Saturday, February 17, 2018

Black Panther (2018)



Secara keseluruhan, sy bisa bilang Black Panther adalah film bagus (sy kurang tahu di mata orang film ini “rame” atau nggak). Yang jelas kehadiran Black Panther semakin menunjukkan kepiawaian Marvel dalam memperlakukan universe-nya, membuatnya terlihat semakin solid dalam melanjutkan visi MCU. Chadwick Boseman juga main bagus sebagai Black Panther di sini.

Sy pikir ada beberapa hal menarik yang turut menjadi headline dalam Black Panther itu sendiri. Selain fakta bahwa ini adalah film ke-18 dari MCU sekaligus film solo terakhir sebelum Infinty War (can’t wait).

Pertama, tema yang relatable.

Black Panther mempunyai tema besar yang relevan dengan kondisi sekarang. Konfliknya lebih personal dengan menyoroti isu internal di dalam negara Wakanda. Sy pikir, karena kejadian di Black Panther terjadi setelah Civil War, konfliknya akan lebih kompleks dengan yang terjadi dalam MCU, namun sepertinya hal tersebut disimpan untuk Infinity War nanti. Dengan isu relevan dan tema besar yang diangkat tersebut, Black Panter lebih terasa relatable dan menjadikannya sebagai film MCU yang memiliki banyak pesan moral sejauh ini. Terlebih ketika adegan di mid-credit scene muncul. Kamu bisa buat quote bagus setelah nonton film ini.

Kedua, desain produksi yang oke.

MCU mempunyai semesta yang luas. Mereka mempunyai dunia angkasa dimana Thor dan Guardians of the Galaxy beraksi. Mereka mempunyai dunia dari dimensi lain milik Doctor Strange. Bahkan sampai dunia mikroskopis ala Ant-Man. Dan sekarang Wakanda. Ya, Wakanda memang bertempat di bumi, tak berbeda dengan tempat Iron Man atau Captain America. Meski begitu, Wakanda terasa sangat spesial ketika diekspos begitu kentara. Wakanda digambarkan sebagai negara maju dan modern dengan sumber daya melimpah. Di sisi lain, Wakanda adalah negera tradisional yang masih mempertahankan tradisi-tradisi khas serta kearifan lokal yang ada. Mungkin sepintas terasa begitu kontradiktif namun keduanya (modern dan tradisional) berdampingan begitu dinamis dan menciptakan harmoni alam yang seimbang. Unsur lansekap, aspek budaya, sosial, bahasa, musik, tata kostum dan segala pernak-pernik ala Wakanda merupakan perpaduan menarik sebagai salah satu ciri khas Black Panther.

Ketiga, villain multidimensi.

Semenjak phase 3 bergulir, MCU banyak menghadirkan villain multidimensi seperti Helmut Zemo (Captain America: Civil War) atau Adrian Toomes (Spider-Man: Homecoming). Keduanya bukanlah villain yang mampu menghancurkan dunia dengan tangannya. Bukan pula villain yang mengancam eksistensi seluruh umat manusia di bumi. Ya, keduanya memang jahat tapi rasanya tidak mudah juga untuk mengklasifikasikan mereka sebagai orang jahat. Ini yang dimaksud multidimensi, dimana seorang villain diberi karakterisasi yang humanis sehingga kejahatan mereka bukan semata karena keserakahan saja. Pendekatan ini yang juga diberlakukan kepada villain utama Black Panther yaitu Erik Stevens aka Killmonger. Didukung penampilan Michael B. Jordan yang surpsringly sangat meyakinkan dan menjanjikan sebagai Killmonger, menjadikannya sebagai salah satu villain kharismatik di MCU.

Keempat, women power.

Ada sebuah trend di perfilman hollywood era sekarang dimana banyak dari mereka menjadikan perempuan sebagai main leading character. Contoh paling mudah adalah Star Wars. Di Black Panther, meski tak serupa trend ini tetap dipakai dan sedikit dimodifikasi dengan pendekatan berbeda. Sehingga meskipun karakter utama tetap pria, para karakter perempuan mempunyai suara dominan yang mencuri perhatian. Kredit paling besar disematkan kepada Lupita Nyong’o, Danai Gurira, Letitia Wright dan Angela Basset sebagai yang terdepan mewakili kaumnya.

*Seperti biasa ada dua adegan tambahan pada mid-credit dan post-credit scene*

0 comments