Thursday, January 29, 2015

Catatan Nonton #Januari’15

Liburan awal tahun memberi kesempatan saya untuk menghabiskan waktu dengan menonton lebih banyak film, serial TV dan anime. Bahkan akhirnya saya bisa menyelesaikan saga ‘Harry Potter’ yang sempat saya tunda-tunda secara maraton selama 2 hari berturut-turut. Menonton saga ‘Harry Potter’ secara maraton berhasil memberi kepuasan tersendiri buat saya di bulan Januari ini. Maka tak berlebihan jika saga ‘Harry Potter’ menjadi movie of the month dalam ‘Catatan Nonton’ kali ini. Dan tanpa perlu basa-basi lagi, berikut daftar film yang masuk dalam ‘Catatan Nonton’ edisi bulan Januari. Check this out!

United 93 (2006) (01/01/15)


Short review:
Sebuah gambaran sempurna tentang teror di udara. Mungkin plotnya tidak 100% akurat karena sumbernya memang seadanya. Tapi dengan penggarapan layaknya sebuah dokumenter, Paul Greengrass berhasil membuat sebuah dramatisasi nan menggetarkan menyoroti tragedi memilukan 11 September. Dan menerjemahkan bukti-bukti serta kesaksian yang ada menjadi detik demi detik yang menegangkan. Namun ada hal yang sedikit mengganggu disini. Sejak scene pertama 'United 93' memang sudah sangat provokatif. Seolah memberi kesan negatif pada satu golongan agama tertentu, padahal faktanya tidak semua seperti itu.
Skor: 3,75/5

Fury (2014) (02/01/15)


Short review:
Semenjak 'Saving Private Ryan' tahun 1998, film perang setelahnya mungkin masih belum bisa menyamai standar Spielberg tersebut. Dan dengan semangat & ambisinya, David Ayer membawa lagi potret neraka dunia yang mencekam itu. Mengambil set perang dunia II, tank sherman bernama 'Fury' pimpinan Don 'Wardaddy' melaju tak terhenti menampilkan pemandangan memilukan bernama "perang". Tidak hanya sekedar baku tembak, ada sedikit dramatisasi yang cukup efektif walaupun stereotype. Semuanya itu berhasil dikemas dengan baik. Ayer mungkin belum bisa melampaui pencapaian Spielberg, tapi 'Fury' adalah film perang yang sangat menarik, yang jarang ditemui beberapa tahun terakhir ini.
Skor: 3,75/5

Boyhood (2014) (03/01/15)


Short review:
Adalah luar biasa ketika seorang Richard Linklater membuat film dalam rentang waktu 12 tahun dengan aktor-aktris yang sama tanpa sedikitpun kehilangan konsistensinya. Sebuah drama coming of age yang terasa sangat nyata dan dekat dengan kehidupan. Seperti berjalan melintasi waktu, 'Boyhood' membawa penonton pada sebuah perjalanan hidup seorang bocah yang terus tumbuh seiring berjalannya waktu. Dari kacamatanya kita diajak memandang, berfilosofi dan memaknai anugerah terindah bernama "hidup". Kerja keras + komitmen Linklater dan timnya sangat layak untuk diapresiasi. Jelas ini adalah karya langka yang luar biasa. Meminjam lagunya Kahitna 'Boyhood' itu lebih dari sekedar cantik.
Skor: 4,25/5

Inglourious Basterds (04/01/15)


Short review:
Seorang Quentin Tarantino memang terkenal dengan kegemarannya membuat film "sekarepdewek". Mencoba mengambil tema sejarah berlatar pendudukan NAZI dalam 'Inglourious Basterds', Tarantino menawarkan sesuatu yang berbeda. Ketika dia akhirnya merombak sejarah yang ada, memodifikasinya, sehingga unsur historisnya hilang, menjadi sebuah tontonan yang baru dan berbeda. Seperti filmnya yang lain, 'Inglourious Basterds' juga tidak kehilangan ciri khasnya selama ini. Seperti pembagian bab film, dialog ngalor-ngidul gak penting, adegan2 gila dan berdarah, kejutan2 menyenangkan namun juga membosankan bagi yang belum terbiasa dengan gayanya. Tapi mungkin karena itulah kita menyukai karya-karya Quentin Tarantino.
Skor: 4/5

Enemy (2013) (05/01/15)


Short review:
Denis Villeneuve telah berhasil mencuri perhatian saya lewat dua filmnya, 'Incendies' dan 'Prisoners'. Rasanya tidak sulit juga untuk menyukai 'Enemy'. Mengadaptasi cerita dari novel berjudul 'The Double' karya José Saramago, Villeneuve kembali membawa Jake Gyllenhall yang harus bertemu dengan dirinya yang lain dalam sebuah thriller berlatar temaram. Dibandingkan dua film sebelumnya, 'Enemy' adalah film yang paling pendek durasinya, namun justru 'Enemy'-lah yang paling membuat pusing. Banyak unsur surealisme layaknya karya David Lynch yang coba dituangkan Villeneuve. Sedikit memutar otak, namun jika cukup jeli, clue-nya sudah bertebaran sebenarnya.
Skor: 3,75/5

Harry Potter Series (2001-2011) (06-07/01/15)


Short review:
Rasanya agak memalukan baru bisa menyelesaikan saga paling populer ini beberapa waktu yang lalu. 'Harry Potter' adalah sebuah fenomena. Ah tidak, lebih dari itu. Ini semacam budaya pop yang mempengaruhi anak-anak diseluruh dunia sedekade lalu. Entah mantra sihir apa yang telah diucapkan J.K. Rowling sehingga sanggup menghipnotis dunia dengan imajinasi liarnya. Manusia-manusia yang tumbuh bersamanya (buku dan film) mungkin akan merasakan perasaan emosional tatkala 'The Deathly Hallows Part 2' menutup babnya dengan sebuah senyum kepuasan. Untuk ukuran franchise yang berumur 10 tahun, 'Harry Potter' berhasil mempertahankan kualitas masing-masing filmnya dengan cukup stabil. Hal yang jarang ditemui di era sekarang. Jelas 'Harry Potter' adalah franchise yang akan dikenang sepanjang masa, terlepas kamu seorang fans atau bukan.
Skor: 5/5

Nightcrawler (2014) (10/01/15)


Short review:
Tak disangka jika 'Nightcrawler' akan menjadi sebuah drama thriller yang menarik. Sutradara debutan Dan Gilroy sukses mengemas tema yang terbilang jarang dipakai dalam sebuah film menjadi tontonan menegangkan. Dengan tema yang diusungnya, Dan Gilroy tidak hanya menyajikan sebuah drama kriminal thriller kelam berlatar belakang ambisi berlebihan seorang manusia. Ada pesan satir yang disampaikan dengan begitu lugas pada sisi gelap dunia jurnalistik yang mungkin tidak pernah kita sadari. Well done!
Skor: 4/5

Big Hero 6 (2014) (11/01/15)


Short review:
Well, semenjak 'Tangled' yang mengawali kebangkitannya, Disney seolah tak berhenti melahirkan animasi ok setiap tahunnya. Membawa tema superhero dengan meminjam karakter Marvel, Disney membawa dunia baru yang belum dijamahnya. Hasilnya adalah tontonan yang lucu, segar dan menyenangkan. Terlebih 'Big Hero 6' mencampurkan dua unsur budaya dari dua negara (Amerika & Jepang) yang menjadi pembeda. Dan meskipun punya rasa film superhero yang kental, elemen2 khas Disney tidak hilang disini. Apalagi 'Big Hero 6' juga turut melahirkan karakter loveable dalam robot putih obesitas berasa marshmallow, Baymax.
Skor: 3,75/5

The Hobbit: The Battle of the Five Armies (2014) (12/01/15)


Short review:
Mungkin sebaiknya 'The Hobbit' memang tidak perlu dibuat menjadi sebuah trilogi. Terkesan dipanjang-panjangkan dan itu cukup terasa. Dua film sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk memvisualkan sebuah buku. Namun alasan komersial memang lebih logis untuk dipertimbangkan. Mengganti subjudul lamanya yang terasa melankolis, 'There & Back Again' menjadi 'The Battle of the Five Armies' yang lebih menjual, Peter Jackson menawarkan perang berskala besar untuk menutup seri ini. Hasilnya adalah 'Battle of the Five Armies' masih kalah dari 'Battle of Helms Deep' dan 'Battle of Osgiliath' di LOTR yang epik itu.
Skor: 3/5

Pan’s Labyrinth (2006) (14/01/15)


Short review:
Dinominasikan dalam enam kategori Oscar dan memenangkan tiga diantaranya adalah sebuah prestasi buat film berbahasa asing, 'Pan's Labyrinth'. Dengan semangat gothic yang kental, Guillermo del Toro menyajikan dua buah plot berbeda dalam satu jalinan cerita. Yang satu, fantasi anak beralaskan horor gelap berisi mahluk-makhluk aneh yang mengerikan. Yang satu lagi pemberontakan terhadap kaum fasis di Spanyol beralaskan drama thriller yang sadis dan berdarah. Seperti sebuah realita kejam yang ditubrukkan dengan dongeng fantasi yang indah. Keduanya bersatu dalam sebuah kegetiran yang manis.
Skor: 4/5

Dracul Untold (2014) (17/01/15)


Short review:
Mungkin menjadi dibawah ekspektasi ketika nuansa horor tidak begitu nampak dalam sosok ikonik penghisap darah di film terbarunya ini. Walaupun masih mengusung tokoh sama yakni Dracula, Gary Shore tidak lantas membuat plotnya seperti origins ceritanya yang kita kenal. Ada pendekatan fantasi yang dikaitkan dengan sejarah yang coba dituangkanGary Shore untuk membawa sebuah latar belakang kisah Dracula yang baru. Mungkin dari sanalah penambahan kata 'Untold' dalam judul dibuat. Konon katanya 'Dracula Untold' adalah sebuah awal dari universe tentang monster-monster klasik yang akan diusung Universal seperti layaknya MCU. Ya, kita tunggu saja akan kemana kisahnya nanti. Namun sebagai sebuah awal 'Dracula Untold' tidak jatuh pada kategori buruk, masih lumayan sebagai tontonan hiburan. Aspek visualnya juga lumayan ok. Meski secara keseluruhan memang filmnya tidak terlalu spesial.
Skor: 3/5


Gambar diambil dari sini.

0 comments