Thursday, April 30, 2015

Catatan Nonton #April’15 (Spesial Kristen Stewart)

‘Catatan Nonton’ edisi ke-17 di bulan April ini akan sedikit berbeda dari biasanya. Berbeda karena kali ini tidak akan ada kumpulan short review film seperti biasanya. Saya menyebutnya ‘Spesial Kristen Stewart’ karena saya mengkhususkan diri menonton film-filmnya Kristen Stewart dibulan ini. Baik itu film yang sudah ditonton sebelumnya maupun yang belum sama sekali (Clouds of Sils Maria, Camp X-Ray dan Still Alice). Jadi, disini saya akan berbicara tentang Kristen Stewart dan film-film yang dibintanginya. Dan kebetulan atau tidak, karena bertepatan dengan bulan April, post ‘Catatan Nonton’ kali ini jadi seperti tribut buat dia yang merayakan hari jadi ke-25-nya dibulan ini. Tepatnya tanggal 9 April lalu.
Kenapa Kristen Stewart? Saya juga tidak tahu pasti. Saya sih (merasa) suka sama dia. Senang melihatnya. Mungkin salah satu aktris hollywood favorit saya. Namun bukan berarti saya adalah hard fans Twilight karena menyukai aktris yang jarang senyum kalau dipotret ini. Bukan juga karena melihat kualitas aktingnya film tersebut. Hanya... ya, suka aja. Namanya juga suka. Suka sama orang ‘kan nggak butuh alasan.
Bicara filmnya Kristen Stewart, tentu tak akan lepas dari saga Twilight yang telah melambungkan namanya. Adaptasi novel Stephenie Meyer ini memang sebuah fenomena. Banyak orang yang memuji dan ngefans mati-matian sama kisah cinta manusia dan vampir ini. Tapi tak sedikit pula orang yang mencaci maki habis-habisan. Sampai-sampai menasbihkannya sebagai franchise terjelek yang pernah dibuat. Saya sendiri, memang kurang begitu suka dengan Twilight.
Pertama kali nonton Twilight waktu masih SMA. Itupun tidak sengaja karena saya harus menemani sohib saya menemui cemewew-nya. Dan saat itu, kebetulan teman-teman cemewew-nya (yang juga satu sekolah sama saya) sedang nonton film Twilight di DVD. Dan mau apa lagi, saya pun terpaksa menonton kisah Bella & Edward untuk pertama kali bersama kumpulan anak perempuan yang ada disana. Sementara saya nonton, teman saya asyik ngobrol berduaan. So sweet sh*t!

Twilight (2008) yang melambungkan nama Kristen Stewart
Kesan pertama dari Twilight yang saya dapat adalah “Ini film apaaan? Gak seru gini?”. Saya yang memang tidak menyukai film drama cinta-cintaan, masih kurang mengerti dengan konsep manusia yang jatuh cinta sama vampir. Ditambah kebingungan melihat akting para pemainnya. Jelas, Twilight bukanlah selera saya saat itu. Seorang Kristen Stewart pun masih belum menarik perhatian. Satu-satunya yang disuka dari Twilight adalah saya cukup familiar dengan soundtrack-nya, seperti Supermassive Black Hole (Muse), 15 Steps (Radiohead), Leave out All the Rest (Linkin Park) dan Decode (Paramore).
Tahun pertahun sekuel Twilight terus dirilis. Saya sendiri tidak terlalu ingin menontonnya. Karena Twilight memang tidak memberi first impress yang baik buat saya. Saya dulu juga bukanlah seorang penonton film seperti sekarang. Barulah setelah mulai menggemari menonton film, sayapun mencoba menonton tiga sekuel Twilight (New Moon, Eclipse dan Breaking Dawn Part I). Namun tetap saja, saya kurang bisa menikmatinya. Alhasil, film-film tersebut tidak pernah benar-benar selesai saya tonton.
Tahun 2012, Kristen Stewart menjadi seorang Snow White di Snow White and The Huntsman. Banyak review yang menyebut akting Kristen masih sama seperti yang dilakukannya di Twilight. Datar. Benar seperti itukah?
Ditahun yang sama, Breaking Dawn Part II yang merupakan ujung kisah cinta Bella & Edward dirilis. Media sendiri cukup ramai membicarakan final franchise ini. Sayapun iseng menontonnya, tapi bukan di bioskop melainkan di laptop. Separuh awal film, rasanya masih sama seperti film-film Twilight sebelumnya. Tidak ada yang benar-benar menarik selain Aro yang sukses mencuri perhatian berkat aura jahat menyebalkannya disini. Saya juga kadang merasa geli melihat ekspresi Stewart yang sudah berubah jadi vampir. Satu hal yang ditunggu di Breaking Dawn Part II adalah pertempuran antara Edward-Bella dan sekutu melawan pasukan Aro. Saya cukup menikmati pertarungan yang terjadi diantara mereka. Namun tanpa pernah saya duga sebelumnya, pertarungan yang sudah mulai menaikkan tensi saya saat itu hanyalah berupa penglihatan masa depan Alice pada Aro. Pertarungan tersebut tidaklah nyata. Saya merasa sangat, sangat, sangat, sangat, sangat TERTIPU karenanya. Haha. Sialan!
Franchise Twilight memang memiliki dua kubu yang saling bertolak belakang. Namun setelah menonton seluruh saga Twilight kembali, (sebenarnya) tidak ada yang terlalu salah dengan Twilight. Twilight sendiri merupakan imajinasi Stephenie Meyer dalam bentuk tulisan yang divisualisasikan dalam film. Jadi, itu sah-sah saja dan bukan sesuatu yang salah. Toh Twilight juga mengantongi pendapatan yang banyak dari filmnya. Dengan kata lain, tidak sedikit orang yang menonton (termasuk haters mungkin). Saya sendiri cukup enjoy dengan seri pertamanya. Seri terakhirnya juga berhasil menutup kisahnya dengan manis tatkala A Thousand Years mengalun bersama seluruh wajah para pemain yang muncul satu persatu. Kalau dibilang saya tidak suka filmnya, iya. Kalau dibilang saya tidak suka ceritanya, iya. Kalau dibilang saya tidak suka akting para pemainnya, iya juga. Tapi saya merasa tidak perlu sampai membencinya, hanya karena tidak menyukai filmnya.
Jauh sebelum Twilight, ternyata saya pernah menonton film yang ada Stewart-nya waktu SMP. Film itu adalah Zathura: A Space Adventure yang dirilis tahun 2005. Premisnya hampir mirip dengan Jumanji (1995). Hanya disini tidak ada binatang yang berkeliaran dikota. Permainan dalam Zathura membawa kita menjelajahi angkasa raya. Peran Stewart sebenarnya tidak terlalu besar disini. Hanya berperan sebagai kakak perempuan yang tengah mengalami masa pubertas. Dan sebagaimana anak perempuan yang sedang puber, seperti itulah tingkah lakunya.

Dalam The Runaways (2010) Kristen Stewart (kanan) berperan sebagai Joan Jett
Baik Twilight, Snow White and the Huntsman maupun Zathura:  A Space Adventure ternyata bukanlah film yang membuat saya suka sama Kristen Stewart. Adalah The Runaways (2010) yang merupakan biopik band rock n roll yang personilnya perempuan semua, The Runaways. Berakting bersama rekannya di Twilight, Dakota Fanning, Stewart menjadi Joan Jett yang cool, eksentrik, tomboy dan rock n roll abis. Dan akting dia disini memang patut diacungi jempol. Tak hanya mampu menampilkan image Joan Jett dalam dirinya, ia juga memakai suara asli tatkala menyanyikan lagu-lagu The Runaways. Salut!
Semenjak itulah, saya mulai menonton film-film Stewart yang lainnya. Dua diantaranya adalah Welcome to the Rileys (2011) dan On the Road (2012). Didua film tersebut, Kristen Stewart menunjukkan sisi liar dan keberaniannya dalam berakting. Di Welcome to the Rileys, ia jadi penari streaptease. Di On the Road, ia justru semakin liar dan berani. Beberapa kali ia melakukan adegan (...upss *sensor*).
Kemudian setelahnya, saya menonton film berjudul Into the Wild (2007) di TV. Dan ternyata disitu ada Kristen Stewart-nya. Meski hanya tampil sebentar, ia tampak sangat manis dengan gitarnya. Di Jumper (2008) ia hanya menjadi cameo saja. Di Adventureland (2009) ia terlihat lebih mempesona daripada saat dia di Twilight. Waktu nonton Silence of the Lambs (1991), saya merasa Jodie Foster mempunyai kemiripan dengan Kristen Stewart. Dan ternyata mereka pernah main bersama di film arahannya David Fincher, Panic Room (2002). Mereka berperan sebagai ibu dan anak. Disana, Kristen menjadi seorang anak tomboy yang cocok sekali dengan karakternya.
Totalitas dan keberaniannya dalam berakting, sebenarnya telah ia lakukan sejak kecil. Dalam film Speak (2004) ia melakukan hal yang sesungguhnya terlalu dewasa untuk ukuran anak seusianya. Walaupun secara fisik, Kristen tampak sangat dewasa disitu. Tapi rasanya, tetap saja adegan yang ada didalamnya terlalu dewasa untuk anak usia 13 tahun. Jadi, mungkin bukan hal aneh ketika ia mau tampil berani di beberapa film setelahnya. Tapi perlu dicatat, bahwa ia bukan hanya mampu tampil seperti itu saja. Disisi lain ia juga sanggup menunjukkan kualitas akting yang prima. Hanya saja, orang-orang terlalu mengidentikkan dia dengan Bella Swan (seolah ia tak bisa berakting) dan menutup mata akan film Stewart yang lainnya.

Kristen Stewart di film Speak (2004)
Soal kehidupan diluar filmnya, saya tidak terlalu memperhatikan. Selain ia menjalin hubungan dengan lawan mainnya di Twilight, Robert Pattinson. Dan perselingkuhannya dengan sutradara Snow White and the Huntsman, Rupert Sanders, yang sekaligus menandai akhir kisahnya bersama Robert. Pasca gosip putus dan perselingkuhannya, nama Kristen memang sempat sedikit ternoda. Bahkan ditahun 2013, tidak ada satupun film yang ia bintangi. Namun justru disitulah titik baliknya.
Tahun 2014 ia hadir dengan wajah baru, seolah pertanda awal yang baru dalam karirnya. Penampilannya pun turut berubah namun tetap menarik. Dalam beberapa kesempatan ia sempat berganti-ganti penampilan mulai dari kesan tomboy, gothic bahkan saya sempat menyamakan penampilannya dengan Gerard Way di album 'Danger Days: The True Live of the Fabulous Killjoys' ketika melihat style-nya. Film-film yang dibintanginyapun terbilang bagus. Memang bukan film besar yang diketahui semua orang. Tapi buat kalangan moviegoers tentu tahu film-film yang dimaksud.
Menjadi anak bungsu dengan idealisme sendiri yang harus mengurus ibunya yang mengidap alzheimer di Still Alice. Seorang penjaga penjara di Camp X-Ray. Dan seorang asisten pribadi aktris terkenal di Clouds of Sils Maria. Peran dia di film-film tersebut buat saya jauh lebih menyenangkan dan lebih saya sukai dibanding perannya di Breaking Dawn Part 1 & 2, Welcome to the Rileys ataupun On the Road yang terlalu mengekspos tubuhnya. Dan rasanya peran gadis seperti Bella atau Snow White yang terkesan manis justru kurang cocok dengan Kristen. Peran seperti Sarah (Panic Room) atau Joan Jett justru lebih cocok dengan image-nya.

Kristen Stewart saat menerima penghargaan Cesar Awards 2015
Kristen Stewart jelas telah melakukan transformasi dalam dirinya. Tahun 2013 dimana tak ada satupun film yang ia bintangi seperti sebuah langkah awal untuk memulai semuanya kembali. Tiga film terakhirnya yang rilis 2014 lalu adalah bukti kedewasaan dan kecerdasannya dalam berakting dan memilih peran. Sebuah penghargaan Cesar Awards 2015 sebagai aktris pendukung terbaik di Clouds of Sils Maria adalah bukti bahwa dia memang bisa berakting dan kemampuannya patut diapresiasi. Kemenangannya tersebut juga mengantarkan namanya sebagai aktris Amerika pertama yang meraih penghargaan di Cesar Awards. Film-film Kristen Stewart selanjutnya juga layak ditunggu. Ditahun ini dia berperan dalam film Equals dan American Ultra. Selain itu, dia juga tengah menjalin kerjasama untuk film terbarunya bersama sutradara kawakan Woody Allen, sutradara peraih Oscar Ang Lee dan sutradara Kelly Reichardt.
So, that’s Kristen Stewart.
Maybe, she is not princess like Snow White.
But she’s beautiful with her beautiful way.
More than Snow White. More than Twilight.

P.S. Masih ada lagi film lain yang dibintangi Kristen Stewart selain yang saya sebut disini. 
Tapi (IMO), film-film diatas sudah cukup merepresentastikan dirinya sebagai seorang aktris.

0 comments