Saya
sebenarnya sudah lama nonton film ini, bahkan lebih dari sekali (What? Are you serious?). Ya memang begitulah
adanya. Secara genre maupun asal negaranya, memang bukan termasuk golongan film
incaran untuk ditonton. Awalnya malah sempat tak tuntas karena ceritanya terasa
begitu membosankan. Setelah menguatkan hati, akhirnya ‘Crazy Little Thing
Called Love’ bisa saya selesaikan. Malah sempat saya tonton kembali tatkala
bosan melanda. Makanya, saya tak tahan untuk menuliskan sesuatu tentang film
ini. Terlebih ‘Crazy Little Thing Called Love’ bercerita tentang secret admirer. Tema yang #hufft banget!
Di
Indonesia, film-film Thailand itu cukup digemari. Terutama film romcom dan
horor. Letak geografis yang dekat menyebabkan budaya dan tradisinya tidak jauh
berbeda dengan negara kita, membuat film Thailand lebih relate dengan masyarakat Indonesia. Ditambah Thailand punya cukup faktor
menyenangkan dalam film-filmnya. Kecuali aksennya yang kadang bikin ilfeel. Judul-judul macam ‘SuckSeed’, ‘ATM
Error’, ‘Hello Stranger’, ‘I Fine Thank You Love You’ dan ‘Crazy Little Thing
Called Love’ sendiri, pasti tak asing ditelinga orang-orang. Saya sendiri baru
nonton ‘SuckSeed’, ‘Crazy Little Thing Called Love’ dan ‘Timeline’ (yang harus
saya bilang membosankan).
Kapan
pertama kalinya jatuh cinta? Kapan pertama kali dada mulai terasa sesak karena
orang lain yang menarik hati? Kapan mulai tidak bisa tidur karena memikirkan
seseorang? (walaupun pada akhirnya tidur
juga, haha). Kapan persisnya mulai melakukan berbagai macam cara untuk
menarik perhatian orang yang diperhatikan? Jatuh cinta itu lucu, apalagi untuk
yang pertama. Namun tidak semua cinta pertama itu bak gayung bersambut. Ada
kalanya cinta itu tak terbalas. Ada kalanya cinta itu cuma jadi milik diri
seorang. Karena hanya berani mencintai dalam diam, mengagumi dari jauh,
memiliki dalam angan. Nam (Pimchanok Luewisetpaiboon – ribet banget sih namanya –), mungkin paling tahu perasaan ini.
Siswi kelas M-I yang mulai merasakan getar-getar rasa tak biasa yang kita sebut
“C.I.N.T.A” pada kakak seniornya, Shone (Mario Maurer).
Bukan
tanpa alasan bagi Nam menjadi pengagum rahasia Kak Shone. Secara fisik, Nam
pasti menjadi golongan paling terakhir yang mau dilirik lawan jenisnya. Makanya
ia tidak percaya diri, terlalu takut, malu dan tidak berani untuk menunjukkan
perasannya. Hal-hal semacam ini memang jadi problem
dan alasan kenapa orang menjadi pemuja rahasia. Permasalahan Nam juga tidak
berhenti sampai disitu, karena Kak Shone punya banyak alasan yang membuat anak
perempuan tertarik padanya. Atas bantuan teman satu geng-nya, Nam pun berusaha
untuk membuat Shone tahu bahwa dia menyukainya. Berbekal buku panduan 9 Resep
Cinta (Untuk Pelajar), Nam mulai melancarkan aksinya. Berbagai metode dari
berbagai belahan negara telah ia terapkan. Tapi tetap saja Kak Shone dimatanya
hanya menjadi ketidakmungkinan yang disemogakan. Hingga dua permintaan guru Inn
yang mengharuskannya menjadi putri salju dan mayoret marching band sekolah yang
secara perlahan menjadi titik tolak perubahan dirinya.
Sebagaimana
sebuah film romcom, ‘Crazy Little Thing Called Love’ memang masih akan menghadirkan
komedi dan romansa dalam satu frame. Komedinya
berjalan seiring lika-liku para karakter dalam usahanya mengejar cinta. Mulai dari
yang sedikit romantis seperti melukis nama orang disayang dari bintang-bintang
dilangit (tsah!). Sampai yang paling
bodoh dengan diam-diam nyimpan es krim di motor yang sedang diparkir. Dari Nam
sendiri sampai Guru Inn dengan segala tingkah konyolnya.
‘Crazy
Little Thing Called Love’ itu cheesy,
cliche & predictable. Namun biarpun
begitu, kita semua masih saja mau menikmatinya dan memaafkan segala ke-cheesy-an itu. Seperti halnya kita
memaafkan transformasi Nam yang begitu drastis, sementara lingkungan dan
orang-orang disekitarnya tak menampakkan perubahan sama sekali. Memang tidak
ada yang tidak mungkin, namun tetap saja, masih terlalu aneh rasanya bila Nam
yang terlihat ‘seperti itu’ di awal tiba-tiba menjadi sangat cantik bak ratu
sekolah.
Bukan
romcom namanya jika tak menghadirkan moment bittersweet
love. Hampir di separuh akhir kita merasakannya. Walaupun agak sedikit
membosankan (untungnya si Nam jadi
cantik), namun saya tak bisa memungkiri jika ending yang melibatkan sebuah buku tempel itu begitu manis. Tatkala
buku berjilid hitam itu dibuka, halaman penuh tempelan gambar dan tulisan mulai
membawa kita pada moment sentimentil atas semua yang terjadi. Menggiring kita
menikmati prosesnya dan ikut hanyut kedalamnya. Jangan lupakan juga, konflik
persahabatan yang memang tak pernah lepas dari film-film seperti ini turut membawa
rasa mengharu biru.
Cinta.
Memang aneh ya kedengarannya. Bagaimana sesuatu yang tak nampak ini bisa
memberi sensasi yang luar biasa. Kadang gila, kadang tak butuh logika (benar kata Agnes). Memberi energi bagi
yang merasakannya. Bisa positif, bisa juga negatif sih. Tergantung manusianya. Dan
Nam mencoba melihat ‘sesuatu kecil yang gila itu’ dari sisi positif dan
memanfaatkannya. Bagaimana ia berjuang untuk semuanya. Memperjuangkan prestasi
sekolah dengan belajar sungguh-sungguh dan memperjuangkan cintanya sampai
penampilannya berubah total. Namun lebih dari itu semua, sesungguhnya ada hal
yang sudah dilakukannya dari dulu, yaitu bicara. Bicara bahwa dia menyukai Shone. Namun
percayalah, bahwa tidak semua orang bisa dengan mudah berkata suka pada orang
yang disukainya. Bagi sebagian orang itu sangat berat. Berat banget!
Seperti
yang Nam bilang bahwa cinta memiliki sisi positif. Seperti itu pulalah film ini
menyorotinya. Bahwa itu bukan hanya sekedar gejolak hormon semata. Bahwasanya
cinta itu bisa memotivasi diri kita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mungkin
ini pulalah yang disebut orang-orang sebagai proses “memantaskan diri”.
Walaupun pada akhirnya dua hati tak bisa langsung menyatu. Namun falsafah orang
tua bahwa jodoh tak akan kemana seyogyanya tak boleh dihiraukan begitu saja. Karena
jodoh memang benar tak akan kemana, yang perlu dilakukan hanyalah memantaskan
diri. Right, Nam?
1 comments
bagus reviewnya
AKU PERGI DULU SAYANG MUNGKIN AKU TAKKAN KEMBALI
.
Post a Comment