Sepertinya kebiasaan
membuat review singkat yang di-share via facebook, kemudian dirangkum menjadi catatan
nonton di blog ini akan jadi kebiasaan untuk waktu-waktu selanjutnya. Dan berikut
beberapa catatan tentang film yang saya tonton di bulan Januari kemarin.
Check
this out!
Short review:
“Ada sebuah peningkatan
bila dibandingkan dgn predesesornya ‘Cinta Brontosaurus’. ‘Manusia Setengah
Salmon’ lebih down to earth dan enjoyable. Baik dari segi penceritaan yg
lebih berisi, presentasi alur yang lebih terpadu maupun cara bertutur Raditya
Dika dgn style komedi khasnya yg jauh lebih comfortable.
Ditambah ensemble cast yg tampil memuaskan + scene stealer dlm sosok Insan Nur Akbar dan MoSidik yg tampil
menggelitik sepanjang durasi film”.
Skor: 3/5
Short review:
“Film bertema sport cenderung dihindari karena film ini
(seakan) terjebak dlm sebuah prototipe yg sama: kisah 'from zero to hero' yg cenderung cliche berlandaskan 'based
on a true story'. But 'Rush' is
different. Didukung aspek teknis dan supporting cast yg bekerja sangat
baik. 'Rush' berjalan bukan hanya sekedar aksi balapan semata tapi sebuah 'character
study' detail dlm diri Hunt & Lauda yg abu-abu ditengah persaingannya di
arena balap F1. MORE THAN FAST, MORE THAN
FURIOUS!!!”
Skor:
4/5
Short review:
“Sebuah biografi musikal sebuah grup band yg seharusnya bakal
jadi legenda kalau saja tidak bubar ditengah jalan 'The Runaways', band Rock 'n
Roll era '70an yg isinya cewek semua. Walaupun ini biografinya 'The Runaways',
Floria Sigismondi lebih memfokuskan cerita pada karakter Cheri Currie dan Joan
Jett, shg personil lain kurang mendapat penggalian karakter yg lebih dalam. But it's ok, krna Dakota Fanning &
Kristen Stewart bermain apik saat memerankan Cherie & Joan + mereka juga
menyanyikan sendiri lagu 'The Runaways'. Great!”
Skor:
3,5/5
Short review:
“Penampilan Chloë Grace Moretz sbg gadis broken home, anti-social
+ freak & Julianne Moore sbg ibu
religius yg agak sedikit gila cukup mengesankan disini. Well, karena belum nonton 'Carrie' versinya Brian da Palma yg
legendaris itu, skrg masih bisa bilang bahwa remake 'Carrie'-nya Kimberly
Peirce itu sebuah tontonan supernatural fantasy yg fun. Rasa horror diatas tema
bullying dgn nuansa teen yg ngepop. Sedikit bernada minor
walaupun tidak terlalu muram. P.S. 'Harus nonton versi originalnya buat
perbandingan!”
Skor:
3/5
Short review:
“Jadi mengerti kenapa adaptasi novel Stephen King yg digarap
Brian de Palma ini jadi sebuah karya yg legendaris dan dikenang sbg salah satu
film horror terbaik hingga sekarang. Krna memang semuanya bergulir begitu indah
disini. Tone-nya lebih kelam. Esensinya lebih dapat dan tentunya lebih memorable. Dan kalau dibandingkan dgn
remake-nya di 2013 kemarin, ternyata tidak menyajikan sesuatu apapun kecuali
presentasi yg lebih modern. Just that.
Nothing more, nothing less”.
Skor: 3,5/5
Short review:
“Naskah yg ditulis Danny Strong dari sebuah artikel berjudul 'A Butler Well Served by This Election'
karya Wil Haygood ini diarahkan Lee Daniels menjadi sebuah kisah biopik
(semi)fiksi yg cukup baik. Hanya saja kisah biopiknya sendiri menjadi kurang
berasa di beberapa bagian karena fokus penceritaan dan konflik yg terbagi-bagi.
Tapi masih mampu mengundang perhatian lebih berkat isu rasis dan politik
apartheid sbg tema utama film ini. Not
too bad, but not too special”.
Skor:
3,25/5
Short review:
“Family road trip movie.
Komedi dlm nuansa kriminal. Simple,
classic, predictable, stupid. Tanpa terlalu memaksa membuatnya tampil lucu,
'We're The Millers' adalah sebuah perjalanan komedi yg fun layaknya kegilaan perjalanan
keluarga (palsu) ini. Dan tanpa perlu
memasang ekpektasi yg berlebihan, 'We're The Millers' berhasil menjadi tontonan
santai yg menghibur. Pendapatan $150,394,119 ditangga box-office U.S. cukup
memberi alasan para penonton menyukai film arahan Rawson Marshall Thurber ini”.
Skor:
3/5
Short review:
“Formula dan premisnya mungkin sudah sangat usang. Sebuah buddy cop movie yg memang sudah terlalu
sering dipakai di hollywood. Tapi Paul Feig memberi pendekatan berbeda dgn memasang
perempuan sbg tokoh utama dlm diri Sandra Bullock & Melissa McCarthy yg hrs diakui sbg sebuah kombinasi yg sangat
apik. Pola penceritaan mungkin standar, sedikit kurang fokus tapi tetap mampu
menghibur. Joke-joke sbg pemancing tawapun juga berjalan baik walaupun tdk
terlalu mengejutkan”.
Skor:
3/5
Short review:
“Di tahun 2012 ada kisah seru di lautan lepas dlm ‘Life of Pi’.
Tahun 2013 kisah itu berulang dlm ‘Captain Philips’. Diangkat dari memoar
berjudul 'A Captain’s Duty: Somali
Pirates, Navy SEALs, and Dangerous Days at Sea', Paul Greengrass kembali menunjukkan tajinya mempresentasikan kisah nyata tsb dlm
arena film. Action-thriller yg memacu adrenalin, tensi tinggi, turun-naik penuh
ketegangan khas film-filmnya Greengrass + scoring Henry Jackman yg membuat
Captain Philips semakin dramatis”.
Skor:
4/5
Short review:
“IMO, premis time travel dlm sebuah film akan selalu tampil
menarik, apapun kemasannya. Richard Curtis menjadikan 'About Time', sebuah
romcom dgn bumbu time travel yg (sejujurnya) tampil begitu minimalis walau
durasinya menyentuh 2 jam. Dgn kesederhanaannya, tanpa terlalu membuatnya
tampil dgn dramatisasi yg berlebihan, 'About Time' mampu menghadirkan sebuah
kesan yg memuaskan seperti karya-karya Curtis yg lain, walaupun ini bukan yg
terbaik”.
Skor:
3,5/5
Short review:
“Tak banyak sekuel yg mampu melampaui kesuksesan prekuelnya
terutama dr kualitas, dan hal ini berlaku buat 'Cloudy With A Chance Of
Meatballs 2'. Walaupun menyajikan kisah petualangan baru yg lebih fresh, tapi
(sejujurnya) tak mampu membuatnya menjadi lebih memorable dibanding prekuelnya.
Overall, 'Cloudy With A Chance of Meatballs 2' masih mampu tampil menyenangkan
lewat parade visualnya yg memikat”.
Skor:
2,5/5
Short review:
“Film
bagus itu sederhana sebenarnya. Gak perlu adegan action brutal atau visualisasi
efek yg memanjakan mata. 12 orang saja berkumpul saling beradu argumen dlm
sebuah ruangan sudah cukup menyajikan sebuah tontonan berkualitas. Dan '12
Angry Men' membuktikannya. Dengan naskah dan dialog-dialog cerdas didalamnya +
penampilan apik pemainnya, Sidney Lumet berhasil membuat sebuah courtroom drama terbaik & memorable yg pernah ada”.
0 comments
Post a Comment