Monday, April 1, 2013

Ringkasan Buku Media Pengajaran

         Postingan kali ini merupakan hasil tugas saya pada mata kuliah Media Pembelajaran. Bentuk tugasnya merupakan rangkuman/ringkasanan buku yang isinya tentang media pembelajaran dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Buku yang saya pilih untuk dirangkum dalam tugas ini adalah sebuah buku berjudul Media Pengajaran karya Basuki Wibawa & Farida Mukti tahun 1992.
         Yang saya rangkum dari buku ini hanya bab 1 & 2 saja, karena sisanya teman saya yang merangkumnya. Dan berikut tugas pertama mata kuliah ini yang langsung saya copy-paste dari word yang telah saya buat sebelumnya.

Deskripsi Buku
Judul Buku   : Media Pengajaran
Pengarang   : Basuki Wibawa & Farida Mukti
Tahun            : 1992

BAB I PENDAHULUAN
Pada dasarnya untuk bisa menggunakan media pembelajaran, seorang guru harus memahami latar belakang pemanfaatan media dalam proses pembelajaran. Dengan demikian seorang guru dapat memilih dan menggunakan media tersebut untuk membantu proses pembelajaran.
Keberhasilan kegiatan belajar siswa dapat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1.          Verbalisme
Hal ini terjadi apabila guru terlalu banyak menggunakan kata-kata dalam isi pelajaran, memberikan contoh dan ilustrasi yang diperlukan. Situasi tersebut dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa, apabila penggunaan kata-kata tersebut masih asing di telinga siswa. Karena tidak semua siswa mempunyai tingkat kemahiran kosakata yang sama. Apabila guru kurang memahami keadaan seperti ini dan meneruskan menyajikan materi secara verbal maka siswa akan menjadi cepat bosan dengan materi tersebut. Situasi seperti ini dapat dicegah apabila guru terlebih dulu mempelajari keadaan siswa dan menggunakan media lain seperti gambar untuk menjelaskan ilustrasi yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja.
2.         Kekacauan makna
Kekacauan makna terjadi apabila siswa salah menafsirkan maksud dari sebuah meteri yang diajarkan seorang guru. Hal ini bisa jadi membuat proses pembelajaran sedikit terhambat. Kesulitan belajar bertambah besar bila siswa tersebut merupakan seorang yang pemalu dan tidak punya keberanian bertanya pada guru. Bila situasi ini terjadi maka makna yang keliru dari konsep akan terus terbawa dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu, pemanfaatan media ini dapat membantu guru dalam proses pembelajaran.
3.         Kegemaran berangan-angan
Didalam sebuah kelas kadang ada satu atau dua siswa yang tampak tenang memperhatikan pelajaran tapi kadang mereka suka hilang konsentrasi belajarnya, karena mereka mengangakan sesuatu hal. Hal ini juga mampu menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, media pembelajaran dapat berfungsi untuk memberi penyajian pelajaran dan menciptakan suasan belajar yang menarik.
4.        Persepsi yang kurang tepat
Proses pemahaman serta persepsi siswa yang kurang tepat terhadap sebuah objek pelajaran dapat dipengaruhi latar belakang pengalaman, pengetahuan dan tingkat kemahiran kosakata. Untuk mengatasi hal ini, pemanfaatan media sangat membantu. Karena media membpunyai kelebihan secara teknis, mampu menyajikan suatu peristiwa secara terpadu atau menyajikan konsep secara utuh dan benar.

Proses belajar-mengajar sebagai proses komunikasi
Proses belajar-mengajar bisa juga disebut proses komunikasi. Dan layaknya proses komunikasi, guru berperan sebagai sumber pesan, dan siswa berperan sebagai penerima pesan. Sebagai sumber pesan, guru perlu mengolah informasi supaya dapat diterima dengan baik oleh siswanya. Ia harus mengubah isi pesan yang bersumber dari kurikulum menjadi hal yang dapat dimengerti siswa berdasarkan pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan siswanya. Sebagai penerima pesan, siswa bertugas menafsirkan pesan pelajaran sesuai dengan yang dimaksud guru.
Pada prakteknya, komunikasi dalam pembelajaran ini tidak hanya berjalan hanya guru sebagai sumber pesan melainkan bisa sebaliknya. yaitu disaat siswa memberi tanggapan, menjawab pertanyaan dsb. Sehingga komunikasi ini terjadi dalam dua arah yang membuat aktivitas dikelas menjadi semakin variatif dan hal ini dapat membuat kualitas belajar menjadi semakin baik.
Dalam hal ini, media dapat membantu guru dalam menyampaikan pesannya. Media yang dirancang dengan baik dapat menentukan keberhasilan siswa dalam menangkap pesan yang disampaikan oleh seorang guru.

Pengertian media pengajaran
Mc Luhan, media adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai saran komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada dihadapannya. Meliputi surat, televisi, fil, dan telepon.
Romizowski, media adalah pembawa pesan yang berasal suatu sumber pesan kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, sumber pesan adalah guru sedangkan penerima pesan adalah siswa. Siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan inderanya untuk menerima informasi atau pesan. Pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirancang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.

Peran dan kegunaan media
Media dalam proses pembelajaran dapat digunakan dalam dua arah cara, yaitu sebagai alat bantu mengajar (dependent media) dan sebagai media belajar siswa yang dapat digunakan oleh siswa itu sendiri (independent media). Sebagai alat bantu, efektivitas media itu sangat tergantung pada cara dan kemampuan guru yang memakainya. Sedangkan untuk media yang dipakai oleh siswa dirancang, dikembangakan dan diproduksi secara sistematik serta dapat menentukan informasi secara terarah untuk mencapai tujuan instruksional tertentu.
Media dapat membantu guru memberikan informasi lebih baik:
1.         Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa.
2.       Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang.
3.         Dapat mewakili objek yang besar yang tak  dapat dibawa ke dalam kelas.
4.        Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model yang disederhanakan.
5.         Media dapat menyajikan suatu proses atau pengalaman hidup yang utuh.

BAB II PENGENALAN DIRI SISWA DAN EFEKTIVITAS MEDIA
Pemberian pengalaman belajar atau penyampaian pesan pengajaran dari sumber belajar kepada siswa seharusnya melalui media yang tepat. Agar media tersebut efektif penggunaannya dan dapat mengurangi distorsi informasi dari sumber ke penerima pesan. Namun media pengajaran yang efektif untuk kelompok A belum tentu efektif untuk kelompok B. Untuk itu, diperlukan upaya untuk mengenali karakteristik siswa yang menjadi sasaran program media akan sangat membantu pemilihan dan penggunaan media secara efektif.

Mengenal karakteristik siswa
Dalam kegiatan pembelajaran, media digunakan untuk membantu siswa mempelajarai objek, suara, proses, peristiwa atau lingkungan yang sulit dihadirkan ke dalam kelas. Dari hal itu siswa diharapkan mampu memperoleh persepsi yang tepat yang dapat berpengaruh terhadap pemahaman siswa.
Pemanfaatan media pengajaran dapat membantu guru maka pemilihannya harus memperhatikan:
1.          Kesesuaian media pengajaran dengan tujuan yang ingin dicapai
2.         Kesesuaian karakteristik media dengan karakteristik pelajaran
3.         Kecanggihan media pengajaran
4.         Kesesuaian media pengajaran dengan minat, kemampuan dan wawasan siswa
5.         Kesesuaian karakteristik media dengan latar belakang sosial budaya
6.         Kemudahan memperoleh dan menggunakan media pengajaran
7.         Kualitas teknis media pengajaran
Terkadang dalam pembelajaran terdapat perbedaan individual diantara siswa walaupun terdapat kesamaan kebutuhan antara siswa dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut antara lain dalam hal:
1.          Kemampuan awal dan wawasannya
2.         Kebiasaan belajar
3.         Kedewasaan
4.         Kondisi fisik
5.         Latar belakang sosial budaya
6.         Faktor akademik
7.         Kondisi belajar siswa
Dalam kelas terdapat beberapa karakter siswa dalam proses pembelajaran, misalnya ada siswa yang lebih mudah belajar sendiri maka ia akan lebih mudah belajar menggunakan modul sedangkan siswa yang yang lebih suka belajar kelompk dapat disediakan simulator atau permainan. Mengenal kebiasaan siswa akan sangat membantu dalam memanfaatkan media dengan tepat. Pemanfaatan media akan berkurang efektivitasnya bila kondisi fisik siswa tidak mendukung. Misalnya gizi, mobilitas siswa dsb. Siswa yang mengalami hambatan fisik aka mengalami kesulitan belajar. Begitu pula siswa yang mudah gelisah dan terganggu konsentrasinya. Pada dasarnya, siswa-siswa semcam itu hanya perlu lebih banyak perhatian dan bantuan selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, hubungan antara sesama siswa juga dapat memicu prestasi belajar siswa bahkan dapat menghambat pruduktivitasnya.
Kondisi belajar siswa yang meliputi sejumlah faktor itu mempengaruhi kemampua belajar siswa. Ada empat kondisi belajar yang dapat mengingat pelajaran, yaitu:
1.          Lingkungan fisik, seperti penerangan, suara, temperatur dan tatanan perabot diruang kelas.
2.         Suasana emosional lingkungan siswa, seperti motivasi, ketekunan dan rasa tanggub jawab siswa.
3.         Lingkungan sosial, seperti kecendrungan siswa untuk lebih menyukai bekerja sendiri atau tim.
4.         Keadaan fisik, seperti kelengkapan dan fungsional inderanya, mobilitasnya, cara atau kebiasaan menggunakan waktu dan pucak produktivitasnya.

Kerucut pengalaman Edgar Dale
Edgar Dale dengan model kerucut pengalamannya mencoba menunjukkan rentang derajat kekonkretan dan keabstrakan dari berbagai pengalaman. Untuk memahaminya, dapat dimulai dari siswa sebagai peserta dengan pengalaman langsung, kemudian siswa sebagai pengamat kejadian nyata, selanjutnya siswa sebagai pengamat kejadian tiruan atau yang dimediakan (ediated event) dan berakhir ke siswa yang mengamati simbol yang menghadirkan suatu peristiwa tertentu. Dengan demikian makin kebawah suatu jenis pengalaman dalam kerucut Edgar ini makin besar derajat kekonkretannya.


Bila derajat kekonkretan ini dikaitkan dengan media audiovisual, menguti pendapat Hoban dan Zissman, Heinich (1989) mengemukakan bahwa nilai suatu media audiovisual adalah sebagai fungsi derajat kekonkretannya.


Dengan demikian, Dale juga menunjukkan bahwa makin tinggi letak suatu jenis media dalam kerucut tersebut makin tinggi derajat keabstrakannya dan dengan demikian makin sempit atau kecil totalitas realita yang disajikan.
Dale menekankan bahwa siswa bisa mengambil manfaat dari berbagai kegiatan pengajaran yang lebih abstrak bila kegiatan tersebut mempunyai relevansi dengan pengalaman langsung (direct, purposeful experince), pengalaman terbatas (contrived experience), pengalaman yang diperankan (dramatizeds experince), demonstrasi atau karya wisata. Pengalaman belajar yang diperoleh dari pengalaman tersebut sangat efektif, tetapi pelaksanaannya menuntut banyak persiapan, waktu, dana dan tenaga.
Media berupa gambar diam, gambar bergerak, film, rekaman video atau audio mampu menyajikan pengalaman nyata secara integratif, sehingga apat membantu siswa dalam mengintegrasikan pengalaman tersebut dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya. Dan dalam proses pembelajaran, pemanfaatan media ini harus dilakukan dengan teliti dengan berjaga-jaga dan bersiap mengatasi kemungkinan terjadinya persepsi yang keliru dari para siswa.
Di puncak kerucut pengalaman Dale ini dapat dilihat penggunaan media yang menggunakan simbol visual dan verbal yang kadar keabstrakannya sangat tinggi. Cara penyajian pelajaran dan penjelasan dengan menggunakan media tersebut memang terasa ekonomis dipandang dari segi waktu da tenaga. Namun karena tingginya derajat keabstrakan, maka peanfaatannya untuk membantu proses pembelajaran perlu dilakukan dengan hati-hati dan perlu persiaspan yang cermat. Intinya, guru harus tahu pasti bahwa kata-kata, kalimat atau istilah asing yang dipakai untuk menjelaskan pelajaran mempunyai relevansi dengan pengalaman dan pengetahuan yang ada pada siswa.


0 comments