Udah
lama juga nih gak nulis soal musik. Lama banget malah. Ya, kemarin-kemarin jadi
lebih sering cerita soal film, jadinya musik agak sedikit terlupakan disini. Dan
karena sekarang lagi inget, terus lagi terngiang-ngiang sama ‘A Sky Full of
Stars’-nya Coldplay, makanya nyempetin buat cerita musik lagi. Kali ini saya
akan sedikit bicara tentang album Coldplay yang paling baru judulnya ‘Ghost
Stories’ yg dirilis 19 Mei kemarin.
Pertama
kali tahu title albumnya ‘Ghost Stories’, saya langsung berspekulasi bahwa kali
ini akan ada warna berbeda dari Coldplay. Title
‘Ghost Stories’ itu seakan menyiratkan nuansa dark yang kental disini. Entah itu ada hubungannya dengan keretakan
rumah tangga sang Vokalis, Chris Martin dengan Gwyneth Paltrow yang berujung
perceraian atau tidak. Tapi setelah kita mendengar keseluruhan album dengan
seksama, kita pasti akan tahu jawabannya.
Ghost Stories Cover |
Setelah
saya mendengar album ini secara utuh, yang saya rasakan adalah Coldplay semakin
mengentalkan nuansa pop dan elektroniknya disini. Perlahan mulai menghilangkan
dominasi gitar yang sudah jadi ciri khasnya semenjak album pertama. Malah ada
nuansa baru dengan beat-beat ala EDM (electronic dance music) yg catchy, tapi tetap masih rasa Coldplay. Dan
walaupun ‘Ghost Stories’ tidak bisa dibilang album yang dark banget, namun saya merasa masih ada nuansa gloomy yg hadir disini. Sehingga setiap
lagu yang hadir seperti bergerak menjadi nada-nada lirih yang emosional. Ya
mungkin benar bahwa perceraian Chris dengan Gwyneth sedikit banyak mempengaruhi
mood album ini secara keseluruhan.
Single
pertama di album ini adalah ‘Magic’. Ada nuansa Radiohead yg saya rasakan pas
pertama kali dengar lagu ini. Beat di
awal sudah memberi rasa berbeda dari Coldplay. Sentuhan bass Guy Berryman
berpadu dengan sound EDM yg ringan,
membawa eksplorasi musik Coldplay menjadi lebih kaya dengan adanya ‘Magic’ ini.
And with all your magic. I disappear from view.
I can't get over, can't get over you.
Kemudian ada track ‘Midnight’. Sebuah track
yang bisa dibilang sederhana namun punya aura kelam yang cukup kuat. Vokal
Chris disini dikasih efek vocoder mirip-mirip Radiohead di album ‘Kid A’.
When I’m rolling with
the punches and hope is gone.
Leave a light, a light on.
Sebelum
‘Midnight’, sebenarnya aura kelam sudah terpancar semenjak album ini dibuka
sama ‘Always in My Head’. Opening ambient
sound-nya membawa kita pada nada-nada lirih Chris tentang kegalauannya pada
seseorang.
But though I try my
heart stays still.
It never moves. Just won’t be led.
Kemudian
setelah itu diikuti dengan track-track yang masih dalam tema yang sama.
Walaupun suasana lagunya berbeda. Track-track seperti ‘Ink’, ‘True Love’, ‘Another’s
Arm’ sampai ‘Oceans’ membawa kita pada sebuah petualangan getir. Yang paling
pahit mungkin ‘True Love’.
Just tell me you love
me. If you don’t then lie. Lie to me.
Call it true, true
love.
Meskipun
balada-balada lirih mendominasi album, namun ‘Ghost Stories’ masih menyisakan
track yang ceria secara musik dan pas buat bergoyang. Judulnya ‘A Sky Full of
Stars’ yang dijadikan single kedua di album ini. Mungkin banyak fans yang menyayangkan Coldplay membuat musik seperti
ini. Pasalnya, lagu ini bisa dibilang paling beda sendiri di ‘Ghost Stories’
bahkan dari semua album Coldplay. Entah mereka memang sengaja membuat lagu
seperti ini atau cuma sekedar ikut-ikutan tren membuat musik EDM atau apa. Tapi
yang jelas saya sih lumayan suka sama lagu ini. Ya, karena sah-sah saja bila
Coldplay ingin membuat musik yang sedikit berbeda. Bisa dibilang ‘A Sky Full of
Stars’ kayak lagu senang-senang mereka. Dan walaupun mereka menggandeng Avicii
sebagai co-producer sekaligus kolaborator disini tapi warna Coldplay masih
sangat terasa. Jadi musiknya tetap tidak melenceng jauh dari akar Coldplay
sendiri.
Album
ini ditutup dengan track yang judulnya simple banget, ‘O’. Dentingan piano
berkolaborasi dengan vokal Chris + falsetto-nya menjadikan lagu ini terasa
sangat personal. Apalagi liriknya yang penuh simbol sehingga lagunya sarat akan muatan filosofis.
Still I always look up
to the sky. Pray before the dawn.
'Cause they fly away.
Overall,
‘Ghost Stories’ mungkin tidak segemerlap ‘Mylo Xyloto’ yang pernuh warna. Juga
tidak seperti ‘Viva La Vida Or Death And All His Friends’ yang seru. Namun juga
berbeda dengan kedua album pertama mereka ‘Parachutes’ dan ‘A Rush Full of
Blood’ yang mungkin sudah sangat kita rindukan bahwa Coldplay akan membuat
album seperti itu lagi. Tapi tentu ini bukanlah nilai minus dari ‘Ghost
Stories’. Karena Coldplay sekarang sudah bergerak jauh dari apa yang kita kira.
Mengeksplor musik mereka sejauh yang bisa dilakukan tanpa harus kehilangan
identitas mereka. Kehadiran orang-orang macam Paul Epworth (yang sudah kita kenal lewat album2 super galau milik Adele), John
Hopkins atau Avicii yang berada dibalik album ini memang memberi warna sedikit
berbeda pada musik Coldplay saat ini. Namun itu tidak menurunkan kualitas album
dari band yang punya fans fanatik cukup banyak didunia ini.
P.S.
Dalam versi ‘Deluxe Edition’-nya, ‘Ghost Stories’ masih menyisakan 3 (tiga)
track lagi. Yaitu ‘All Your Friends’, ‘Ghost Story’ dan ‘O (Part 2-Reprise)’
yang semakin melengkapi isi album ini.
0 comments
Post a Comment