Chapter
yang sangat menarik dan emosional. Oda kembali membawa plot One Piece pada salah
satu akar utamanya. Bukan lagi pada sisi humor, fun, konyol, menghibur dan tanpa menghilangkan sisi kerennya
seperti kemarin. Akar One Piece yang dibawa Oda pada chapter kali ini adalah
drama penuh emosi antar karakter. Seperti yang kita tahu, Oda menggambar dan
menulis One Piece tidak semata-mata untuk menyajikan kisah pertarungan. Karena
ia sendiri sadar, jika One Piece hanya fokus pada pertarungan, ia akan kalah
dari Dragon Ball (Akira Toriyama), salah satu manga favoritnya. Oleh karena
itu, Oda membuat drama-drama penuh emosi yang ia buat sedemikian rupa, yang ia
buat semaksimal yang ia bisa. Dan hasilnya, seperti kita tahu, kebesaran manga
One Piece tak lepas dari faktor yang satu ini. Salah satu drama itu terjadi
disini. Sensasinya benar-benar gila walau kejadian tersebut sudah bisa disadari
bakal terjadi.
Kekalahan
Cracker membawanya kembali ke wilayah istana. Tiga saudara Cracker menemukannya
dalam kondisi tak sadarkan diri. Mereka adalah Charlotte Opera (5th
), Charlotte Galette (18th) dan Charlotte Mont D’Or (19th)
yang sempat muncul di chapter 829 saat Big Mom ngamuk-ngamuk minta
Croquembouche. Selain nama mereka yang telah dikonfirmasi, nama-nama Komandan
Manis pun telah dikonfirmasi (meski sosoknya belum ditampilkan). Komandan Manis
selain Cracker adalah Charlotte Katakuri dan Charlotte Smothie. Seperti biasa, nama-nama tersebut merupakan nama
makanan. Sementara salah satu Komandan Manis yang telah dikalahkan Urogue yang
dimaksud Brulee (chapter 837) kemungkinan besar adalah Charlotte Snack.
Bila mendengar pernyataan Pound, sepertinya kejadian tersebut masih belum lama
terjadi. Bagian menariknya adalah ternyata Big Mom masih memiliki
kemampuan lain selain DF Soru Soru no Mi. Kemampuan mengendalikan serta memanipulasi cuaca.
Pada
dasarnya, kemampuan Big Mom dengan DF-nya saja sudah sangat gila. Seolah belum
cukup, Oda menunjukkan lagi sisi lain kekuatan Big Mom. Level Yonkou memang
berbeda (dan harus seperti itu). Berdasarkan pernyataan Pound, bisa dibilang
kemampuannya ini memiliki daya hancur yang besar. Adapun terkait Zeus di tangan
kiri dan Prometheus di tangan kanan Big Mom memang masih kabur maknanya. Zeus
dan Prometheus merupakan dewa dalam mitologi Yunani, saya pikir agak sulit
menyebut Big Mom benar-benar mampu memanggil Zeus dan Prometheus secara harfiah
seperti Zeus dan Prometheus yang kita kenal. Kemungkinan Zeus dan Prometheus
tersebut adalah nama awan dan matahari yang cukup sering mendampingi Big Mom
(lihat chapter 827 dan 829). Menarik mengetahui asal muasal kemampuan
memanipulasi cuaca Big Mom ini. Bila benar Zeus dan Prometheus adalah awan dan matahari
yang muncul di sisi Big Mom pada saat itu, apakah kemampuan Big Mom ini
memiliki hubungan dengan DF-nya? Atau tidak sama sekali?
Kemampuan
mengendalikan serta memanipulasi cuaca sepertinya tidak bisa dianggap remeh
walaupun menurut Luffy itu tidaklah terlalu hebat. Bila kita sedikit flashback ke Weatheria dimana Nami
dilempar Kuma kesana, Haredas yang menemani Nami mengatakan sesuatu terkait ‘per-cuaca-an’ ini. Lebih spesifik, tepatnya saat Nami
meminta diajari weather ball yang
kemudian dijawab oleh Haredas bahwa bila hal tersebut disalahgunakan dunia
akan jatuh pada kekacauan yang tak bisa dibayangkan. Memang masih membutuhkan banyak
penjelasan mengenai hal ini, tapi dari pernyataan tersebut kita sadar bahwa
ilmu cuaca dalam jagat One Piece mempunyai peran yang sangat esensial. Orang
yang memiliki kemampuan tersebut bisa memiliki kekuatan yang sangat besar. Dan
Big Mom salah satu dari sekian orang yang memiliki kemampuan tersebut. Lalu bagaimana
Nami dengan Clima Tact barunya?
Terkait
Vivre Card, menurut King Baum para homies memang sudah pasti takluk oleh Vivre
Card tersebut. Fakta lainnya adalah ternyata anak-anak Big Mom dilarang membawa
Vivre Card tersebut, lalu bagaimana Lola bisa memilikinya? Saya tidak berpikir
bahwa Lola adalah anak emas Big Mom lagipula sudah jelas bahwa Lola kabur dari
Big Mom. Diuar sana, berkembang teori bahwa Big Mom akan memihak Luffy dkk.
Kans tersebut memang tidak bisa dibilang tidak mungkin juga, toh seluruh
penghuni Seducing Woods sampai penguasanyapun sudah tunduk pada Nami. Vivre
Card tersebut memang kartu truf buat Luffy dkk, tapi untuk membuat Big Mom
berubah haluan begitu saja rasanya tidak akan semudah itu. Seperti yang pernah
saya pernah singgung pada Corat-Coret Chapter 835 (bisa baca disini).
Pernyataan King Baum seolah menaikkan keyakinan awal saya bahwa Vivre Card
tersebut belum cukup mudah memuluskan langkah mereka di Whole Cake Island
ini. Terlebih Luffy telah menghajar Cracker, tentu Big Mom tak akan tinggal
diam mengetahui hal ini. Kejadian baik sepertinya sulit terjadi. Ya, kita lihat
saja nanti.
Seperti
yang pernah saya bilang bahwa hal yang paling menyakitkan adalah ketika kita
tidak bisa berbuat apa-apa. Sanji sudah berada dalam kondisi kritis ini sejak
tiba di Germa Kingdom. Hanya tinggal menunggu waktu sampai saat rasa sakit itu
menyakiti yang lainnya. Chapter ini jadi episode perdana drama sang pangeran
tersakiti. Dibandingkan Robin, masalah yang dialami Sanji jauh lebih kompleks.
Robin masih bisa memilih kematian sebagai jalan keluar masalahnya. Sementara
bagi Sanji, mati juga bukanlah jalan keluar. Mati tidak bisa jadi pilihan.
Membohongi diri sendiri adalah yang paling mungkin dan mudah dilakukan, tapi
itu justru yang membuat rasa sakit semakin dalam. Memang tak ada pilihan yang
baik saat ini. Bahwa Sanji akan menolak ajakan Luffy memang sudah pasti akan terjadi.
Melihat situasi dan kondisi yang ada, hal tersebut memang tak dapat terelakkan.
Tapi ketika Sanji melakukannya dengan “SEKASAR
ITU” rasanya ini benar-benar diluar dugaan. Itulah kenapa saya bilang bahwa
hal yang paling menyakitkan adalah ketika tidak bisa berbuat apa-apa.
Saya
sedang berada dalam sudut pandang Luffy ketika membaca chapter ini dan
benar-benar merasakan kemarahan mendengar perkataan Sanji. Melihat ekspresi
polos Luffy sebelum ditendang Sanji, kemudian yang terjadi selanjutnya. Ah,
sudahlah. Moment dimana Sanji berkata
lupa siapa nama Luffy benar-benar shocking
moment. Menyakitkan sekali rasanya. Ya, kita semua tahu Sanji sedang dalam
kondisi sulit dan tidak punya pilihan. Apa yang dilakukan Sanji saat itu adalah
pilihan terbaik untuk menyelamatkan semuanya. Tapi tetap saja, apa yang
dilakukan Sanji itu sangat menyakitkan. Seperti ditikam pisau yang menusuk
jantung tapi tak meninggalkan bercak berdarah sedikitpun. Harga diri Luffy
sebagai seorang kapten, sebagai bajak laut, seolah diinjak-injak oleh Sanji. Siapapun
akan marah mendengar kata-kata dari mulut Sanji tersebut. Terlebih Luffy dkk
sudah sampai sejauh itu untuk menjemput Sanji, dan kita tahu itu bukan
pekerjaan mudah. Nami, meskipun sedikit banyak ia mengerti dengan posisi Sanji saat ini (karena Nami pun pernah berada dalam situasi yang hampir sama), tetap saja ia tampak
sedih dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Beruntung Zoro tidak
menyaksikan kejadian ini.
Saya
adalah salah satu dari sebagian orang yang kurang merasakan kesan mendalam dari
ketiga Story Arc pasca Time Skip (Fishman Island, Punk Hazard dan Dressrosa).
Kesan yang dimaksud disini mungkin mengarah pada sisi emosional yang kurang
begitu dalam pada ketiga Story Arc tersebut. Bukan karena ceritanya kacau, desain
karakternya jelek-jelek atau apa. Ada tiga alasan yang bisa saya kemukakan
terkait hal ini: 1)Cerita yang terkesan repetitif, 2)Cerita yang terlalu panjang,
dan 3)Tidak ada konflik karakter yang memiliki hubungan langsung dengan Luffy. No.
1 dan 2 mungkin tidak sampai esensial sekali walaupun tetap memiliki kontribusi,
sementara no. 3 bisa dibilang alasan utamanya. Di penghujung tahun 2015, Oda
menyebut tahun 2016 sebagai tahun Sanji. Di Zou, Sanji pergi dari kelompoknya.
Saya sangat senang saat itu, kenapa? Karena hampir dipastikan apa yang pernah
kita rasakan di Arlong Park, Water 7 + Enies Lobby dan Marineford akan kembali terjadi kali ini. Sudah terlalu lama
tak ada moment seperti itu sejak Time
Skip. Dan yang dinantikan pun terwujud. Percikannya sudah dimulai dari sini. Yang
tak diduga adalah efeknya benar-benar segila ini. Dalam hal ini, Oda kembali menunjukkan
tajinya sebagai seorang penulis hebat. Inilah salah satu alasan kenapa kita
semua menyukai One Piece.
Perjalanan
masih jauh. Kepingan puzzle-nya masih
belum menyatu. Paling dekat, ada kans yang mengarah pada pertarungan Luffy dan
Sanji. Kemungkinan terburuk, Luffy kalah (terlebih dulu) kemudian
tertangkap. Kehadiran Reiju yang saya sebut bisa membawa takdir pembeda di awal
kemunculannya (chapter 826) akan dimulai bila itu terjadi. Sedari awal saya
memang tidak meragukan bahwa Reiju kelak akan membantu di saat-saat yang
dibutuhkan. Ekspresi Reiju saja sudah berbeda dengan saudara-saudaranya. Peran
Nami juga sangat menentukan disini. Drama-drama penguras emosi sejatinya masih
akan berlanjut. Masih banyak yang akan terjadi ke depan. Akan kemana Oda
membawa roller coaster emosi pada plot
kali ini? Kita lihat saja nanti. Oh ya, dan satu lagi, saya tak menyangka bahwa
Ichiji akan ikut-ikutan Yonji dan Niji ketika melihat Nami. Saya pikir dia akan
tetap cool seperti biasa. Tapi
untungnya Oda tidak langsung menggambar pas muka Ichiji. Haha. Btw, Ichiji itu karakter pria Germa 66
favorit saya. Ya, itu tidak penting sih.
P.S.
Mungkin
saat ini Oda memang sedang lelah. Empat chapter berturut-turut (840-843) Oda
membuat beberapa kesalahan dengan gambarnya. Kesalahan ini sendiri (IMO)
bukanlah hal remeh temeh, karena bisa dibilang Oda kurang teliti untuk
menggambar hal-hal penting. Gelang peledak Sanji (840-841) sangat esensial
untuk cerita. Luka di dada Luffy (842) dan alis Sanji (843) adalah identitas
karakter. Ya, alis Sanji di chapter ini terbalik (halaman 15) dan ini bukan
karena Sanji sedang berada dalam “Mode Vinsmoke”. Melainkan Oda juga manusia
yang tak lepas dari salah dan lupa. Seperti yang pernah saya singgung
sebelumnya, bahkan di chapter pertama pun Oda pernah membuat kesalahan. Ya, semoga
saja tidak ada lagi kesalahan penggambaran berikutnya. Dan kesalahan yang
kadung terjadi bisa diperbaiki di versi tankoubon-nya.
0 comments
Post a Comment