Mungkin tidak sepopuler anime lain, tapi 'Psycho-Pass' berhasil
membuat kesan yg baik ketika pertama kali melihat judulnya. Premisnya yg
menarik menjadi alasan utk kembali menikmati euforia menonton anime yg sudah
lama tidak dirasakan. 'Psycho-Pass' juga bukan tipikal anime yg menyajikan
pertarungan seru dgn berbagai elemen fantasinya. Ini adalah drama
kriminal-misteri layaknya film atau serial TV hollywood yg sudah mempengaruhi
selera menonton sebelumnya. Akan ada banyak dialog A-Z yg keluar dari mulut
karakter-karakternya. Tentang apa, siapa, bagaimana dan mengapa. Sampai dialog yg
sedikit menyentuh tentang Rosseau, Plato hingga Shakespeare menjadi point
tersendiri buat 'Psycho-Pass' (https://www.facebook.com/iim.alimran, November
19, 2014)
Paragaraf diatas adalah kesan pertama
ketika saya nonton ‘Psycho-Pass’ (waktu itu masih 4-5 episode). Saya nonton
Psycho-Pass tanpa pernah tahu sebelumnya tentang anime ini, tanpa rekomendasi
siapapun, tanpa searching, lihat rating atau baca review-nya
dulu. Saya hanya tak sengaja lihat judulnya terus tanpa pikir panjang langsung
menontonnya. Dan hasilnya sangat memuaskan. Feeling saya ternyata tidak
salah. Bekal jadi penikmat film (yang lumayan good taste) selama
2 tahun terakhir punya pengaruh juga. Haha. Saat ini saya memang sedang
menikmati anime-anime Jepang yang sudah lama tidak saya nikmati. Ya, sekedar
berdamai dengan masa kecil yang pernah didoktrin anime Jepang. Maklum 2-3 tahun
terakhir, film-film luar Asia telah menjamah selera menonton saya. Hehe. Ok,
balik lagi ke ‘Psycho-Pass’.
Psycho-Pass adalah salah satu serial
anime Jepang yang diproduksi Production I.G. Season pertamanya yang berjumlah
22 episode mulai mengudara di tahun 2012. Mengambil set dunia di masa depan,
premis ‘Psycho-Pass’ sangat menarik. Dimana dimasa depan ditemukan sebuah
sistem yang mampu mendefinisikan tingkat kecendrungan tindak kriminal
seseorang.
Pengisahan awal Psycho-Pass sangat
sederhana sebenarnya. Sekumpulan agen keamanan pemerintah (polisi, detektif dan
semacamnya) ditugaskan untuk membasmi kejahatan kota. Bisa dibilang,
episode-episode awal ‘Psycho-Pass’ adalah sebuah perkenalan tentang istilah future
world dalam dunia ‘Psycho-Pass’. Seperti Psycho-Pass, coefficient
criminal, SiByL system dan lainnya.
Sebagai sebuah perkenalan,
episode-epsiode awalnya sudah berhasil mengejawantahkan apa yang ingin diungkap
‘Psycho-Pass’. Dan kalau sebelumnya saya bilang sederhana, maka semua itu
menjadi semakin kompleks ketika episode demi episode terus bergulir. Karena
semakin episode berlanjut, maka konflikpun menjadi tidak sederhana lagi.
Apalagi setelah villain utama mulai melakukan aksinya. Cakupannya
menjadi semakin luas. Tidak lagi sekedar bercerita tentang membasmi orang-orang
jahat. Ada konspirasi besar didalamnya. Sebagai penonton, kita dibawa masuk ke
dunia ‘Psycho-Pass’, mencoba menerka dan memecahkan sendiri tentang apa yang
terjadi.
Tidak banyak adegan aksi yang
dipertontonkan disini, justru banyak dialog-dialog yang terkesan berat yang
terlontar dari setiap karakter. Untuk yang tidak terbiasa mungkin ini agak
membosankan. Tapi saya sangat menikmatinya. Apalagi ketika dialog bermuatan
filosofis dari tokoh-tokoh dunia macam Rosseau, Plato hingga Shakespeare (dan
masih banyak lagi) menjadi kenikmatan tersendiri. Dialog tersebut juga bukan
hanya sekedar tempelan biar punya kesan keren. Tapi memang benar-benar
dibutuhkan. Jarang sekali melihat anime berkonsep seperti ini. Anime berating R
ini juga bukan tontonan anak kecil. Selain dialognya yang berat, ‘Psycho-Pass’
juga memuat adegan sadis walau ditampilkan secara eksplisit.
Ada yang bilang keberhasilan sebuah
tontonan bisa dilihat dari siapa tokoh antagonisnya. Dan ‘Psycho-Pass’ punya
Makishima Shougo yang idem dengan pernyataan diatas. Berbekal kecerdasan dan
kemampuan analitis serta retorikanya, Makishima menjadi tokoh antagonis yang
keren disini. Dibalik kharisma dan ketenangan yang ditampilkannya, tak sungkan
pula ia melakukan hal-hal sadis.
Seorang antagonis tentu membutuhkan
seorang lawan. Dan lawan Makishima adalah Kougami Shinya. Seorang mantan
inspektur yang punya naluri detektif yang sangat kuat. Karakternya sendiri
mengingatkan saya pada sosok Ichigo di ‘Bleach’. Melihat mereka berdua saya
seperti melihat Batman dan Joker dalam The Dark Knight. Keduanya seperti saling
melengkapi. Ingat kata-kata manis Joker pada Batman, “What can I do without
you? ___ You complete Me!” Begitulah hubungan Kougami dan Makishima.
Namun kalau ditarik benang lebih jauh,
sebenarnya tidak ada yang benar-benar protagonis atau antogonis disini.
Semuanya serba abu-abu. Bahkan saya tidak menyalahkan persepsi Makishima atapun
persepsi Kougami sendiri mengenai apa yang mereka hadapi. Dalam konteks ini,
kita bisa melihat bagaimana tokoh protagonis dan antagonis menjadi bias.
Selain konflik yang berkembang,
tokoh-tokoh dalam ‘Psycho-Pass’ juga mengalami pengembangan karakter yang cukup
baik. Kita bisa menjadi saksi transformasi karakter yang berkembang setiap
episodenya. Yang paling terasa sekali adalah karakter inspektur muda Tsunemori
Akane. Dia berkembang sangata jauh dari episode awal sampai akhir.
Separuh akhir ‘Psycho-Pass’ adalah
episode-episode yang paling seru menurut saya. Meskipun sempat rada kecewa di
episode 11 karena berasa turun tensinya. Tapi setelahnya adalah moment-moment
yang mengejutkan dan menegangkan. Berbagai twist mulai bermunculan
mengisi kepingan puzzle yang telah disebar sebelumnya. Insting kita
sebagai penonton pun diuji disini.
Overall, terlepas dari hal apapun, saya suka
sekali sama ‘Psycho-Pass’. Salah satu anime favorit saya sepanjang masa. Sebuah anime dewasa yang serius. Sangat jarang
memunculkan hal-hal bodoh dan konyol yang biasa dilakukan di anime-anime lain.
Yang ada justru humor-humor satir yang terucap. Dan nuansa kelam dunia masa
depanpun tergambar begitu apik disini. Very good!
Skor: 9.4/10
0 comments
Post a Comment