Friday, October 31, 2014

Catatan Nonton #Oktober’14


Sepert biasa, kumpulan short review film ‘One Story, About...’ kembali hadir. Beberapa film dalam ‘Catatan Nonton’ kali ini adalah film horor. Mungkin karena ini bulan Oktober yg punya moment halloween kali ya? Entahlah. Tapi yang pasti nikmati saja edisi ‘Catatan Nonton #Oktober’14’ ini. Tak lupa “Movie of the Month” untuk edisi kali ini. Ada ‘The Orphanage’ yang sukses membuat saya merasa tegang sekaligus membuat dada saya sesak. Oh satu lagi, seperti biasa gambar diambil dari sini ya!



Annabelle (2014) (06/10/14)



Short review:

Mungkin inilah jadinya ketika sebuah film dibuat terlalu terburu-buru. Hanya demi meraih pundi-pundi dolar dari hype masyarakat lewat popularitas boneka ikonik di 'The Conjuring'. Tanpa pemilihan Director dan Script Writer yg tepat, hasilnya adalah sebuah tontonan datar. Co-pas sini, co-pas sana tanpa kreativitas. Terlalu mudah untuk dilupakan. Bahkan untuk tampil lebih menyeramkan dari film induknyapun 'Annabelle' tak mampu. Malah kehadiran 'Annabelle' yang jadi tajuk utama sekaligus alasan kenapa orang rela pergi ke bioskop menjadi tidak berarti sama sekali karena script yg melebar kemana-mana. Lebih parahnya lagi, 'Annabelle' ditutup dengan ending paling bodoh yang pernah saya temukan dalam film horor.

Skor: 2/5



The Girl with the Dragon Tattoo (2011) (10/10/14)




Short review:

Sedikit mengobati kekecewaan karena 'Gone Girl' tidak jadi tayang di Indonesia, 'The Girl with the Dragon Tattoo' jadi pilihan. Lucunya, film ini juga mengalami hal yang sama dengan 'Gone Girl' waktu perilisannya dulu. David Fincher memang sutradara yang tak mau ada sedetikpun scene yang dipotong dari filmnya, namun karena ini negara Indonesia yg masih memegang teguh norma moral dan budaya. Tentu ketika ada scene yang memang dianggap tak layak oleh LSF maka sudah pasti scene tersebut harus dipotong. Dan karena tak ada kesepakatan antara kedua belah pihak maka pilihan untuk tidak ditayangkan adalah tepat. Hanya saja, saya harus gigit jari karena tak bisa menyaksikan 'Gone Girl' yg memang sudah saya tunggu dari tahun lalu.

Skor: 3,75/5



22 Jump Street (2014) (12/10/14)



Short review:

Overall, formula '22 Jump Street' masih sama dengan predesesornya '21 Jump Street'. Bahkan sangat terasa nuansa copy-paste-nya. '22 Jump Street' masih menawarkan kegilaan-kegilaan duo Tatum-Hill yg semakin terasa chemistry-nya, dialog2 kasar, kotor dan jorok, lelucon dan joke-joke konyol serta adegan aksi khas buddy-cop movie. Namun karena hanya berupa pengulangan, hal-hal tersebut menjadi terkesan biasa saja (tidak terlalu mengejutkan). Walaupun tak bisa dipungkiri '22 Jump Street' sebenarnya tampil cukup menghibur. Plus sebuah parade gila di after credit scene yang tak boleh dilewatkan.

Skor: 3/5



The Purge: Anarchy (2014) (14/10/14)



Short review:

Setelah kehadirannya yang cukup mencuri perhatian tahun lalu. Sebuah premis orisinil dan gila yang diterapkan James DeMonaco. 'The Purge' kembali menebar teror 12 jam dilegalkannya aksi kriminal. 'Anarchy' yg jadi subjudul kali ini, membawa skala 'The Purge' lebih besar dari hanya sekedar sebuah rumah. Film pertamanya memang agak mengecewakan dan di 'Anarchy' James DeMonaco seperti ingin belajar dari kesalahan sebelumnya. Memang 'Anarchy' sedikit mengalami perbaikan. Tampil cukup meyakinkan diawal terutama ketika gerombolan pria bertopeng muncul. Namun selebihnya saya masih belum bisa merasakan konsep gila 'The Purge' yang saya harapkan. Kehadiran 'The Purge 3' yang rumornya bakal dibuat semoga bisa memuaskan hasrat akan konsep 'The Purge' yang sesungguhnya

Skor: 3,25/5



V for Vendetta (2005) (14/10/14)



Short review:

Rumornya kondisi politik kita dalam kondisi aneh ditengah fase pergantian rezim. Berbagai isu muncul menimbulkan pro-kontra dimana-mana. Sampai bermunculan hasthag-hashtag yang jadi trend. Selalu jadi topik hangat ketika dua koalisi bersaing memperebutkan kursi pemerintahan. Lalu apa jadinya ketika dua unsur utama dalam pemerintahan (eksekutif dan legislatif) dikuasai dua blok yang sudah saling bersaing sejak awalnya. Saya jadi ingat film yang diadaptasi dari komik karya Alan Moore yang ini. Memang kondisinya berbeda dan terlalu jauh berbicara politik Indonesia akan sama dengan London "imajiner" tahun 2020 ini. Namun tidak ada salahnya sejenak kita merenungi sebuah pergerakan revolusi lewat film ini.

Ketika sebuah rezim pemerintahan berbuat seenaknya dan membatasi kebebasan rakyatnya, tentu hal itu akan sangat dibenci. Namun apa daya, sebagai rakyat tak bisa berbuat apa-apa. Maka yang diperlukan adalah simbol yang mampu menginspirasi pergerakan rakyat untuk sebuah revolusi. 'V for Vendetta' adalah sebuah film revolusioner yang menggugah. Simbol revolusi dalam sosok misterius bertopeng Guy Fawkes yg menamai dirinya 'V'. Memang tindakannya menimbulkan ambiguitas moral dgn caranya yg ekstrim guna meraih simpati masyarakat untuk bersatu. Namun harus dengan cara apalagi untuk menampar pikiran rakyat saat sistem totalitarian dianut pemerintahan sehingga semua hal diatur oleh negara, bahkan sampai cara bertingkah laku yg sesuai keinginan mereka?

Skor: 4/5



Trick ‘r Treat (2007) (22/10/14)



Short review:

Film ini memang langsung rilis lewat DVD, tapi hal itu tidak menurunkan kualitasnya. Justru yang jadi pertanyaan adalah kenapa film bagus seperti ini tidak rilis di bioskop? Michael Dougherty yg bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis naskah tahu betul cara memperlakukan suasana halloween seperti yg seharusnya. Layaknya sebuah dongeng, 'Trick 'r Treat' mengajak kita menelusuri kumpulan cerita yg entah kenapa walaupun ceritanya berdiri sendiri-sendiri tapi sangat terasa sebagai satu kesatuan yang utuh.Terlebih lagi karena setiap cerita punya twist-nya sendiri. Dan kemunculan sosok kecil misterius dgn kepala tertutupi karung bernama Sam yg selalu muncul seakan jadi benang merah dr kumpulan cerita 'Trick 'r Treat'.

Skor: 3,75/5



The Orphanage (2007) (26/10/14)



Short review:

Nuansa creepy-nya sedikit mengingatkan 'The Others'-nya Alejandro Amenábar, tapi tentu saja 'The Orphanage' tidak berakhir sprti 'The Others'. Ada sebuah misteri tak terduga, yang lebih dari hanya sekedar bangunan tua yang menunjukkan gelagat horornya. 'The Orphanage' adalah tipikal film horor yang saya suka. Tak perlu tampil sok-sok menyeramkan dgn memunculkan sosok yang tampil malu-malu, datang, pergi, datang lagi, pergi lagi, begitu seterusnya, Sok-sok mengejutkan. Film Spanyol garapan J. A. Bayona ini punya jalinan cerita yang cerdas, script yang membawa imajinasi penonton menelusuri fakta2 yg terjadi, aura creepy yang kelam + sebuah twist yg menanti.

Skor: 4/5


0 comments