Dan
entah kenapa mahasiswa tingkat akhir yang sudah kadaluarsa, abal-abal pula menjadi
sensitif banget sama semua hal. Bawaannya sensi melulu seperti perempuan yang
lagi PMS (tahu apa saya soal ini). Bahkan
tingkat sensitifitasnya semakin tinggi dan naik drastis tatkala dikasih sebuah pertanyaan
sederhana, jumlahnya 2 (dua) kata saja: KAPAN WISUDA?
Well, pertanyaan sesederhana itu, 2
(dua) kata pula, menjadi berat sekali untuk dijawab. Beban sekali bawaannya. Alih-alih
menjawab, ditanya KAPAN WISUDA? justru membuat mahasiswa tingkat akhir yang
sudah kadaluarsa, abal-abal pula menjadi sakit sekali rasanya. Dan lebih
nyeseknya lagi, pertanyaan itu tidak hanya ditujukan oleh satu orang, melainkan
semua orang. Seperti orang-orang telah berkonspirasi untuk mengajukan
pertanyaan yang sama pada mahasiswa tingkat akhir yang sudah kadaluarsa,
abal-abal pula tatkala bertemu dengannya. Mulai dari keluarga (ayah, ibu,
kakak, ade, nenek, paman, bibi), saudara, kerabat dekat, kerabat jauh, tetangga A-Z,
rekan A-Z, teman (dari SD, SMP, SMA sampai kuliah), ibu kost sampai tukang parkir minimarket
nanya: KAPAN WISUDA?
Tak
bisa dipungkiri memang ditanya: KAPAN WISUDA? bikin hati sakit sekali. Rasanya ingin
bilang ke semua orang yang nanya buat ngambil pisau terus teriak sambil megang
dada, “Tusuk aja nih! Tusuk!” Kalau kata Kemal Palevi, sakitnya ditanya KAPAN
WISUDA? itu sudah kayak nembak cewek, tapi ditolak melulu. Eh, ternyata dia
udah jadian sama sahabat sendiri. Oh man,
sakitnya tuh disini!
Terus-terusan
dijejali pertanyaan yang sama seolah membuat hidup tak tenang. Di kosan gak
tenang, di kampus gak tenang, di rumahpun gak tenang. Bahkan ikut nimbrung
didunia mayapun sama, gak tenang. Menengok foto-foto teman-teman pakai toga
dengan begitu sumringahnya. Semakin nyesek rasanya hidup di dunia ini. Ternyata
hidup itu kejam, bro!
Namun
sesungguhnya, kalau kita tarik sedikit perspektif lain, tingkat sakit
hati ditanya KAPAN WISUDA? itu nggak ada apa-apanya. Karena masih banyak
pertanyaan “KAPAN LAIN” yang level sakitnya semakin sadis. Misalkan nanti sudah
wisuda, itu juga tidak akan membuat hidup menjadi tenang. Karena ada
pertanyaan “KAPAN LAIN” yang membuat sakit sampai ubun-ubun: KAPAN KERJA? Sesudah kerja dan
dapat pekerjaan yang nyamanpun tidak lantas membuat hidup menjadi lebih tenang. Karena masih ada pertanyaan “KAPAN LAIN” lagi yang menunggu: KAPAN KAWIN/NIKAH? Sesudah itupun pertanyaan masih tak berhenti dan tak kalah menyakitkan: KAPAN PUNYA ANAK? Tapi tenang
saja, nggak bakalan ada koq yang nanya: KAPAN MATI? LOL
Intinya,
ditanya KAPAN WISUDA? itu bukanlah masalah yang berarti. Hidup memang kejam,
tapi ini bukanlah akhir dunia. Kalau ditanya KAPAN WISUDA? saja sudah jatuh,
bagaimana nanti kalau dicecar pertanyaan “KAPAN LAIN” yang levelnya sudah masuk
level gore fisik dan psikis tingkat
tinggi?
Bukankah
setiap orang selalu punya kesempatan dan bisa mulai dari awal lagi? Jadi kenapa
tidak untuk mulai berdamai dengan pertanyaan KAPAN WISUDA? Balikan lagi sama
skripsi yang sudah dicampakan. Baikan lagi sama M.Word yang sudah terlupakan
sama film, anime, game dan lainnya. Tak perlu harus selalu sempurna, mulai saja
dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil dan mulai saat ini. Seperti kata AA
GYM.
Jadi,
KAPAN WISUDA, im?
___@##%**&#()@*$@^^##*__
0 comments
Post a Comment