Tanpa
terasa sudah 8 (delapan) bulan sejak saya memulai kebiasaan nulis ulasan/ide/pemikiran/komentar/apapun
sama film yang sudah saya tonton di facebook. Berarti sudah 8 (delapan) edisi
pula saya memposting tulisan-tulisan tersebut dalam satu bulan, menjadi satu
kumpulan yang saya sebut dengan ‘Catatan Nonton’ disini. Sudah seratusan
lebih film yang berhasil saya tonton terhitung sejak memulai ini semua baik
yang ditonton di bioskop maupun di laptop. Niat yang awalnya hanya sekedar
ingin ngobrol soal film namun tidak tersalurkan karena teman-teman sekelas di
kampus tidak ada yang bisa diajak berdebat tentang endingnya ‘2001: A Space
Odessey’, tidak ada yang bisa diajak tukar pikiran tentang makna ‘The Tree of
Life’ atau mengurai keindahan hubungan Jesse and Celine atau ngobrol kenapa seri
semacam Twilight atau Transformers itu banyak yang benci sekaligus banyak yang
nonton juga atau sekedar sharing tentang daftar film, sutradara, aktor-aktris
favorit dsb. Intinya tidak banyak orang-orang yang saya temui didunia nyata
untuk ngobrolin soal film sampai detail. Niat yang awalnya juga hanya sekedar
iseng malah keterusan dan jadi kebiasaan yang selalu membuat saya kangen untuk
nulis.
Kenapa
mesti facebook? Padahal sekarang-sekarang ini facebook sudah mulai ditinggalkan
dan semakin jarang digunakan sama usernya? Belum lagi kehadiran smartphone yg
menawarkan socmed2 baru yg semakin variatif? Lantas kenapa saya memilih
facebook? Padahal ada mubi yang jelas-jelas film banget?
Sebenarnya
sebelum menggunakan facebook untuk review film kecil-kecilan saya sempat
menggunakan twitter. Cuma karena di twitter itu terbatas jadinya saya nggak
begitu puas karena tidak semua ide/pikiran tertuang dalam tweet. Akhirnya tidak
saya lanjutkan dan sempat berhenti lama. Sebelum akhirnya memilih menggunakan
facebook untuk mereview film. Untuk mubi sendiri, punya saya malah jarang
diupdate dan memang harus diakui agak terbengkalai.
Tidak
terlintas di pikiran saya untuk review atau cerita soal film di facebook.
Maklum saya bukanlah orang yang aktif menggunakan socmed. Waktu itu, ide
dasarnya sebenarnya cuma sekedar ingin menghidupkan kembali akun facebook saya
yang seperti mati. Apalagi yg saya perhatikan makin kesini makin banyak orang
yang berpaling dari socmed yang satu ini dan ngerasa gengsi untuk
menggunakannya. Cuma masalahnya harus dengan apa saya isi? Karena saya tidak
mau seperti orang yang kebanyakan. Terus kebetulan saya lihat beberapa kali
teman facebook yang pamer nonton film. Lumayan tertarik. Kemudian saya coba dan
jadinya rada ketagihan. Tiga film pertama waktu itu hanya sebatas status watching:... belum ada tulisan apapun. Sampai
akhirnya untuk pertama kalinya status watching:...
tersebut saya isi dengan sedikit ulasan. Film yang beruntung kebagian jatah pertama
adalah ‘The Hunger Games: Catching Fire’ yang kebetulan juga saya tonton di
bioskop.
Dari
sana mulailah saya menjalani kebiasaan update cerita soal film di facebook.
Awalnya seru rasanya bisa cerita film disitu. Ya, walaupun respon orang-orang tidak
sampai gimana-gimana tapi setidaknya saya bisa ngeluarin uneg-uneg soal film
yang tidak bisa dikeluarkan didunia nyata. Sampai saya merangkum semua update
tersebut dalam satu bulan di blog ini lewat postingan berjudul ‘Catatan
Nonton’. Seiring berjalannya waktu, makin ke sini makin rada bosan dan rada
ribet juga kalau setiap habis nonton film harus nulis di facebook. Belum lagi
saya selalu dihinggapi pikiran negatif tentang kemungkinan akan adanya orang
yang kesal dan tidak suka sama saya karena hobinya cuma ngabisin timeline
dengan tulisan panjang sok-sok bicara film. Namun pada akhirnya saya tetap
bertahan dan sadar, ternyata sudah berjalan sampai 8 (delapan) bulan.
Memang
sesungguhnya tidak setiap film yang saya tonton saya review di facebook. Untuk
menghindari kebosanan biasanya saya mengganti privasinya dengan status only
me atau saya langsung tulis dalam kolom reviewnya saja yang memang
tidak muncul di timeline orang. Tapi film-film tersebut tetap masuk daftar ‘Catatan
Nonton’, jadi biarpun di facebook nggak ada tapi tetap di blog tetap ada. Selain
itu, saya membuat pengecualin untuk film-film yang sudah saya tonton kemudian
ditonton lagi, maka itu tidak akan saya kasih short reviewnya.
Wah,
kayaknya ini opening paling panjang dalam edisi ‘Catatan Nonton’ yang pernah
saya buat. Tak biasanya bikin opening sepanjang ini. Tapi karena satu dan lain
hal, saya merasa perlu juga untuk bicara panjang lebar di opening ‘Catatan
Nonton’ kali ini. Karena nggak tahu kenapa, saya merasa bulan-bulan ke depan
sepertinya saya sudah lebih jarang atau mungkin nggak sama sekali untuk cerita
soal film lagi di facebook dan mungkin edisi ‘Catatan Nonton’ di blog ini bakal
nggak ada (Ouchhh, TIDAK!!!). Tapi
itu hanya sebatas spekulasi sementara dari saya saja. Tapi mudah-mudahan saja
kebiasaan ini tidak pernah hilang dan selalu saya lakukan. Tapi apapun itu,
yang pasti ini adalah ‘Catatan Nonton’ jadi mari simak review-review singkat dari
film yang saya tonton di bulan Juli kemarin. Check it out!
Berbagi
Suami (2006) (01/07/14)
Short
review:
Mengambil sudut pandang perempuan,
Nia Dinata menyajikan isu poligami dengan sangat cerdas disini. Menyalurkan
segala kegundahannya terhadap praktek poligami tanpa harus terkesan membenci
pelakunya dan menggurui penontonnya. Sindiran2 satir berbalut komedi menjadi
tontonan hangat dr film yg punya judul Inggris 'Love for Share’ ini.
Skor:
4/5
Reservoir
Dogs (1992) (04/07/14)
Short
review:
Film yg menandai Quentin Tarantino
sbg salah satu director yg punya ciri
khas dlm film2nya, dan sudah kita kenal sampai sekarang. Film sederhana
berlabel indie yg masuk jajaran classic
cult. Meskipun ini film heist
tapi tak pernah dijelaskan bagaimana proses perampokan itu terjadi. Yg terjadi
adalah justru setelahnya. Film ini tdk hanya enak untuk ditonton tp membuat
kita turut berimajinasi tentang apa dan siapa. Bagaimana pengkhianatan dan
kepercayaan yg berujung saling curiga bisa jadi sebuah perdebatan hebat yg
menarik.
Skor:
4/5
Kahaani
(2012) (06/07/14)
Short
review:
Yg kita ingat soal film bollywood
tentu tak jauh2 dr drama romansa, nyanyi2, nari2 dsb. Namun 'Kahaani' itu
berbeda. 'Kahaani' adalah drama thriller tentang wanita hamil yg mencari
suaminya. Yg akan membawa kita pd petualangan si wanita merangkai kepingan puzzle di sudut2 kota Kalkuta, India. Sy
selalu suka ketika ada drama thriller punya tokoh utama wanita, lebih spesial
rasanya. Film ini murni produksi India tp penggarapannya berasa kayak film2
hollywood. Semakin kagum krn 'Kahaani' ditutup sebuah twist keren. Cool!
Skor:
3,5/5
Noah
(2014) (09/07/14)
Short
review:
Bukan
karya terbaik Darren Aronofsky tapi masih mampu menghibur lewat aspek visualnya. Aspek religinya memang tidak terlalu menonjol tapi
masih mampu mengimbangi isi cerita secara keseluruhan. Review selengkapnya bisa
dilihat disini.
Skor:
3,25/5
Transformers:
Age of Extinction (2014) (10/07/14)
Shor
review:
Selama
'Transformers' ada di tangan Michael Bay maka selamanya ia tak akan berubah. Jangan mengharapkan apapun dari 'Transformers' ini,
apalagi cerita karena pasti kurang berisi. Tapi tengoklah sisi visualnya yang
selalu mengalami peningkatan dari setiap serinya. Review selengkapnya bisa
dilihat disini.
Skor:
3/5
Need
for Speed (2014) (16/07/14)
Short
review:
Mungkin masih belum bisa menandingi
kedigdayaan 'Fast & Furious' yg sudah melaju sejak 2001. Tapi setidaknya
'Need for Speed' masih bisa memberi warna tersendiri sbg film balap mobil.
Adegan2 yg meminimalisir CGI mampu menghadirkan setiap sekuens balapan menjadi
menyenangkan dan mendebarkan. Ceritanya mungkin simple, predictable dan
berakhir klise. Namun faktor emosi + iringan scoring yg tak kalah emosional,
menjadikan NFS tetap terkoneksi ke penontonnya utk tetap stay sampai akhir.
Skor:
3,25/5
The
Cabin in the Woods (2012) (18/07/14)
Short
review:
Ketika minim referensi tentang film
horror, maka 'The Cabin in the Woods' adalah sebuah tontonan klise semata.
Namun ketika referensi film horror itu banyak, maka menonton 'The Cabin in the
Woods' adalah sebuah kesenangan. Sebuah pesta ala horror lengkap dgn semua subgenre-nya. Pesan manis sekaligus tribute dr Joss Whedon & Drew
Goddard thd genre horror itu sendiri. You
think you know the story?
Skor:
3,75/5
Dumb
& Dumber (1994) (19/07/14)
Short
review:
Sesuai
judulnya 'Dumb & Dumber', apa yang ditampilkan duet Jim Carrey dan Jeff Daniels adalah sebuah kebodohan. Dan kebodohan2 yang
mereka lakukan sanggup memberi moment2 lucu untuk ditertawakan. Meskipun tidak
semua bisa membuat tertawa terbahak-bahak, tapi sebagai film komedi, 'Dumb
& Dumber' berhasil mencuri perhatian di genre ini. Semoga sekuelnya 'Dumb
& Dumber To' bisa lebih bodoh dan gila lagi.
Skor:
3/5
Rio
2 (2014) (22/07/14)
Short
review:
Lumayan
seru mengikuti petualangan Blu kali ini, apalagi sekarang punya setting hutan
amazon. Walaupun secara plot tidak ada yang benar-benar baru disini. Punya
kesan standar memang, tapi apa yang diharapkan dari film animasi semacam ini
selain hiburan ringan? Namun disisi lain 'Rio 2' juga punya pesan yang sangat
baik sekali. Terutama agar manusia bisa menjaga lingkungannya terutama hutan.
Skor:
2,75/5
A
Beautiful Mind (2001) (22/07/14)
Short
review:
Entah
karena alasan apa, saya selalu suka film yang punya unsur penyakit psikologis didalamnya. Bermain dengan skizofrenia, 'A Beautiful
Mind' jadi salah satu yang terbaik di genrenya. Tak heran bila film ini dapat
penghargaan Academy Awards. Kisah yang diambil dari perjalanan hidup seorang
peraih Nobel Awards, John Nash ini berhasil digarap dengan baik oleh Ron
Howard, apalagi 'A Beautiful Mind' punya naskah dan divisi cast yang tampil
solid. Especially for Russel Crowe.
Skor:
4,25/5
The
Grand Budapest Hotel (2014) (23/07/14)
Short
review:
Masih sama menyenangkannya seperti
karya Wes Anderson sebelum2nya. Masih terasa warna & signature khasnya
setelah terakhir kali melihatnya dlm 'Moonrise Kingdom'. Style directing, cara bertuturnya yg quirky, pergerakan kameranya, komedi absurd-nya dan pastinya scoring catchy
yg sudah jd trademark-nya selama ini
menjadi keseruan tersendiri. Terlebih lagi krna Wes menampilkan 'The Grand
Budapest Hotel' dlm balutan visual yg eye
candy. Cantik & manis. Dan tak perlu panjang lebar lagi 'The Grand
Budapest Hotel' masuk jajaran film terbaik 2014 (versi saya) sejauh ini.
Skor:
4,25/5
Black
Swan (2010) (25/07/14)
Short
review:
Sulit untuk tidak mengagumi film
Aronofsky ini. Salah satu pencapaian tertinggi seorang Natalie Portman. Sebuah
eksplorasi sisi terdalam manusia akan obsesinya untuk menjadi sempurna. Thriller-psikologis
yg tidak hanya kelam, mencekam, tragis dan emosional, namun juga cantik disaat
bersamaan.
Skor:
4,25/5
Pi
(1998) (25/07/14)
Short
review:
Kelihaian Darren Aronofsky untuk
menjadikan sebuah karakter kompleks yg mampu mengikat emosi penonton memang
sudah ia lakukan sejak memulai debutnya lewat 'Pi'. Dan hal itu pula yang
menjadi salah satu ciri khas dalam film-filmnya selama ini. Kembali bercerita
tentang obsesi manusia, 'kali ini lewat seorang jenius dgn matematikanya.
Nuansa hitam-putih, editing &
pergerakan kamera yg unik + lantunan musik psychdelic membawa kita menyelami
otak Cohen yg rumit dan misterius itu. Serumit dan semisterius π (Pi) itu
sendiri.
Skor:
3,75/5
Mission:
Impossible – Ghost Protocol (2011) (26/07/14)
Short
review:
Lewat
'Ghost Protocol', seperti inilah sejatinya 'Mission: Impossible' bekerja. Mampu membuat misi-misi mustahil menjadi
tontonan yang menegangkan dan mendebarkan. Meskipun punya template usang, tapi jelas-jelas 'Ghost Protocol' punya keunggulan
dibanding tiga film sebelumnya. Adapun sedikit kelemahan yang ada mungkin
muncul dari sosok villain Hendricks
‘Cobalt’ (Michael Nyqvist) yg tampil kurang maksimal. Terlepas dari itu semua,
tentu kita semua setuju kalau adegan Tom Cruise (tanpa stuntman) di Burj Khalifa
itu keren!
Skor:
3,5/5
Superman
Returns (2006) (27/07/14)
Short
review:
Entah
kenapa saya kurang begitu terhibur sama film Superman yang ini. Durasi 2,5
jamnya terasa membosankan.
Skor:
2,75/5
Primal
Fear (1996) (31/07/14)
Short
review:
Mungkin kita semua sudah tahu kalau
'Primal Fear' merupakan tipikal film yg punya twist. Bahkan bukan hanya satu, tapi dua buah twist yang sudah menanti. Kalau kita jeli, sesungguhnya film ini
tidak punya kejutan sama sekali. Namun berkat akting brilian seorang Edward
Norton, twist yg disiapkan Gregory
Hoblit benar2 bekerja memperdaya penonton dan membuat penonton yakin dgn apa yg
dilihatnya, sebelum akhirnya...? Utk ukuran aktor debutan, Norton memang tampil
sangat hebat. Bahkan Richard Gere yg notabene adalah tokoh utamanya terasa
terpinggirkan begitu saja ketika melihat penampilan Norton yg luar biasa
disini.
Skor:
3,5
Pulp
Fiction (1994) (31/07/14)
Short
review:
Plot non-liniernya mungkin
membingungkan sebagian penonton. Dialog2nya mungkin dianggap gak penting. Namun
hrs diakui bahwa 'Pulp Fiction' adalah film cerdas. Tidak hanya sentuhan black comedy-nya yg kental, namun lebih
dari itu 'Pulp Fiction' dgn satir dan ironinya menyentil hal2 klise dlm
perfilman hollywood. Penghargaan tertinggi Palm
d'Or Cannes dan Best Screenplay Oscar
berhasil diraih film kedua Quentin Tarantino ini. Membahas 'Pulp Fiction'
mungkin tdk akan ada habisnya, krn ditinjau dr aspek manapun film ini punya
nilai diatas rata2. Kalau gak mau bilang masterpiece,
lantas apa?
Skor 4,5/5
Pictures from impawards
0 comments
Post a Comment