Erik yang sudah jadi trademark X-Men reboot tak nampak lagi. Penggalian karakter tak pernah benar-benar terjamah kecuali oleh wajah-wajah muda yang lebih mendominasi. Namun yang paling disesalkan adalah kehadiran villain utama, Apocalypse, yang tak segahar namanya. Karakternya benar-benar tidak pernah diberi waktu untuk berkembang. Atau setidaknya diberi kesempatan untuk membuat penonton benar-benar percaya bahwa dia adalah mutan paling kuat yang bisa menjadi kiamat bagi dunia. Karakter-karakter ‘The Four Horsemen’ pun seperti terabaikan begitu saja dibalik segala potensi yang dimilikinya. Padahal penampilan Psylocke sudah....ehhmm (????)
Sejujurnya, tak perlu pedulikan segala embel-embel cerita, karakter, tema, teknis dan tek-tek bengek lainnya. Lupakan tentang ‘First Class’ dan ‘Days of Future Past’ yang sebelumnya tampil menggila. Jadikan ‘X-Men: Apocalypse’ sebagai film yang berdiri sendiri. Pasang ekspektasi yang serendah-rendahnya. Niscaya, ‘X-Men: Apocalypse’ bakal tampil menghibur sebagai film entertainment khas blockbuster. Setidaknya, itu cukup efektif buat saya yang telah mendengar banyak nada kekecewaan dari orang-orang sebelumnya. Kalau masih mengecewakan juga, ya..., mau gimana lagi.

Saturday, June 4, 2016

Corat-Coret One Piece Chapter 828: 1 And 2


Perkiraan tentang Cover Story berikutnya ternyata salah, setidaknya ini terjadi disini. Setelah kerajaan Kuraigana dan Kerajaan Kamabakka, saya pikir tempat yang akan dituju selanjutnya adalah Sabaody Archipelago (Rayleigh & Shakky) atau Amazon Lily (Boa Hancock & Kuja Pirate). Ternyata yang muncul justru Kerajaa Ryugu, Fishman Island. LOL. Apakah selanjutnya Punk Hazard? Si putri duyung cengeng, Shirahoshi dan kakaknya, Fukaboshi, tengah asyik menyaksikan para bocah kegirangan memakai topi jerami. Sebuah simbol kepahlawanan. Pahlawan yang pernah menyelamatkan pulau mereka. Anak kecil memang selalu suka dengan pahlawan. Memakai atribut yang dipakai pahlawan adalah hal yang paling mungkin dilakukan mereka. Selain memakai topi jerami, para bocah yang pernah meminta tolong pada Luffy tersebut juga memakai setelan pakaian khas yang biasa dipakai Luffy.
Dilihat dari judul chapter-nya, rasanya tak susah menebak arah chapter ini akan kemana. Sebelumnya, pernah ada ‘0 dan 4’, dan sekarang adalah ‘1 dan 2’. Indikasi angka ini sudah jelas menuju pada dua anak keluarga Vinsmoke yang belum diungkap sebelumnya. Apakah benar mereka bernama Ichiji dan Niji? Namun sebelum itu, kita masih harus bercengkrama dengan sang calon mempelai wanita, Charlotte Purin, yang ternyata membawa banyak informasi mengejutkan tentang banyak hal khususnya sang Mama, Big Mom.
Semua terkejut mendengar Purin adalah anak Big Mom sekaligus calon pengantin Sanji. Purin pun tak kalah terkejut mendengar fakta bahwa mereka adalah teman-teman Sanji. Akhirnya semua saling tahu alasan masing-masing berada dalam tempat tersebut. Prasangka mulai timbul. Purin menganggap mereka adalah orang jahat. Pedro yang paling terdepan memasang badan. Nalurinya sebagai jaguar yang agresif dan cekatan membuatnya lebih waspada daripada yang lain. Meskipun Purin tampak baik hati tapi ia masihlah anak Big Mom. Namun tidak bagi yang lain, apalagi Luffy. Orang yang telah memberinya makanan sudah cukup mendeskripsikan bahwa orang itu adalah orang baik. Bila masih ingat kejadian di Whiskey Peak, Luffy marah besar pada Zoro karena telah membantai orang-orang telah memberi mereka makan. Salah satu alasan kenapa Luffy membantu Rebecca adalah karena Rebecca pernah memberinya makan siang. Sederhana sekali.
Julukan Big Mom yang disematkan pada Charlotte Lin Lin bukan isapan jempol belaka. Anaknya berjumlah 85 orang, 46 laki-laki dan 39 perempuan. Suaminya ada 43 orang. Benar-benar poliandri tingkat dewa. Bagaimana dia bisa punya anak sebanyak itu? Apakah setiap setahun sekali ia hamil? Lalu bagaimana para suami saling berbagi mencurahkan hasratnya? Apakah anak-anaknya tahu yang mana ayah mereka? LOL. Mengingat bahwa perintah Mama adalah absolut bagi anak-anaknya. Hal inipun seperti berlaku juga bagi para suami. Bisa dibilang Big Mom menanggung tahta kepemimpinan keluarga dan mendominasi semuanya. Lagipula tujuan Big Mom melakukan hal seperti itu sudah terlihat jelas, memperkuat diri serta armadanya. Kenyataan bahwa suaminya berasal dari berbagai dari berbagai belahan dunia sudah cukup jadi alasan. Rencana pesta yang akan terselenggara tiga hari lagi juga salah satu bagian dari pernikahan politik dalam rangka memperluas peta kekuatannya. Tindakan memperkuat armada ini cukup wajar dilakukan seorang Yonkou penguasa Dunia Baru. Kaido dan Kurohige pun melakukan hal yang sama walau caranya berbeda. Lalu apa kabar Shanks?
Entah siapa yang mulai, tapi saya pikir Chapter Secret Arthur-lah yang telah membagi dua kubu pandangan terhadap Purin. Pertama, kubu Purin tidak berbohong. Kedua, kubu Purin berbohong. Hal ini cukup ramai dibicarakan dikalangan fans. Membuat kitapun melihat dan mengurai kembali kata-kata Purin secara seksama. Setali tiga uang dengan ekspresi yang ditunjukkan Purin saat ia berbicara. Mungkin kita perlu bantuan Mbak Poppy sang pakar Micro Expression untuk membuktikan Purin berbohong atau tidak. LOL. Apakah Purin berbohong atau tidak memang cukup sulit diidentifikasi. Sayapun cukup sulit menyebut Purin sedang berbohong. Tapi kalau pun Purin harus berbohong dan menjebak Luffy, saya pikir itu hanya karena perintah Big Mom yang mutlak dan tak bisa ia tolak. Sedikit flashback ke belakang, diawal-awal Vivi, Conis dan Rebecca juga pernah berniat jahat sebelum akhirnya berubah haluan. Tapi jika Purin benar-benar berbohong dan ternyata ia orang jahat, maka ia telah menunjukkan performa akting kelas wahid. Dan pastinya, menghancurkan semua perasaan laki-laki yang mempercayainya. Tapi terlepas dari itu semua, bila melihat pola cerita, Luffy memang selalu bertemu diawal dengan orang penting dalam setiap Story Arc, termasuk Purin saat ini.
Cinta untuk sebagian yang lain memang tak harus memiliki. Cinta tak harus terwujud dalam satu ikatan walau hasrat memiliki begitu kuat satu sama lain. Kisah seperti ini tentu sudah sangat lazim dalam cerita drama romansa. Kisah dua hati yang tak bisa saling bertambat karena berbagai alasan yang menghadang. Dan ketika premis seperti ini diterapkan dalam One Piece, entah kenapa jadi memiliki rasa yang lain. Terlebih lakon utamanya adalah Sanji yang begitu mudahnya takluk oleh wanita. Sanji menolak Purin? Hal yang begitu mengagetkan bahkan bagi kru SHP. “Aku benar-benar ingin menikah denganmu. Tapi aku tak bisa. Aku harus kembali pada teman-temanku.” Sebuah kalimat gentle dari seorang pria yang ingin mewujudkan mimpi bersama teman-temannya. Luffy sendiri sebenarnya sudah legowo jika Sanji harus menikah dan menjadikan istrinya sebagai kru. Namun apa mau dikata, dimata mereka pernikahan impian itu tak akan terwujud untuk saat ini. Mungkin satu saat nanti. Karena bila takdir Tuhan sudah tergores apa daya tangan manusia untuk menghapusnya.
Totland memang negeri penuh kelezatan dalam arti harfiah. Seperti yang bisa ditebak, pulau-pula lain selain Cacao Island juga berasal dari makanan-makanan yang begitu menggiurkan. Ah, ini benar-benar dunia mimpi yang bakal membuat diabetes. Bahkan disaat terakhir, Chocola Town tak kehilangan ide untuk menunjukkan sisi lezatnya sebelum ditinggalkan. Seorang Pedro pun tak kuasa menahan godaan Chocolate Fried Chicken yang begitu menggugah selera.
KEMBALILAH! Sebuah pesan peringatan tertulis di kamar mandi. Sebuah pesan yang mengintruksikan untuk pulang tanpa melanjutkan perjalanan. Pekoms yang dianggap menulis ini raib entah kemana. Apakah telah terjadi sesuatu? Atau sesuatu yang berbahaya tengah menanti mereka? Kemanakah gerangan Pekoms sebenarnya? Apa benar ia telah diculik? Atau tengah melarikan diri? Tapi sang Kapten tetap tak bergeming, perjalanan tetap akan berlanjut. Karena dari sini, semua mulai menjadi menarik.
Di sebuah tempat di New World, sebuah pulau bernama Brock Colie tengah menjalani perang saudara. Perang yang berkecamuk selama dua tahun tersebut berhasil diakhiri hanya dalam kurun waktu empat jam oleh Germa 66 dengan sebuah imbalan. Dari sini kita semakin yakin bahwa Germa 66 adalah tentara bayaran yang kuat. Banyak dugaan juga yang menyebut bahwa sebenarnya Germa 66 pula yang melecut perang saudara diantara mereka. Ingat, Germa 66 juga dicap sebagai Warmonger atau pemicu perang. Dan pada akhirnya, mereka juga yang memanfaatkan keadaan ini. Strategi yang benar-benar cerdas dan menguntungkan.
Angka 1 dan 2 yang dipasang sebagai judul chapter kemudian diperlihatkan. Nama mereka memang belum dikonfirmasi tapi dari alisnya kita sudah tahu mereka adalah kakak-kakak Sanji. Kekuatannya cukup misterius, dengan cukup menyebut “wall”, seseorang menjadi tameng bagi tubuh Ichiji (untuk sementara, sebut saja begitu). Dan ada yang menarik dari sedikit pembicaraan antara Ichiji dan Niji (untuk sementara, sebut saja begitu). Seperti yang terlihat kedua kakak-kakak ini seolah kurang menyukai keberadaan Sanji. Apakah itu menjadi salah satu alasan Sanji pergi dari keluarganya? Apakah ini ada hubungannya dengan alis keriting Sanji yang beda sendiri diantara saudara-saudaranya? Bagaimana dengan ayahnya? Apakah sang ayah lebih menyukai Sanji daripada anak-anaknya yang lain dan membuat mereka iri? Terus kenapa pula Sanji yang harus dinikahkan dan menjadi pengantin, sementara masih ada saudara-saudara Sanji yang lain? Kita lihat saja nanti.
P.S. Minggu depan libur!