Friday, July 4, 2014

About Music: Coldplay - Ghost Stories

Udah lama juga nih gak nulis soal musik. Lama banget malah. Ya, kemarin-kemarin jadi lebih sering cerita soal film, jadinya musik agak sedikit terlupakan disini. Dan karena sekarang lagi inget, terus lagi terngiang-ngiang sama ‘A Sky Full of Stars’-nya Coldplay, makanya nyempetin buat cerita musik lagi. Kali ini saya akan sedikit bicara tentang album Coldplay yang paling baru judulnya ‘Ghost Stories’ yg dirilis 19 Mei kemarin.
Pertama kali tahu title albumnya ‘Ghost Stories’, saya langsung berspekulasi bahwa kali ini akan ada warna berbeda dari Coldplay. Title ‘Ghost Stories’ itu seakan menyiratkan nuansa dark yang kental disini. Entah itu ada hubungannya dengan keretakan rumah tangga sang Vokalis, Chris Martin dengan Gwyneth Paltrow yang berujung perceraian atau tidak. Tapi setelah kita mendengar keseluruhan album dengan seksama, kita pasti akan tahu jawabannya.

Ghost Stories Cover

Setelah saya mendengar album ini secara utuh, yang saya rasakan adalah Coldplay semakin mengentalkan nuansa pop dan elektroniknya disini. Perlahan mulai menghilangkan dominasi gitar yang sudah jadi ciri khasnya semenjak album pertama. Malah ada nuansa baru dengan beat-beat ala EDM (electronic dance music) yg catchy, tapi tetap masih rasa Coldplay. Dan walaupun ‘Ghost Stories’ tidak bisa dibilang album yang dark banget, namun saya merasa masih ada nuansa gloomy yg hadir disini. Sehingga setiap lagu yang hadir seperti bergerak menjadi nada-nada lirih yang emosional. Ya mungkin benar bahwa perceraian Chris dengan Gwyneth sedikit banyak mempengaruhi mood album ini secara keseluruhan.
Single pertama di album ini adalah ‘Magic’. Ada nuansa Radiohead yg saya rasakan pas pertama kali dengar lagu ini. Beat di awal sudah memberi rasa berbeda dari Coldplay. Sentuhan bass Guy Berryman berpadu dengan sound EDM yg ringan, membawa eksplorasi musik Coldplay menjadi lebih kaya dengan adanya ‘Magic’ ini.
And with all your magic. I disappear from view.
I can't get over, can't get over you.

 
 Kemudian ada track ‘Midnight’. Sebuah track yang bisa dibilang sederhana namun punya aura kelam yang cukup kuat. Vokal Chris disini dikasih efek vocoder mirip-mirip Radiohead di album ‘Kid A’.
When I’m rolling with the punches and hope is gone. 
Leave a light, a light on.


Sebelum ‘Midnight’, sebenarnya aura kelam sudah terpancar semenjak album ini dibuka sama ‘Always in My Head’. Opening ambient sound-nya membawa kita pada nada-nada lirih Chris tentang kegalauannya pada seseorang.
But though I try my heart stays still. 
It never moves. Just won’t be led.

Kemudian setelah itu diikuti dengan track-track yang masih dalam tema yang sama. Walaupun suasana lagunya berbeda. Track-track seperti ‘Ink’, ‘True Love’, ‘Another’s Arm’ sampai ‘Oceans’ membawa kita pada sebuah petualangan getir. Yang paling pahit mungkin ‘True Love’.
Just tell me you love me. If you don’t then lie. Lie to me.
Call it true, true love.

Meskipun balada-balada lirih mendominasi album, namun ‘Ghost Stories’ masih menyisakan track yang ceria secara musik dan pas buat bergoyang. Judulnya ‘A Sky Full of Stars’ yang dijadikan single kedua di album ini. Mungkin banyak fans yang menyayangkan Coldplay membuat musik seperti ini. Pasalnya, lagu ini bisa dibilang paling beda sendiri di ‘Ghost Stories’ bahkan dari semua album Coldplay. Entah mereka memang sengaja membuat lagu seperti ini atau cuma sekedar ikut-ikutan tren membuat musik EDM atau apa. Tapi yang jelas saya sih lumayan suka sama lagu ini. Ya, karena sah-sah saja bila Coldplay ingin membuat musik yang sedikit berbeda. Bisa dibilang ‘A Sky Full of Stars’ kayak lagu senang-senang mereka. Dan walaupun mereka menggandeng Avicii sebagai co-producer sekaligus kolaborator disini tapi warna Coldplay masih sangat terasa. Jadi musiknya tetap tidak melenceng jauh dari akar Coldplay sendiri.


Album ini ditutup dengan track yang judulnya simple banget, ‘O’. Dentingan piano berkolaborasi dengan vokal Chris + falsetto-nya menjadikan lagu ini terasa sangat personal. Apalagi liriknya yang penuh simbol sehingga lagunya sarat akan muatan filosofis.
Still I always look up to the sky. Pray before the dawn.
'Cause they fly away.

Overall, ‘Ghost Stories’ mungkin tidak segemerlap ‘Mylo Xyloto’ yang pernuh warna. Juga tidak seperti ‘Viva La Vida Or Death And All His Friends’ yang seru. Namun juga berbeda dengan kedua album pertama mereka ‘Parachutes’ dan ‘A Rush Full of Blood’ yang mungkin sudah sangat kita rindukan bahwa Coldplay akan membuat album seperti itu lagi. Tapi tentu ini bukanlah nilai minus dari ‘Ghost Stories’. Karena Coldplay sekarang sudah bergerak jauh dari apa yang kita kira. Mengeksplor musik mereka sejauh yang bisa dilakukan tanpa harus kehilangan identitas mereka. Kehadiran orang-orang macam Paul Epworth (yang sudah kita kenal lewat album2 super galau milik Adele), John Hopkins atau Avicii yang berada dibalik album ini memang memberi warna sedikit berbeda pada musik Coldplay saat ini. Namun itu tidak menurunkan kualitas album dari band yang punya fans fanatik cukup banyak didunia ini.
P.S. Dalam versi ‘Deluxe Edition’-nya, ‘Ghost Stories’ masih menyisakan 3 (tiga) track lagi. Yaitu ‘All Your Friends’, ‘Ghost Story’ dan ‘O (Part 2-Reprise)’ yang semakin melengkapi isi album ini.

0 comments