Sepert
biasa, kumpulan short review film
‘One Story, About...’ kembali hadir. Beberapa film dalam ‘Catatan Nonton’ kali ini adalah film horor. Mungkin
karena ini bulan Oktober yg punya moment halloween kali ya? Entahlah. Tapi yang pasti
nikmati saja edisi ‘Catatan Nonton #Oktober’14’ ini. Tak lupa “Movie of the Month” untuk edisi kali
ini. Ada ‘The Orphanage’ yang sukses
membuat saya merasa tegang sekaligus membuat dada saya sesak. Oh satu lagi, seperti biasa gambar diambil dari sini ya!
Annabelle
(2014) (06/10/14)
Short
review:
Mungkin inilah jadinya ketika sebuah film dibuat
terlalu terburu-buru. Hanya demi meraih pundi-pundi dolar dari hype masyarakat lewat popularitas boneka
ikonik di 'The Conjuring'. Tanpa pemilihan Director
dan Script Writer yg tepat, hasilnya
adalah sebuah tontonan datar. Co-pas
sini, co-pas sana tanpa kreativitas.
Terlalu mudah untuk dilupakan. Bahkan untuk tampil lebih menyeramkan dari film
induknyapun 'Annabelle' tak mampu. Malah kehadiran 'Annabelle' yang jadi tajuk
utama sekaligus alasan kenapa orang rela pergi ke bioskop menjadi tidak berarti
sama sekali karena script yg melebar
kemana-mana. Lebih parahnya lagi, 'Annabelle' ditutup dengan ending paling bodoh yang pernah saya
temukan dalam film horor.
Skor:
2/5
The
Girl with the Dragon Tattoo (2011) (10/10/14)
Short
review:
Sedikit
mengobati kekecewaan karena 'Gone Girl' tidak jadi tayang di Indonesia, 'The
Girl with the Dragon Tattoo' jadi pilihan. Lucunya, film ini juga mengalami hal
yang sama dengan 'Gone Girl' waktu perilisannya dulu. David Fincher memang
sutradara yang tak mau ada sedetikpun scene
yang dipotong dari filmnya, namun karena ini negara Indonesia yg masih memegang
teguh norma moral dan budaya. Tentu ketika ada scene yang memang dianggap tak layak oleh LSF maka sudah pasti scene tersebut harus dipotong. Dan karena
tak ada kesepakatan antara kedua belah pihak maka pilihan untuk tidak
ditayangkan adalah tepat. Hanya saja, saya harus gigit jari karena tak bisa
menyaksikan 'Gone Girl' yg memang sudah saya tunggu dari tahun lalu.
Skor:
3,75/5
22
Jump Street (2014) (12/10/14)
Short
review:
Overall, formula '22 Jump Street' masih
sama dengan predesesornya '21 Jump Street'. Bahkan sangat terasa nuansa copy-paste-nya. '22 Jump Street' masih menawarkan
kegilaan-kegilaan duo Tatum-Hill yg semakin terasa chemistry-nya, dialog2 kasar, kotor dan jorok, lelucon dan joke-joke konyol serta adegan aksi khas buddy-cop movie. Namun karena hanya
berupa pengulangan, hal-hal tersebut menjadi terkesan biasa saja (tidak terlalu
mengejutkan). Walaupun tak bisa dipungkiri '22 Jump Street' sebenarnya tampil
cukup menghibur. Plus sebuah parade
gila di after credit scene yang tak
boleh dilewatkan.
Skor:
3/5
The
Purge: Anarchy (2014) (14/10/14)
Short
review:
Setelah
kehadirannya yang cukup mencuri perhatian tahun lalu. Sebuah premis orisinil
dan gila yang diterapkan James DeMonaco. 'The Purge' kembali menebar teror 12
jam dilegalkannya aksi kriminal. 'Anarchy' yg jadi subjudul kali ini, membawa
skala 'The Purge' lebih besar dari hanya sekedar sebuah rumah. Film pertamanya
memang agak mengecewakan dan di 'Anarchy' James DeMonaco seperti ingin belajar
dari kesalahan sebelumnya. Memang 'Anarchy' sedikit mengalami perbaikan. Tampil
cukup meyakinkan diawal terutama ketika gerombolan pria bertopeng muncul. Namun
selebihnya saya masih belum bisa merasakan konsep gila 'The Purge' yang saya
harapkan. Kehadiran 'The Purge 3' yang rumornya bakal dibuat semoga bisa
memuaskan hasrat akan konsep 'The Purge' yang sesungguhnya
Skor:
3,25/5
V
for Vendetta (2005) (14/10/14)
Short
review:
Rumornya kondisi politik kita dalam kondisi aneh
ditengah fase pergantian rezim. Berbagai isu muncul menimbulkan pro-kontra
dimana-mana. Sampai bermunculan hasthag-hashtag
yang jadi trend. Selalu jadi topik
hangat ketika dua koalisi bersaing memperebutkan kursi pemerintahan. Lalu apa
jadinya ketika dua unsur utama dalam pemerintahan (eksekutif dan legislatif)
dikuasai dua blok yang sudah saling bersaing sejak awalnya. Saya jadi ingat
film yang diadaptasi dari komik karya Alan Moore yang ini. Memang kondisinya
berbeda dan terlalu jauh berbicara politik Indonesia akan sama dengan London
"imajiner" tahun 2020 ini. Namun tidak ada salahnya sejenak kita merenungi
sebuah pergerakan revolusi lewat film ini.
Ketika sebuah rezim pemerintahan berbuat seenaknya dan
membatasi kebebasan rakyatnya, tentu hal itu akan sangat dibenci. Namun apa
daya, sebagai rakyat tak bisa berbuat apa-apa. Maka yang diperlukan adalah
simbol yang mampu menginspirasi pergerakan rakyat untuk sebuah revolusi. 'V for
Vendetta' adalah sebuah film revolusioner yang menggugah. Simbol revolusi dalam
sosok misterius bertopeng Guy Fawkes yg menamai dirinya 'V'. Memang tindakannya
menimbulkan ambiguitas moral dgn caranya yg ekstrim guna meraih simpati
masyarakat untuk bersatu. Namun harus dengan cara apalagi untuk menampar
pikiran rakyat saat sistem totalitarian dianut pemerintahan sehingga semua hal
diatur oleh negara, bahkan sampai cara bertingkah laku yg sesuai keinginan mereka?
Skor:
4/5
Trick
‘r Treat (2007) (22/10/14)
Short
review:
Film
ini memang langsung rilis lewat DVD, tapi hal itu tidak menurunkan kualitasnya. Justru yang jadi pertanyaan adalah kenapa film bagus
seperti ini tidak rilis di bioskop? Michael Dougherty yg bertindak sebagai
sutradara sekaligus penulis naskah tahu betul cara memperlakukan suasana halloween seperti yg seharusnya.
Layaknya sebuah dongeng, 'Trick 'r Treat' mengajak kita menelusuri kumpulan
cerita yg entah kenapa walaupun ceritanya berdiri sendiri-sendiri tapi sangat
terasa sebagai satu kesatuan yang utuh.Terlebih lagi karena setiap cerita punya
twist-nya sendiri. Dan kemunculan
sosok kecil misterius dgn kepala tertutupi karung bernama Sam yg selalu muncul
seakan jadi benang merah dr kumpulan cerita 'Trick 'r Treat'.
Skor:
3,75/5
The
Orphanage (2007) (26/10/14)
Short
review:
Nuansa
creepy-nya sedikit mengingatkan 'The
Others'-nya Alejandro Amenábar, tapi tentu saja
'The Orphanage' tidak berakhir sprti 'The Others'. Ada sebuah misteri tak
terduga, yang lebih dari hanya sekedar bangunan tua yang menunjukkan gelagat
horornya. 'The Orphanage' adalah tipikal film horor yang saya suka. Tak perlu
tampil sok-sok menyeramkan dgn memunculkan sosok yang tampil malu-malu, datang,
pergi, datang lagi, pergi lagi, begitu seterusnya, Sok-sok mengejutkan. Film
Spanyol garapan J. A. Bayona ini punya jalinan cerita yang cerdas, script yang membawa imajinasi penonton
menelusuri fakta2 yg terjadi, aura creepy
yang kelam + sebuah twist yg menanti.
Skor:
4/5
0 comments
Post a Comment