Sunday, January 31, 2016

Catatan Nonton #Januari’16

Selang sebulan setelah tahun baru 2016 dimulai, masih cukup awal, tapi masih banyak hal yang akan terjadi di bulan-bulan ke depan. Menjelang akhir bulan, ‘Catatan Nonton’ pun kembali hadir menutup episode akhir bulan Januari ini. Dalam edisi ke-25 ini hanya empat 4 (empat) judul yang masuk ‘Catatan Nonton’. Terbilang sedikit, tapi setidaknya masih ada film yang sempat saya tonton dan diberi short review dalam sebulan ini. Movie of the month kali ini jatuh pada pemenang Golden Globe Awards 2016, ‘The Revenant’ karya Alejandro Gonzalez Inarritu. Dan berikut daftar film yang masuk edisi Catatan Nonton bulan Januari 2016. Check it out!
Gambar dari sini.

Everest (2015) (01/01/16)


Short review:
‘Everest’ adalah contoh bahwa pekerjaan menaklukan alam itu bukanlah yang mudah. ‘Everest’ berhasil memvisualkan keganasan alam yang indah pula menyimpan kengerian. Bisa dibilang, Baltasar Kormakur berhasil mereka ulang kejadian naas pendakian puncak Everest pada tahun 1996 silam dengan setia pada sumbernya. Namun ada satu hal yang kurang dari ‘Everest’, yaitu emosi. Mungkin Baltasar Kormakur bermaksud membuat acara pendakian puncak tertinggi dunia bersama tragedinya ini terlihat lebih realistis dibenak penonton. Namun karena itu pula, ‘Everest’ menjadi minim emosi. Ya, terkadang dramatisasi dalam sebuah tontonan juga penting untuk memberi dampak emosional bagi penonton.
Skor: 3/5

The Revenant (2015) (13/01/16)


Short review:
‘The Revenant’ adalah bagaimana sebuah kisah drama survival mencengkram emosi lewat kebrutalan alamnya. Kebrutalan alam liar yang begitu menusuk sedingin tone-nya. Sekali lagi, duet Alejandro Gonzalez Inarritu dan Emanuel Lubezki menunjukkan tajinya setelah sebelumnya sukses lewat ‘Birdman’ lewat gambar-gambar dingin, sunyi, kelam nan mencekam namun menyimpan keindahan dibaliknya. Dan performa terbaik Leonardo DiCaprio sebagai Hugh Glass yang sukses membawa penonton seolah ikut merasakan apa yang dialami Hugh Glass. Mungkin sudah saatnya sang Leo menggenggam piala Oscar.
Skor: 4,25/5

Goosebumps (2015) (20/01/16)


Short review:
‘Goosebumps’ berhasil memunculkan makhluk-makhluk menyeramkan nan ikonik rekaan R. L. Stein yang sangat banyak tersebut dalam satu frame. Namun jika menganggap bahwa ‘Goosebumps’ akan memberikan sajian horor lewat serangkaian teror mencekam, mungkin anggapan tersebut harus segera dihapuskan. Pasalnya, ‘Goosebumps’ memilih jalan yang ringan lewat ranah komedi dalam balutan drama remaja. Tidak sampai terlalu spesial tapi masih menyenangkan dan menghibur. Seperti menonton ‘Jumanji’ versi makhluk seram. Terlebih buat para penonton yang terlebih dulu akrab dengan novelnya akan dibawa bernostalgia dengan karya-karya Stein yang sudah terjual lebih dari 350 juta kopi diseluruh dunia tersebut.  
Skor: 3/5

Spetre (2015) (20/01/16)


Short review:
Entahlah, tapi mungkin ekpektasi terhadap ‘Spectre’ terlalu tinggi setelah sebelumnya bertemu ‘Skyfall’. Premis ‘Spectre’ sebenarnya menarik, apalagi Mendes membuat naskah ‘Spectre’ seperti menjadi jawaban dari semua kepingan puzzle yang ditebar di 3 (tiga) film sebelumnya. Dan membawa karakter Ernst Stravo Blofeld (musuh bebuyutan Bond) sebagai villain utama sekaligus dalang dibalik semua peristiwa yang ada. Namun ketika plotnya mulai berjalan, ‘Spectre’ seperti kurang amunisi untuk membuatnya lebih emosional. Padahal Ernst Stravo Blofeld merupakan orang di masa lalu sang agen 007 yang bisa dikulik lebih dalam terkait hubungannya dengan Bond. Sebagai otak dari semua kejahatan pun, Blofeld seperti terlalu mudah untuk dikalahkan. Kecuali untuk itu, adegan aksi ‘Spectre’ cukup menggembirakan dengan sekuens yang lebih banyak dibanding ‘Skyfall’. Dan yang tak akan pernah hilang dari seri ‘James Bond’ yaitu Bond Girl pada diri Lea Seydoux yang begitu memanjakan mata. Salah satu Bond Girl terfavorit di era Daniel Craig.
Skor: 3/5

0 comments