Saturday, August 1, 2015

Begin Again (2014): Memupus Lara Lewat Musik

Saya suka film yang menjadikan musik sebagai penggerak cerita. Beberapa judul sudah banyak yang mencuri perhatian saya. Sebut saja Inside Llewyn Davis (Coen Brothers) yang muram namun hangat dengan alunan folk-nya. Frank (Lenny Abrahamson) dengan musik super anehnya. Whiplash (Damien Chazelle) yang ambisius. Atau Once (John Carney) yang manis romantis itu.
Cinta dan musik memang satu paket, setidaknya bagi John Carney. Ia sepertinya sadar betul bahwa tak perlu mengumbar kata-kata cinta sok puitis untuk membuat kisah cinta yang indah. Dengan musik, hubungan dua insan bisa menjadi begitu manis. Itulah yang saya rasakan lewat Once (2006). Masih terpatri jelas dalam benak jamming session Glen Hansard dan Marketa Irglova menyanyikan soundtrack paling manis sedunia, Falling Slowly. That’s sweet moment and romantic movie scene. Lalu setelah tujuh tahun, John Carney kembali dengan konsep yang sama dalam ‘Begin Again’.
Musik adalah bahasa universal. Tak peduli hal apapun, musik masihlah bahasa yang bisa menyatukan seluruh manusia dibumi ini. Tak terkecuali buat dua orang yang tengah gundah gulana dengan problem-nya masing-masing. Ada Gretta (Keira Knightley) yang galau setelah putus dengan pacarnya, Dave Kohl -not Dave Grohl- (Adam Levine) yang ketahuan selingkuh. Kemudian ada Dan (Mark Ruffalo), pria paruh baya dengan permasalahan lebih kompleks yang melibatkan keluarga dan pekerjaan. Keduanya lalu bertemu,.. karena musik.
Tidak seperti ‘Once’ yang sederhana, ‘Begin Again’ memang terasa lebih besar disemua aspek. Mulai dari cast, plot, set, musik sampai dana yang lebih besar. Karena hal itu pula (mungkin) kita tidak merasakan keintiman yang sama di ‘Begin Again’ seperti yang dirasakan dalam ‘Once’. Namun bukan berarti ‘Begin Again’ tak bagus. Ia masih tetap bagus dan,.. indah tentunya. Nyatanya, meski tak sepersonal ‘Once’, ‘Begin Again’ masih menyisakan ‘sisi dekat’ tersebut kepada penontonnya dengan cara lain.


Mengalir dengan lembut. Seperti itulah ‘Begin Again’ bergulir. Seperti halnya imajinasi Dan yang mengalir begitu saja setelah mendengar ‘A Step You Can’t Take Back’ pada sesi open mic di sebuah bar. Kecintaannya terhadap musik dan insting produsernya langsung bekerja secara naluriah. Lagu yang dinyanyikan Gretta hanya dengan gitar akustik terdengar semakin easy listening ketika piano, biola, cello dan drum membentuk sebuah harmoni bersama suara lembut Knightley.
Seperti pula hubungan Dan dan Gretta yang terjalin begitu saja. Tidak terasa cheesy walau sesungguhnya memiliki potensi untuk itu. Namun ditangan Carney semuanya bisa diminimalisir tanpa sedikitpun kehilangan sisi emosional. Acara jalan-jalan malam berdua ditemani playlist random classic ala Gretta tetap menjadi yang termanis disini. Oh ya, dalam film hollywood, genre apapun, setelah dua orang menikmati moment-moment manis, rasanya penonton akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Begitu pula dengan Dan dan Gretta. Untungnya itu semua tidak terjadi. Thank you so much, Carney! Walaupun mereka berdua sempat kikuk juga ketika Steve menyapa. Haha.
Musik masih menjadi nyawa bagi Carney. Berbeda dengan ‘Once’ yang minimalis lewat gitar akustik dan piano. ‘Begin Again’ memang terdengar lebih nge-band dengan melibatkan banyak instrumen didalamnya. Track-track yang dinyanyikan Knightley maupun Levine masih akan terngiang ditelinga. Terutama lagu yang dinyanyikan Knightley. Nomor-nomor macam ‘A Step You Can’t Take Back’, ‘Coming Up Roses’, ‘Like a Fool’, ‘Lost Stars’ sampai yang paling keren ‘Tell Me If You Wanna Go Home’ yang dinyanyikan diatas rooftop depan gedung Empire Estate. Konsep outdoor recording yang diambil keduanya turut memberi fun unsure didalamnya. ‘Lost Stars’ yang dibawakan Adam Levine memang tidak semagis ‘Falling Slowly’, namun nyanyiannya di ending seolah ungkapan pahit-manis hubungan Gretta dan Dave, terasa menyatu bersama filmnya.


Romansa yang paling jelas tentu bisa dilihat dari Gretta dan Dave. Namun nyatanya bukan kisah romansa mereka yang menjadi fokus. Akan tetapi lihatlah bagaimana hubungan Dan dan Gretta. Bertemu tanpa sengaja, berbincang, berjalan-jalan, menghabiskan waktu bersama-sama, marahan, berbaikan lagi sampai mereka membuat moment manisnya sendiri. Siapapun tak menyangkal jika ada getar-getar cinta antara mereka berdua tanpa perlu saling berkata “I Love U”. Pelukan terakhir, dimana Dan memegang tangan Gretta sebelum berpisah, mereka bertatapan dalam. Dalam sekali. Seakan masing-masing mereka saling bicara, “kemesraan ini janganlah cepat berlalu...” (Bukankah itu cinta?)
Memang akhirnya mereka tak bersatu. Namun kita tahu bahwa kecintaan keduanya terhadap musiklah yang membuat semuanya terjadi. Lewat musik keduanya bisa tertawa lepas tanpa beban, bisa bersenang-senang, bahkan lupa kalau sesungguhnya mereka tengah terluka. Dan saling membagi rasa lewat musik lebih besar artinya daripada sekedar menuangkan hasrat ingin memiliki satu sama lain.
So let’s, Begin Again!

0 comments