Untuk 55 siswa yang setiap hari
kamis selalu saya ceramahi,
Apa kabar kalian sekarang? Gimana
nilai raportnya? Bagus?
Mungkin
diantara kalian tidak ada yang membaca tulisan ini atau mungkin tidak pernah
tahu bahwa saya membuat tulisan ini. Namun yang pasti, hari ini, saya ingin kalian tahu sesuatu. Bahwasanya tulisan ini dibuat untuk kalian.
Rasanya
aneh menulis ini, namun saya tak bisa bohong jika rentang waktu singkat bertemu
kalian telah memberikan suatu hal yang berharga. Menjadikan hari-hari lalu yang
begitu-begitu saja menjadi sedikit lebih berwarna dengan kehadiran kalian 5
bulan terakhir ini.
Pertama
kalinya mendapat sebutan Bapak adalah suatu hal yang tak biasa. Pun ketika
bersalaman yang diteruskan mencium tangan. Ada tanggung jawab yang besar yang
tersemat dari panggilan yang kalian ucapkan. Begitu pula dengan yang kalian
lakukan. Seolah menyadarkan saya bahwa saya seharusnya bukan seperti saya yang
dulu lagi. Saya harus bisa menjadi seperti apa yang kalian panggil. Bahkan
lebih.
Pertama
kalinya berbicara didepan dan menyampaikan pelajaran ternyata bukanlah sesuatu
yang mudah. Bertatapan dengan anak-anak remaja dengan gejolak kawula mudanya
yang masih bergelora. Berhadapan dengan kepala yang entah isinya sedang terbang
kemana. Saya tidak tahu apa yang ada di benak kalian saat itu. Wajah-wajah
lelah dan bosan dengan rutinitas sehari-hari melingkar dalam sorot matanya. Ada
tugas besar menanti ke depan. Pekerjaan ini memang tidaklah mudah.
Seiring
berjalannya waktu, mulai ada ritme yang kita ciptakan bersama. Mungkin tidak
selalu baik dalam perjalanannya tapi ritme itu tetap terjaga. Perlahan tapi
pasti nama-nama yang selalu saya baca sebelum memulai semuanya, mulai terpatri
di kepala. Pun dengan wajah-wajah muda yang awalnya begtu asing buat saya.
Suasana
menjadi semakin hangat tatkala waktu terus berjalan. Saya masih ingat suara,
senyum, tawa, canda, tanya, celotehan nakal dan apa yang terjadi selama waktu
bergulir. Terkadang membuat senyum-senyum sendiri, namun tak jarang membuat
kesal. Namun yang pasti saya tidak pernah membenci kalian. Sedikitpun.
Semakin
lama dan semakin lama lagi. Irama yang telah kita rangkai telah menjadi suatu
hal besar yang menyadarkan saya. Ternyata saya hanyalah sosok yang sebenarnya
tidak tahu apa-apa. Lemah dan tak punya kemampuan apa-apa untuk bisa mengajar
kalian. Terlebih mendidik.
Sampai
tiba pada sebuah pengakuan, saya bukanlah “guru” yang baik untuk kalian. Tidak
bisa membimbing dan mengajari kalian sesuatu yang tidak tahu menjadi tahu.
Sesuatu yang tidak bisa menjadi bisa. Dibandingkan yang lain, mungkin saya bukanlah pribadi yang menyenangkan. Saya
membosankan. Cara penyampaian saya tidak menarik. Saya gugup dan salah tingkah.
Ilmu saya masih sebesar tahi kuku.
Namun
tanpa pernah kalian sadari, selama yang saya bisa, saya terus berusaha dan
mencoba membuat semuanya menjadi lebih baik. Dan pada akhirnya, yang kalian
rasakanlah, yang bisa saya beri.
Maaf dan terima kasih,
Maaf
karena tidak bisa menjadi sosok yang baik dan mengerti kalian.
Tapi
terima kasih telah memberikan warna untuk beberapa waktu terakhir ini. Terima
kasih karena telah menjadi yang pertama. Serta memberi pelajaran dan pengalaman
yang berharga. Terima kasih telah menjadi siswa yang baik. Hari-hari yang telah
kita lewati takkan begitu saja dilupakan. Pertemuan singkat yang telah kita
alami semoga jadi sesuatu yang baik kelak.
Terima
kasih juga untuk surat-suratnya yang rame.
Semoga
apa yang kalian impikan di masa depan bisa terwujud.
Semoga
kita berjumpa lagi ya, nak!
0 comments
Post a Comment