Wednesday, November 12, 2014

About Movie: Interstellar (2014)




“We used to look up at the sky and wonder at our place in the stars,
now we just look down and worry about our place in the dirt”
- Cooper -

Christopher Nolan sudah mempatenkan namanya sebagai salah satu sutradara yang karyanya selalu ditunggu para penikmat film dekade terakhir ini. Dan itu semua memang bukan tanpa alasan. Filmography-nya yang belum mencapai 10 (sepuluh) itu sudah menjadi saksinya. Karya-karya yang telah ditelurkannya bisa dibilang tidak ada yang gagal. Bahkan terbilang spektakuler. ‘Memento’, The Prestige’, ‘The Dark Knight’ sampai ‘Inception’ adalah sebagian dari karyanya yang takkan sungkan kita puji setinggi-tingginya. Dengan ciri khasnya, nama Christopher Nolan memang jadi salah satu Director yang jadi favorit para pecinta film.
Setelah bermain-main dengan dimensi alam mimpi dengan pendekatan sci-fi yang bisa dibilang rada masuk akal a.k.a. mendekati realitas. Christopher Nolan kembali menantang dirinya melampaui batas-batas yang pernah dilaluinya. Dalam sebuah film bernada ambisius bertajuk ‘Interstellar’, kita akan diajak menjelajahi angkasa raya. Melintasi galaksi. Melintasi dimensi ruang dan waktu.
Tahun kemarin, tema survival di angkasa telah membawa nama Alfonso Cuaron jadi sutradara terbaik. Karena sukses menyajikan sebuah pengalaman sinematik yang luar biasa tentang angkasa dalam ‘Gravity’. Dan kali ini, Christopher Nolan membawa premis yang kurang lebih sama namun lebih luas. Menghadirkan sisi lain tentang premis tersebut. Lebih kompleks dari ‘Gravity’-nya Alfonso Cuaron. Berawal dari kondisi bumi yang sudah tidak bersahabat, sebuah misi berat diemban Cooper bersama timnya demi menyelamatkan ras manusia dari kepunahan dimasa depan. 

- The end of earth will not be the end of us -

Seperti kebiasan film-filmnya Nolan yang ingin segala sesuatunya punya kesan real yang kuat, walaupun pada intinya fiksi-fiksi juga. Nolan memberi pendekatan sci-fi pada ‘Interstellar’ yang kalau dilihat cukup terasa nuansa science-nya dibanding fiction-nya. Dengan kata lain, walaupun ini karya fiksi namun penjelasan-penjelasan tentang science-nya sangat bisa diterima dan masuk akal. Jadi jangan heran kalau ‘Interstellar’ akan menceramahi kita dengan teori-teori fisika yang jujur saya awam sekali soal ini. Kip Thorne theroy, Murphy’s law, quantum physics, relativity, singularity, wormhole, blackhole dan seabrek theoritical physics lainnya. Tapi hebatnya, Nolan menjejali teori rumit tersebut dengan penuturan yang terdengar nyaman lewat naskah yang ditulisnya bersama sang adik, Jonathan Nolan.
‘Interstellar’ yang bisa diartikan “perjalanan antar bintang” memang tidak hanya berbicara tentang bagaimana sekelompok manusia yang menjelajahi angkasa guna mencari tempat tinggal lain selain bumi. Karena memang ‘Interstellar’ menyajikan sisi yang lain. Ada sebuah drama ayah-anak mengharukan yang tersaji indah berkat chemistry Matthew McConaughey dan McKenzie Foy. Yang memang tidak hanya berfungsi sebagai tempelan atau bumbu drama semata. Nanti akan tahu sendiri jawabannya.
Dari sisi teknis, saya tidak berhenti untuk terkagum menikmati sinematografi indah nan megah. Berbaur dengan scoring sang maestro Hans Zimmer yang tak pernah gagal mengaduk-ngaduk emosi dan membuat saya tidak bisa berkata-kata lagi. Sayang sekali di Bandung tidak ada studio IMAX. Film seperti ini memang akan semakin maksimal dan terasa makin megah jika ditonton di IMAX.
Sepertinya tak perlu dibahas lebih jauh lagi, karena menontonnya langsung adalah pilihan paling tepat saat ini. Akhir kata, ‘Interstellar’ memang bukan yang paling terbaik dari Christopher Nolan. Namun tetap saja kualitasnya tak kalah mentereng dari karya-karya Nolan yang lainnya. Dan tak bisa dipungkiri ini adalah salah satu sajian sci-fi terbaik tahun ini bahkan juga untuk beberapa tahun ke belakang. Apalagi film-film yang mengusung tema original sudah semakin jarang ditengah maraknya adaptasi novel dan komik akhir-akhir ini. Karena itulah ‘Interstellar’ menjadi pilihan yang sangat recommended. Durasinya yang hampir 3 jam tidak akan terasa lama dan lelah untuk diikuti. Salah satu film terbaik di tahun ini.
P.S. Film-filmnya Nolan adalah sebuah lingkaran. Lingkaran yang tak pernah putus dan menghubungkan keseluruhan isinya menjadi satu kesatuan dalam bentuk esensi. Menantang nalar. Menyelipkan misteri dan plot twist. Kemudian memberikan misteri lagi dan membiarkan penonton berimajinasi, menjawab dan membuktikan sendiri tentang apa yang mereka lihat.
Menonton ‘Interstellar’ seperti membawa sebuah aura positif untuk film sci-fi, khususnya yang mempunyai tema luar angkasa. Jadi ingin menonton ulang ‘2001: A Space Odyssey’-nya Stanley Kubrick, ‘Close Encounters of the Third Kind’-nya Steven Spielberg, ‘Contact’-nya Robert Zemeckis, ‘Gravity’-nya Alfonso Cuaron dan film-film tentang angkasa lainnya.

0 comments