Tuesday, December 2, 2014

Anime Review: Psycho-Pass (2012)


Mungkin tidak sepopuler anime lain, tapi 'Psycho-Pass' berhasil membuat kesan yg baik ketika pertama kali melihat judulnya. Premisnya yg menarik menjadi alasan utk kembali menikmati euforia menonton anime yg sudah lama tidak dirasakan. 'Psycho-Pass' juga bukan tipikal anime yg menyajikan pertarungan seru dgn berbagai elemen fantasinya. Ini adalah drama kriminal-misteri layaknya film atau serial TV hollywood yg sudah mempengaruhi selera menonton sebelumnya. Akan ada banyak dialog A-Z yg keluar dari mulut karakter-karakternya. Tentang apa, siapa, bagaimana dan mengapa. Sampai dialog yg sedikit menyentuh tentang Rosseau, Plato hingga Shakespeare menjadi point tersendiri buat 'Psycho-Pass' (https://www.facebook.com/iim.alimran, November 19, 2014)
Paragaraf diatas adalah kesan pertama ketika saya nonton ‘Psycho-Pass’ (waktu itu masih 4-5 episode). Saya nonton Psycho-Pass tanpa pernah tahu sebelumnya tentang anime ini, tanpa rekomendasi siapapun, tanpa searching, lihat rating atau baca review-nya dulu. Saya hanya tak sengaja lihat judulnya terus tanpa pikir panjang langsung menontonnya. Dan hasilnya sangat memuaskan. Feeling saya ternyata tidak salah. Bekal jadi penikmat film (yang lumayan good taste) selama 2 tahun terakhir punya pengaruh juga. Haha. Saat ini saya memang sedang menikmati anime-anime Jepang yang sudah lama tidak saya nikmati. Ya, sekedar berdamai dengan masa kecil yang pernah didoktrin anime Jepang. Maklum 2-3 tahun terakhir, film-film luar Asia telah menjamah selera menonton saya. Hehe. Ok, balik lagi ke ‘Psycho-Pass’.
Psycho-Pass adalah salah satu serial anime Jepang yang diproduksi Production I.G. Season pertamanya yang berjumlah 22 episode mulai mengudara di tahun 2012. Mengambil set dunia di masa depan, premis ‘Psycho-Pass’ sangat menarik. Dimana dimasa depan ditemukan sebuah sistem yang mampu mendefinisikan tingkat kecendrungan tindak kriminal seseorang.
Pengisahan awal Psycho-Pass sangat sederhana sebenarnya. Sekumpulan agen keamanan pemerintah (polisi, detektif dan semacamnya) ditugaskan untuk membasmi kejahatan kota. Bisa dibilang, episode-episode awal ‘Psycho-Pass’ adalah sebuah perkenalan tentang istilah future world dalam dunia ‘Psycho-Pass’. Seperti Psycho-Pass, coefficient criminal, SiByL system dan lainnya.


Sebagai sebuah perkenalan, episode-epsiode awalnya sudah berhasil mengejawantahkan apa yang ingin diungkap ‘Psycho-Pass’. Dan kalau sebelumnya saya bilang sederhana, maka semua itu menjadi semakin kompleks ketika episode demi episode terus bergulir. Karena semakin episode berlanjut, maka konflikpun menjadi tidak sederhana lagi. Apalagi setelah villain utama mulai melakukan aksinya. Cakupannya menjadi semakin luas. Tidak lagi sekedar bercerita tentang membasmi orang-orang jahat. Ada konspirasi besar didalamnya. Sebagai penonton, kita dibawa masuk ke dunia ‘Psycho-Pass’, mencoba menerka dan memecahkan sendiri tentang apa yang terjadi.
Tidak banyak adegan aksi yang dipertontonkan disini, justru banyak dialog-dialog yang terkesan berat yang terlontar dari setiap karakter. Untuk yang tidak terbiasa mungkin ini agak membosankan. Tapi saya sangat menikmatinya. Apalagi ketika dialog bermuatan filosofis dari tokoh-tokoh dunia macam Rosseau, Plato hingga Shakespeare (dan masih banyak lagi) menjadi kenikmatan tersendiri. Dialog tersebut juga bukan hanya sekedar tempelan biar punya kesan keren. Tapi memang benar-benar dibutuhkan. Jarang sekali melihat anime berkonsep seperti ini. Anime berating R ini juga bukan tontonan anak kecil. Selain dialognya yang berat, ‘Psycho-Pass’ juga memuat adegan sadis walau ditampilkan secara eksplisit.
Ada yang bilang keberhasilan sebuah tontonan bisa dilihat dari siapa tokoh antagonisnya. Dan ‘Psycho-Pass’ punya Makishima Shougo yang idem dengan pernyataan diatas. Berbekal kecerdasan dan kemampuan analitis serta retorikanya, Makishima menjadi tokoh antagonis yang keren disini. Dibalik kharisma dan ketenangan yang ditampilkannya, tak sungkan pula ia melakukan hal-hal sadis.
Seorang antagonis tentu membutuhkan seorang lawan. Dan lawan Makishima adalah Kougami Shinya. Seorang mantan inspektur yang punya naluri detektif yang sangat kuat. Karakternya sendiri mengingatkan saya pada sosok Ichigo di ‘Bleach’. Melihat mereka berdua saya seperti melihat Batman dan Joker dalam The Dark Knight. Keduanya seperti saling melengkapi. Ingat kata-kata manis Joker pada Batman, “What can I do without you? ___ You complete Me!” Begitulah hubungan Kougami dan Makishima.


Namun kalau ditarik benang lebih jauh, sebenarnya tidak ada yang benar-benar protagonis atau antogonis disini. Semuanya serba abu-abu. Bahkan saya tidak menyalahkan persepsi Makishima atapun persepsi Kougami sendiri mengenai apa yang mereka hadapi. Dalam konteks ini, kita bisa melihat bagaimana tokoh protagonis dan antagonis menjadi bias.
Selain konflik yang berkembang, tokoh-tokoh dalam ‘Psycho-Pass’ juga mengalami pengembangan karakter yang cukup baik. Kita bisa menjadi saksi transformasi karakter yang berkembang setiap episodenya. Yang paling terasa sekali adalah karakter inspektur muda Tsunemori Akane. Dia berkembang sangata jauh dari episode awal sampai akhir.
Separuh akhir ‘Psycho-Pass’ adalah episode-episode yang paling seru menurut saya. Meskipun sempat rada kecewa di episode 11 karena berasa turun tensinya. Tapi setelahnya adalah moment-moment yang mengejutkan dan menegangkan. Berbagai twist mulai bermunculan mengisi kepingan puzzle yang telah disebar sebelumnya. Insting kita sebagai penonton pun diuji disini.
Overall, terlepas dari hal apapun, saya suka sekali sama ‘Psycho-Pass’. Salah satu anime favorit saya sepanjang masa. Sebuah anime dewasa yang serius. Sangat jarang memunculkan hal-hal bodoh dan konyol yang biasa dilakukan di anime-anime lain. Yang ada justru humor-humor satir yang terucap. Dan nuansa kelam dunia masa depanpun tergambar begitu apik disini. Very good!
Skor: 9.4/10

0 comments