“We
used to look up at the sky and wonder at our place in the stars,
now
we just look down and worry about our place in the dirt”
-
Cooper -
Christopher
Nolan sudah mempatenkan namanya sebagai salah satu sutradara yang karyanya
selalu ditunggu para penikmat film dekade terakhir ini. Dan itu semua memang
bukan tanpa alasan. Filmography-nya
yang belum mencapai 10 (sepuluh) itu sudah menjadi saksinya. Karya-karya yang
telah ditelurkannya bisa dibilang tidak ada yang gagal. Bahkan terbilang
spektakuler. ‘Memento’, The Prestige’, ‘The Dark Knight’ sampai ‘Inception’
adalah sebagian dari karyanya yang takkan sungkan kita puji setinggi-tingginya.
Dengan ciri khasnya, nama Christopher Nolan memang jadi salah satu Director yang jadi favorit para pecinta
film.
Setelah
bermain-main dengan dimensi alam mimpi dengan pendekatan sci-fi yang bisa
dibilang rada masuk akal a.k.a.
mendekati realitas. Christopher Nolan kembali menantang dirinya melampaui batas-batas
yang pernah dilaluinya. Dalam sebuah film bernada ambisius bertajuk ‘Interstellar’,
kita akan diajak menjelajahi angkasa raya. Melintasi galaksi. Melintasi dimensi
ruang dan waktu.
Tahun
kemarin, tema survival di angkasa telah
membawa nama Alfonso Cuaron jadi sutradara terbaik. Karena sukses menyajikan
sebuah pengalaman sinematik yang luar biasa tentang angkasa dalam ‘Gravity’. Dan
kali ini, Christopher Nolan membawa premis yang kurang lebih sama namun lebih
luas. Menghadirkan sisi lain tentang premis tersebut. Lebih kompleks dari ‘Gravity’-nya
Alfonso Cuaron. Berawal dari kondisi bumi yang sudah tidak bersahabat, sebuah
misi berat diemban Cooper bersama timnya demi menyelamatkan ras manusia dari
kepunahan dimasa depan.
- The end of earth
will not be the end of us
-
Seperti
kebiasan film-filmnya Nolan yang ingin segala sesuatunya punya kesan real yang kuat, walaupun pada intinya
fiksi-fiksi juga. Nolan memberi pendekatan sci-fi pada ‘Interstellar’ yang
kalau dilihat cukup terasa nuansa science-nya
dibanding fiction-nya. Dengan kata
lain, walaupun ini karya fiksi namun penjelasan-penjelasan tentang science-nya sangat bisa diterima dan
masuk akal. Jadi jangan heran kalau ‘Interstellar’ akan menceramahi kita dengan
teori-teori fisika yang jujur saya awam sekali soal ini. Kip Thorne theroy, Murphy’s
law, quantum physics, relativity, singularity, wormhole, blackhole dan seabrek theoritical physics lainnya. Tapi
hebatnya, Nolan menjejali teori rumit tersebut dengan penuturan yang terdengar
nyaman lewat naskah yang ditulisnya bersama sang adik, Jonathan Nolan.
‘Interstellar’
yang bisa diartikan “perjalanan antar bintang” memang tidak hanya berbicara
tentang bagaimana sekelompok manusia yang menjelajahi angkasa guna mencari
tempat tinggal lain selain bumi. Karena memang ‘Interstellar’ menyajikan sisi
yang lain. Ada sebuah drama ayah-anak mengharukan yang tersaji indah berkat chemistry Matthew McConaughey dan
McKenzie Foy. Yang memang tidak hanya berfungsi sebagai tempelan atau bumbu
drama semata. Nanti akan tahu sendiri jawabannya.
Dari
sisi teknis, saya tidak berhenti untuk terkagum menikmati sinematografi indah nan
megah. Berbaur dengan scoring sang
maestro Hans Zimmer yang tak pernah gagal mengaduk-ngaduk emosi dan membuat
saya tidak bisa berkata-kata lagi. Sayang sekali di Bandung tidak ada studio
IMAX. Film seperti ini memang akan semakin maksimal dan terasa makin megah jika
ditonton di IMAX.
Sepertinya
tak perlu dibahas lebih jauh lagi, karena menontonnya langsung adalah pilihan
paling tepat saat ini. Akhir kata, ‘Interstellar’ memang bukan yang paling terbaik
dari Christopher Nolan. Namun tetap saja kualitasnya tak kalah mentereng dari karya-karya Nolan yang lainnya. Dan tak bisa dipungkiri ini adalah salah satu sajian
sci-fi terbaik tahun ini bahkan juga untuk beberapa tahun ke belakang. Apalagi film-film yang mengusung tema original sudah semakin jarang ditengah
maraknya adaptasi novel dan komik akhir-akhir ini. Karena itulah ‘Interstellar’
menjadi pilihan yang sangat recommended.
Durasinya yang hampir 3 jam tidak akan terasa lama dan lelah untuk diikuti. Salah satu film terbaik di tahun ini.
P.S. Film-filmnya Nolan
adalah sebuah lingkaran. Lingkaran yang tak pernah putus dan menghubungkan
keseluruhan isinya menjadi satu kesatuan dalam bentuk esensi. Menantang nalar. Menyelipkan
misteri dan plot twist. Kemudian memberikan misteri lagi dan membiarkan
penonton berimajinasi, menjawab dan membuktikan sendiri tentang apa yang mereka
lihat.
Menonton ‘Interstellar’
seperti membawa sebuah aura positif untuk film sci-fi, khususnya yang mempunyai
tema luar angkasa. Jadi ingin menonton ulang ‘2001: A Space Odyssey’-nya
Stanley Kubrick, ‘Close Encounters of the Third Kind’-nya Steven Spielberg, ‘Contact’-nya
Robert Zemeckis, ‘Gravity’-nya Alfonso Cuaron dan film-film tentang angkasa lainnya.
0 comments
Post a Comment