Beberapa hari terakhir ini, saya jadi kangen sekali
sama masa 90-an. Gara-garanya mungkin karena akhir-akhir ini saya banyak
melihat dan mendengar sesuatu tentang ’90-an. Awalnya, hanya tak sengaja
melihat video klipnya The Rembrandts –
I’ll Be There For You tengah malam di salah satu stasiun TV. Terus
kebetulan nonton We’re The Millers yg
ada Jennifer Aniston-nya. Jadi inget
serial TV zaman dulu (pasti tahu apa).
Pas muter lagu di laptop secara random
yg keputer tu lagu2 90-an. Terus baca beberapa artikel di internet tentang
kondisi pertelevisian Indonesia sekarang yg bikin saya makin kangen sama acara
televisi tahun 90-an. Dan puncaknya, sebuah penggalan lirik yg saya dengar dari
salah satu acara TV bunyinya begini: “Harta
yg paling berharga adalah keluarga. Istana yg paling indah adalah keluarga”.
Habis itu, saya langsung dengerin lagunya di youtube sampai seharian. Searching
segala hal tentang ’90-an. Jadi senyum-senyum sendiri, ketawa-ketawa sendiri,
nyanyi-nyanyi sambil main gitar sendiri sampai tetangga kamar pada keanehan
lihat tingkah saya yg bak seorang anak kecil terjebak dlm tubuh orang dewasa. Oh God! I really, really miss the 90’s.
Kalau diinget-inget lagi, dibayangin lagi, dikenang
lagi, banyak sekali hal yg membuat diri ini ingin kembali ke masa ’90-an. Buat
saya, generasi yg lahir tahun ’90-an tentu semua hal yg berhubungan dengan anak
kecil. Mainannya, permainannya, acara TV-nya, musiknya, cemilan-cemilannya,
pokoknya banyak deh. Dan yg paling pasti kenapa ’90-an itu jadi masa yg
dirindukan, karena hal-hal yg ada di ’90-an gak akan ditemukan dizaman
sekarang. Saat ini. Hari ini. Ya, meskipun sebenarnya secara pribadi saya benar-benar
menikmati era 90-an cuma periode akhirnya saja. Secara, saya lahir berbarengan
sama kelahiran generasi emasnya Manchester United. Mungkin tulisan saya kali
ini akan terasa sangat cerewet. Karena isinya bakalan ngalor-ngidul seputar hal
yg mengingatkan saya sama era 90an.
Pertama-tama, saya bicara dulu soal musik. Tentunya
seperti yg kita tahu, masa-masa itu masih jaya-jayanya lagu-lagu anak. Siapa yg
tidak kenal penyanyi-penyanyi macam Joshua,
Trio Kwek-Kwek, Chiquita Meidy, Enno Lerian
dll. Lagu-lagu macam Diobok-obok, Katanya, Si Nyamuk Nakal, Kuku Kuku,
Si Lumba-lumba, Aku Cinta Rupiah dan banyak lagi yg lainnya. Siapa yg tidak tahu
acara Tralala Trilili yg dipandu Agnes Monica (Sekarang Agnes udah dewasa dan...ya gitu deh!), acara Cilukba atau Kring Kring Olala. Tokoh-tokoh ikonik macam Susan, si Komo sampai si Unyil (untungnya sI Unyil masih ada sampai sekarang). Lagu-lagu anak
memang merajalela waktu itu. Bahkan jeda perpindahan acara TV-pun diisi sama
video klip lagu anak-anak. Zaman sekarang, mana ada yg kayak gitu. Alih-alih
ingin membuat acara anak-anak, justru malah nggak ada nuansa anak-anaknya sama
sekali. Masa anak-anak umur 5 tahunan udah niru-niru gaya Syahrini yg kayak begitu. Bikin kontes nyanyi anak, lagu-lagunya
lagu dewasa, cuma krna biar punya kesan anak-anaknya akhirnya kata-kata cinta
diganti sama persahabatan. Gak ngaruh
bos!. Terus menyebut beberapa artis yg katanya artis cilik padahal nggak
ada cilik-ciliknya sama sekali. Saya pernah lihat beberapa waktu lalu (udah lumayan lama sih) ada sekumpulan
anak-anak dibawah 8 tahun pada nyanyi “Kau
bidadari jatuh dari surga dihadapanku” sambil nari-nari gak jelas. Ada juga
yg nyanyi lagu dangdut ‘Buka Sitik Joss’ dan nari-nari yg sama gak jelasnya.
Good! #miris. Dan ini nyata!
Selain musik, konten-konten acara TV juga adalah
surganya anak-anak ’90-an. Gimana nggak? Hampir setiap hari acara anak-anak nongol
disemua stasiun TV. Hari minggu apalagi. Kita bisa menghabiskan waktu seharian
hanya buat nonton TV. Dari mulai Power Rangers, Kamen Rider, Ultraman, Dragon
Ball sampai yg paling legend,
Doraemon. Saking banyaknya kadang suka bingung menentukan pilihan untuk nonton
film apa. Tapi sekarang, bisa kita lihat keadaanya kayak apa. Sangat sedikit
konten-konten anak di TV. Kalau saya lihat acara TV hari minggu sangat sedikit
stasiun TV yg menayangkan acara anak seperti zaman saya dulu. Semua sudah
berubah sekarang. Untung saya udah gede (thanks
God!). Tapi kalo dipikir-pikir kasihan juga ya anak-anak zaman sekarang.
Selain
musik, zaman itu permainan-permainan tradisional masih sering dimainkan oleh
anak-anak. Masih terbesit dibenak saya, main petak umpet, lari-larian,
kejar-kejaran. Main kelereng, gambar, yoyo, gasing, layang-layang sampai harus blusukan ke sawah. Hujan-hujanan,
mancing, nyari belut, mandi disungai, perang-perangan, tembak-tembakan dari yg
pake pistol bambu yg pelurunya kertas sampai peluru karet. Main mobil-mobilan
dari yg buat sendiri sampai pake tamiya ala serial ‘Let’s and Go’. Bahkan
permainan yg dibuat sendiri sampai saya sendiri tidak tahu Bahasa Indonesianya
apa. Pokoknya main yg ujungnya ...an-anan.
Atau anak-anak perempuan yg main tali, c0ngklak, bola bekel dan yg lainnya (lupa saya namanya, saking banyaknya).
Sekarang, saya sudah jarang lihat yg seperti itu. Yg saya perhatikan, anak-anak
zaman sekarang lebih senang mantengin monitor berjam-jam, main game seharian,
playstation lah, game online lah, internetan sampai lupa waktu. Mainin gadget dari yg sekecil-kecilnya sampai yg
segede-genya dan jujur menurut saya mereka gak butuh-butuh amat sama
barang-barang itu. Saya dan mungkin teman yg segenarasi juga sama main game
mulai dari game boy, tamagotchi, nintendo, sega, ding-dong, sampai playstation. Tapi walaupun begitu, permainan tradisionalpun tak
pernah terlewatkan.
Terus pada inget gak
sama Ingat sama Nirmala, Bona & Rong Rong? Hehe. Ini juga salah satu yg
mengingatkan sama 90an lho. Dulu itu internet belum ada, jadi media baca masih
banyak yg berbentuk fisik. Untuk anak-anak ya tentunya majalah anak. Dulu
banyak sekali majalah anak yg terbit, kalo sekarang saya tidak begitu tahu.
Tapi yg pasti majalah si ‘Kelinci’ adalah yg paling ikonik untuk kita.
Paragraf2 diatas mungkin hanya segelintir kenangan saya
tentang masa kecil tatkala hidup di era 90an. Dan selanjutnya saya ingin
berandai-andai. Seandainya di era 90an saya udah agak gedean dikit, ya minimal SMP
lah saya juga akan senang banget. Sebagai penggemar musik dan film, era 90an itu
punya cerita yg tidak dipunyai era-era lainnya.
Jujur saya ingin sekali hidup ketika Kurt Cobain dengan
Nirvana-nya membawa era musik yg baru lewat musik grunge-nya. Menyaksikan
sendiri grup-grup band asal Britania Raya macam Oasis, Blur, Suede dsb membawa
arus baru dlm dunia musik yg disebut Britpop. Dan menjadi saksi kehadiran album
masterpiece dari salah satu band
favorit saya saat ini, Radiohead. Rasanya saya akan senang sekali menikmati
hegemoni dan euforia musik kala itu. Seorang musisi Indonesia pernah bilang
bahwa pada dasarnya style musik itu
berputar dan perputaran terakhir ada di era 90an. Era setelahnya hanyalah
berupa pengulangan-pengulangan yg sudah ada, cuma disesuaikan dgn zaman saja.
Khusus untuk musik di Indonesia sendiri, kalo tidak salah saya pernah
menulisnya disini.
Kalo film lain lagi. Di era 90an kita bisa menemukan
sutradara-sutradara hebat masa kini yg memulai debutnya di era 90an. Sebut saja
Quentin Tarantino, David Fincher, Wes Anderson, Paul Thomas Anderson, Darren
Aronofsky, David O. Russel sampai Cristopher Nolan yg memulai lewat debutnya
lewat Following tahun 1998. Hebatnya lagi film-film tahun 90an juga punya
kualitas yg tidak kalah mentereng dengan era sekarang. Bahkan bisa dibilang
lebih bagus. Dengan teknologi yg masih terbatas saat itu, film 90an justru
mampu berbicara lewat cita rasa seni kompleks yg jarang ditemui di era
sekarang. Selain itu, film-film 90an itu punya ciri khas. Anda bisa membandingkan
sendiri perbedaan film 90an dengan sekarang. Ada nuansa yg khas banget dari
film 90an yg tidak ada di era sebelum atau sesudahnya. Coba saja tengok film-film
macam Edward Scissorhands, The Silence of the Lambs, Forrest Gump, The Shawsank
Redemption, Seven sampai The Truman Show.
Untuk dunia perfilman di Indonesia sendiri saya kurang
begitu tahu. Yang saya tahu sih akhir 90an ada film “sejuta umat” untuk anak
Indonesia, judulnya Petualangan Sherina. Ya, film itu memang magis banget untuk
anak-anak Indonesia. Ok, karena soal perfilman Indonesia saya tidak tahu banyak
jadi kita alihkan saja pada acara TV-nya.
Ngomongin acara
TV di Indonesia, era 90an termasuk era yg bagus dlm dunia pertelevisian
Indonesia. Acaranya begitu variatif dan punya kualitas. Mulai dari variety show
sampai sinetron. Judul-judul berikut mungkin akan mengingatkan kita sama masa
itu. Ada Si Doel Anak Sekolahan, Wiro Sableng, Keluarga Cemara (salah satu sinetron terbaik di Indonesia)
sampai Jin & Jun atau Tuyul & Mbak Yul. Dan masih banyak lagi yg
lainnya. Selain acara dari negeri sendiri, TV-TV nasional kita juga disuguhi
tayangan2 dari luar, seperti telenovela dan serial TV macam Hercules, Sinbad
dan Xena (Wah seandainya saja itu terjadi
sekarang pasti bisa nonton Breaking Bad atau True Detective di r**i nih!). Dan
faktanya pertelevisian kita sekarang udah beda banget. Sekarang sih acara2 TV
Indonesia udah kebanyakan gak jelasnya. Sinetron contohnya. Entah apa yang ada
dalam pikiran orang-orang sinetron kita, apa maunya sih? Sinetron judulnya apa
ceritanya kemana? (Btw, ngomongin
sinetron seru juga kayaknya. Next Post, mungkin?) Terus ada lagi acara
variety show yg katanya komedi. Entah selera humor saya yg rendah atau gimana
tapi buat saya acara-acara kayak begitu gak ada lucunya sama sekali. SUMPAH! Konten gak jelas. Semuanya
serba gak jelas. Isinya malah ngeledek-ngeledek orang, ujung-ujungnya ditegur sama
KPI. Emang parah nih pertelevisian kita
sekarang!
Rasanya gak akan ada habis-habisnya nih buat cerita
90an. Jadi, saya sudahi sajalah. Sebelum tulisan ini makin cerewet dan melebar
kemana-mana. Namun yg pasti, 90an itu memang penuh memori. Entah buat anak-anak,
remaja, dewasa bahkan orang tua. Dan saya merasa beruntung pernah mengalami
masa 90an. Ya, seandainya waktu bisa terulang kembali. Seandainya saya adalah
Tim ‘About Time’ yg bisa melakukan time
travel cukup dgn membayangkannya saja di ruang gelap. Seandainya teman saya
adalah Kitty Pryde ‘Days of Future Past’ yg bisa mengirim saya ke masa lalu.
Tapi tentu itu semua tak mungkin. Dan biarlah 90an telah berlalu tapi ingatan2
dan kenangan2nya akan selalu ada. Udah dulu kali ya rindunya, kangen2annya, nostalgianya.
Jangan sampai terjebak terlalu jauh sama masa lalu. Siapa tahu kita gak bisa
balik lagi. Haha. Sekarang saatnya
kembali ke masa ini dan menikmati apa yang ada. Salam buat semua yg pernah merasakan masa 90an dimanapun berada.
0 comments
Post a Comment