Tuesday, July 8, 2014

Rindu ‘90-an


Beberapa hari terakhir ini, saya jadi kangen sekali sama masa 90-an. Gara-garanya mungkin karena akhir-akhir ini saya banyak melihat dan mendengar sesuatu tentang ’90-an. Awalnya, hanya tak sengaja melihat video klipnya The Rembrandts – I’ll Be There For You tengah malam di salah satu stasiun TV. Terus kebetulan nonton We’re The Millers yg ada Jennifer Aniston-nya. Jadi inget serial TV zaman dulu (pasti tahu apa). Pas muter lagu di laptop secara random yg keputer tu lagu2 90-an. Terus baca beberapa artikel di internet tentang kondisi pertelevisian Indonesia sekarang yg bikin saya makin kangen sama acara televisi tahun 90-an. Dan puncaknya, sebuah penggalan lirik yg saya dengar dari salah satu acara TV bunyinya begini: “Harta yg paling berharga adalah keluarga. Istana yg paling indah adalah keluarga”. Habis itu, saya langsung dengerin lagunya di youtube sampai seharian. Searching segala hal tentang ’90-an. Jadi senyum-senyum sendiri, ketawa-ketawa sendiri, nyanyi-nyanyi sambil main gitar sendiri sampai tetangga kamar pada keanehan lihat tingkah saya yg bak seorang anak kecil terjebak dlm tubuh orang dewasa. Oh God! I really, really miss the 90’s.
Kalau diinget-inget lagi, dibayangin lagi, dikenang lagi, banyak sekali hal yg membuat diri ini ingin kembali ke masa ’90-an. Buat saya, generasi yg lahir tahun ’90-an tentu semua hal yg berhubungan dengan anak kecil. Mainannya, permainannya, acara TV-nya, musiknya, cemilan-cemilannya, pokoknya banyak deh. Dan yg paling pasti kenapa ’90-an itu jadi masa yg dirindukan, karena hal-hal yg ada di ’90-an gak akan ditemukan dizaman sekarang. Saat ini. Hari ini. Ya, meskipun sebenarnya secara pribadi saya benar-benar menikmati era 90-an cuma periode akhirnya saja. Secara, saya lahir berbarengan sama kelahiran generasi emasnya Manchester United. Mungkin tulisan saya kali ini akan terasa sangat cerewet. Karena isinya bakalan ngalor-ngidul seputar hal yg mengingatkan saya sama era 90an.
Pertama-tama, saya bicara dulu soal musik. Tentunya seperti yg kita tahu, masa-masa itu masih jaya-jayanya lagu-lagu anak. Siapa yg tidak kenal penyanyi-penyanyi macam Joshua, Trio Kwek-Kwek, Chiquita Meidy, Enno Lerian dll. Lagu-lagu macam Diobok-obok, Katanya, Si Nyamuk Nakal, Kuku Kuku, Si Lumba-lumba, Aku Cinta Rupiah dan banyak lagi yg lainnya. Siapa yg tidak tahu acara Tralala Trilili yg dipandu Agnes Monica (Sekarang Agnes udah dewasa dan...ya gitu deh!), acara Cilukba atau Kring Kring Olala. Tokoh-tokoh ikonik macam Susan, si Komo sampai si Unyil (untungnya sI Unyil masih ada sampai sekarang). Lagu-lagu anak memang merajalela waktu itu. Bahkan jeda perpindahan acara TV-pun diisi sama video klip lagu anak-anak. Zaman sekarang, mana ada yg kayak gitu. Alih-alih ingin membuat acara anak-anak, justru malah nggak ada nuansa anak-anaknya sama sekali. Masa anak-anak umur 5 tahunan udah niru-niru gaya Syahrini yg kayak begitu. Bikin kontes nyanyi anak, lagu-lagunya lagu dewasa, cuma krna biar punya kesan anak-anaknya akhirnya kata-kata cinta diganti sama persahabatan. Gak ngaruh bos!. Terus menyebut beberapa artis yg katanya artis cilik padahal nggak ada cilik-ciliknya sama sekali. Saya pernah lihat beberapa waktu lalu (udah lumayan lama sih) ada sekumpulan anak-anak dibawah 8 tahun pada nyanyi “Kau bidadari jatuh dari surga dihadapanku” sambil nari-nari gak jelas. Ada juga yg nyanyi lagu dangdut ‘Buka Sitik Joss’ dan nari-nari yg sama gak jelasnya. Good! #miris. Dan ini nyata!
Selain musik, konten-konten acara TV juga adalah surganya anak-anak ’90-an. Gimana nggak?  Hampir setiap hari acara anak-anak nongol disemua stasiun TV. Hari minggu apalagi. Kita bisa menghabiskan waktu seharian hanya buat nonton TV. Dari mulai Power Rangers, Kamen Rider, Ultraman, Dragon Ball sampai yg paling legend, Doraemon. Saking banyaknya kadang suka bingung menentukan pilihan untuk nonton film apa. Tapi sekarang, bisa kita lihat keadaanya kayak apa. Sangat sedikit konten-konten anak di TV. Kalau saya lihat acara TV hari minggu sangat sedikit stasiun TV yg menayangkan acara anak seperti zaman saya dulu. Semua sudah berubah sekarang. Untung saya udah gede (thanks God!). Tapi kalo dipikir-pikir kasihan juga ya anak-anak zaman sekarang.
Selain musik, zaman itu permainan-permainan tradisional masih sering dimainkan oleh anak-anak. Masih terbesit dibenak saya, main petak umpet, lari-larian, kejar-kejaran. Main kelereng, gambar, yoyo, gasing, layang-layang sampai harus blusukan ke sawah. Hujan-hujanan, mancing, nyari belut, mandi disungai, perang-perangan, tembak-tembakan dari yg pake pistol bambu yg pelurunya kertas sampai peluru karet. Main mobil-mobilan dari yg buat sendiri sampai pake tamiya ala serial ‘Let’s and Go’. Bahkan permainan yg dibuat sendiri sampai saya sendiri tidak tahu Bahasa Indonesianya apa. Pokoknya main yg ujungnya ...an-anan. Atau anak-anak perempuan yg main tali, c0ngklak, bola bekel dan yg lainnya (lupa saya namanya, saking banyaknya). Sekarang, saya sudah jarang lihat yg seperti itu. Yg saya perhatikan, anak-anak zaman sekarang lebih senang mantengin monitor berjam-jam, main game seharian, playstation lah, game online lah, internetan sampai lupa waktu. Mainin gadget dari yg sekecil-kecilnya sampai yg segede-genya dan jujur menurut saya mereka gak butuh-butuh amat sama barang-barang itu. Saya dan mungkin teman yg segenarasi juga sama main game mulai dari game boy, tamagotchi, nintendo, sega, ding-dong, sampai playstation. Tapi walaupun begitu, permainan tradisionalpun tak pernah terlewatkan.
Terus pada inget gak sama Ingat sama Nirmala, Bona & Rong Rong? Hehe. Ini juga salah satu yg mengingatkan sama 90an lho. Dulu itu internet belum ada, jadi media baca masih banyak yg berbentuk fisik. Untuk anak-anak ya tentunya majalah anak. Dulu banyak sekali majalah anak yg terbit, kalo sekarang saya tidak begitu tahu. Tapi yg pasti majalah si ‘Kelinci’ adalah yg paling ikonik untuk kita.
Paragraf2 diatas mungkin hanya segelintir kenangan saya tentang masa kecil tatkala hidup di era 90an. Dan selanjutnya saya ingin berandai-andai. Seandainya di era 90an saya udah agak gedean dikit, ya minimal SMP lah saya juga akan senang banget. Sebagai penggemar musik dan film, era 90an itu punya cerita yg tidak dipunyai era-era lainnya.
Jujur saya ingin sekali hidup ketika Kurt Cobain dengan Nirvana-nya membawa era musik yg baru lewat musik grunge-nya. Menyaksikan sendiri grup-grup band asal Britania Raya macam Oasis, Blur, Suede dsb membawa arus baru dlm dunia musik yg disebut Britpop. Dan menjadi saksi kehadiran album masterpiece dari salah satu band favorit saya saat ini, Radiohead. Rasanya saya akan senang sekali menikmati hegemoni dan euforia musik kala itu. Seorang musisi Indonesia pernah bilang bahwa pada dasarnya style musik itu berputar dan perputaran terakhir ada di era 90an. Era setelahnya hanyalah berupa pengulangan-pengulangan yg sudah ada, cuma disesuaikan dgn zaman saja. Khusus untuk musik di Indonesia sendiri, kalo tidak salah saya pernah menulisnya disini.
Kalo film lain lagi. Di era 90an kita bisa menemukan sutradara-sutradara hebat masa kini yg memulai debutnya di era 90an. Sebut saja Quentin Tarantino, David Fincher, Wes Anderson, Paul Thomas Anderson, Darren Aronofsky, David O. Russel sampai Cristopher Nolan yg memulai lewat debutnya lewat Following tahun 1998. Hebatnya lagi film-film tahun 90an juga punya kualitas yg tidak kalah mentereng dengan era sekarang. Bahkan bisa dibilang lebih bagus. Dengan teknologi yg masih terbatas saat itu, film 90an justru mampu berbicara lewat cita rasa seni kompleks yg jarang ditemui di era sekarang. Selain itu, film-film 90an itu punya ciri khas. Anda bisa membandingkan sendiri perbedaan film 90an dengan sekarang. Ada nuansa yg khas banget dari film 90an yg tidak ada di era sebelum atau sesudahnya. Coba saja tengok film-film macam Edward Scissorhands, The Silence of the Lambs, Forrest Gump, The Shawsank Redemption, Seven sampai The Truman Show.
Untuk dunia perfilman di Indonesia sendiri saya kurang begitu tahu. Yang saya tahu sih akhir 90an ada film “sejuta umat” untuk anak Indonesia, judulnya Petualangan Sherina. Ya, film itu memang magis banget untuk anak-anak Indonesia. Ok, karena soal perfilman Indonesia saya tidak tahu banyak jadi kita alihkan saja pada acara TV-nya.
Ngomongin  acara TV di Indonesia, era 90an termasuk era yg bagus dlm dunia pertelevisian Indonesia. Acaranya begitu variatif dan punya kualitas. Mulai dari variety show sampai sinetron. Judul-judul berikut mungkin akan mengingatkan kita sama masa itu. Ada Si Doel Anak Sekolahan, Wiro Sableng, Keluarga Cemara (salah satu sinetron terbaik di Indonesia) sampai Jin & Jun atau Tuyul & Mbak Yul. Dan masih banyak lagi yg lainnya. Selain acara dari negeri sendiri, TV-TV nasional kita juga disuguhi tayangan2 dari luar, seperti telenovela dan serial TV macam Hercules, Sinbad dan Xena (Wah seandainya saja itu terjadi sekarang pasti bisa nonton Breaking Bad atau True Detective di r**i nih!). Dan faktanya pertelevisian kita sekarang udah beda banget. Sekarang sih acara2 TV Indonesia udah kebanyakan gak jelasnya. Sinetron contohnya. Entah apa yang ada dalam pikiran orang-orang sinetron kita, apa maunya sih? Sinetron judulnya apa ceritanya kemana? (Btw, ngomongin sinetron seru juga kayaknya. Next Post, mungkin?) Terus ada lagi acara variety show yg katanya komedi. Entah selera humor saya yg rendah atau gimana tapi buat saya acara-acara kayak begitu gak ada lucunya sama sekali. SUMPAH! Konten gak jelas. Semuanya serba gak jelas. Isinya malah ngeledek-ngeledek orang, ujung-ujungnya ditegur sama KPI. Emang parah nih pertelevisian kita sekarang!
Rasanya gak akan ada habis-habisnya nih buat cerita 90an. Jadi, saya sudahi sajalah. Sebelum tulisan ini makin cerewet dan melebar kemana-mana. Namun yg pasti, 90an itu memang penuh memori. Entah buat anak-anak, remaja, dewasa bahkan orang tua. Dan saya merasa beruntung pernah mengalami masa 90an. Ya, seandainya waktu bisa terulang kembali. Seandainya saya adalah Tim ‘About Time’ yg bisa melakukan time travel cukup dgn membayangkannya saja di ruang gelap. Seandainya teman saya adalah Kitty Pryde ‘Days of Future Past’ yg bisa mengirim saya ke masa lalu. Tapi tentu itu semua tak mungkin. Dan biarlah 90an telah berlalu tapi ingatan2 dan kenangan2nya akan selalu ada. Udah dulu kali ya rindunya, kangen2annya, nostalgianya. Jangan sampai terjebak terlalu jauh sama masa lalu. Siapa tahu kita gak bisa balik lagi. Haha. Sekarang saatnya kembali ke masa ini dan menikmati apa yang ada. Salam buat semua yg pernah merasakan masa 90an dimanapun berada.

0 comments