Friday, February 27, 2015

Catatan Nonton #Februari’15

Masih melanjutkan edisi ‘Catatan Nonton’ seperti biasanya, kali ini kita berada pada bulan dimana ajang bergengsi Oscar di gelar. Dan tentunya, beberapa film yang masuk nominasi Oscar tak luput dari santapan saya di bulan ini. Andaikata beberapa film dibawah (Birdman & Whiplash) sudah saya tonton tahun lalu, besar kemungkinan masuk list daftar film terbaik saya tahun lalu. Namun itu tidaklah menjadi masalah karena pada akhirnya saya bisa nonton juga. Movie Of The Month edisi kali ini jatuh pada Best Picture Oscar tahun 2015, ‘Birdman’.
Ajang Oscar memang telah digelar beberapa hari yang lalu, tapi tidak ada salahnya jika pada edisi ‘Catatan Nonton’ kali ini saya kembali me-list daftar pemenang Oscar tahun 2015 seperti tahun lalu (Catatan Nonton #Februari'14). Dan berikut daftar lengkapnya. Selamat buat para pemenang!

Best Picture : Birdman
Best Actor : Eddie Redmayne (The Theory of Everything)
Best Actress : Julianne Moore (Still Alice)
Best Supporting Actor : J.K. Simmons (Whiplash)
Best Supporting Actress : Patricia Arquette (Boyhood)
Director : Alejandro González Iñárritu (Birdman)
Original Screenplay : Birdman
Adapted Screenplay : The Imitation Game
Animated Feature : Big Hero 6
Foreign Language Film : Ida
Cinematography : Birdman
Editing : Whiplash
Production Design : The Grand Budapest Hotel
Costume Design : The Grand Budapest Hotel
Make-up and Hairstyling : The Grand Budapest Hotel
Original Score : The Grand Budapest Hotel
Original Song : Glory (Selma)
Sound Mixing : Whiplash
Sound Editing : American Sniper
Visual Effects : Interstellar
Documentary Feature : Citizenfour
Documentary Short Subject : Crisis Hotline: Veterans Press 1
Animated Short Picture : Feast
Live Action Short Film : The Phone Call

Selanjutnya adalah kumpulan short review film yang saya tonton dalam ‘Catatan Nonton #Februari’15’. Check this out!

Birdman (2014) (05/02/15)
Short review:
Apa yang telah dilakukan Alejandro González Iñárritu dalam 'Birdman' adalah sesuatu yang langka. Pencapaian luar biasa juga ketika ia mampu menuangkan narasi sederhananya bersama teknik oner/long take rumit ala Emmanuel Lubezki. Pergerakan kamera yang sanggup menangkap setiap angle dan moment menjadi lebih hidup. Seperti versi upgrade dari teknik yang dipakai Alfred Hitchcock dalam 'Rope'. Sebuah komedi satir nan miris mengenai kehidupan seorang aktor yang tengah berjuang membangun karirnya kembali dalam pementasan Broadway. Supporting cast yang sanggup menunjukkan performa terbaiknya masing-masing. Kemiripan kisah Michael Keaton yang notabene adalah Batman era Tim Burton dengan sosok Riggan memberi keintiman sendiri dalam 'Birdman'. Sebuah film yang memang pantas bersaing di ajang sekaliber Oscar. Bahkan bisa saja 'Birdman' jadi juaranya.
Skor: 4,5/5

3 Idiots (2009) (09/02/15)
Short review:
Ada begitu banyak rasa ketika menyaksikan '3 Idiots'. Disatu saat kita bisa tertawa terbahak-bahak tapi disisi lain kita juga bisa ikut hanyut dalam perasaaan haru. Ada motivasi besar yang coba disebar dibalik kekonyolan dan kekocakan yang dihadirkan bersama template khas bollywood yang tak hilang disini (tari dan nyanyi). Plot dan narasinya yang mudah dicerna membuat '3 Idiots' terasa enjoyable walaupun punya durasi yang cukup panjang. Pemegang rekor box office di zamannya ini memang tontonan ringan yang sangat menghibur yang mampu memberi energi positif kepada penontonya disaat bersamaan.
Skor: 4/5

PK (2014) (11/02/15)
Short review:
Sudah menjadi resiko jika film yang memuat isu sensitif akan mengundang pergunjingan. Namun jika mau terbuka sedikit saja, sejatinya 'PK' adalah sebuah tipikal film komedi pengundang tawa biasa dengan nuansa bollywood-nya yang kental. Namun dengan isu sensitifnya, 'PK' memang membawa pesan satir yang menyentil kita-kita (manusia) dalam hubungannya dengan Tuhan. Dialog-dialog cerdas dan thought-provoking-nya (namun tak jarang menghadirkan kekonyolan) seakan memberi celah buat kita untuk sedikit merenung dan menertawakan diri sendiri. Menonton 'PK' juga seperti mengajak kita untuk melihat kembali fenomena-fenomena berdalih agama yang terjadi di negara kita. 'PK' menambah daftar panjang film bollywood bagus yang dibintangi Aamir Khan.
Skor: 4/5

Whiplash (2014) (17/02/15)
Short review:
Sepintas mungkin 'Whiplash' akan terlihat sebagai drama biasa. Tipikal from zero to hero yang mengambil perspektif seorang pemuda yang ingin menjadi drummer hebat. Dan beruntunglah, karena 'Whiplash' tidak berakhir demikian. Alih-alih menebarkan aura inspiratif, 'Whiplash' justru mencengkram sisi psikologis kita dalam balutan ketegangan yang emosional. Menelanjangi mindset kita tentang apa arti sebuah perjuangan. Kesederhanaan yang coba ditampilkannya menjadi begitu kompleks, sekompleks dan serumit musik jazz itu sendiri. Masih ada nilai plus dari sisi teknis yang ciamik disini. Dan tak lupa sisi musikalitasnya yang berhasil menyajikan persembahan musik jazz yang keren. Namun tentunya itu semua kurang berarti tanpa penampilan hebat dua pemerannya, Milles Teller dan J.K. Simmons.
Skor: 4,25/5

The Hunger Games: Mockingjay – Part I (2014) (18/02/15)
Short review:
Apakah menjadi sebuah tradisi ketika sebuah adaptasi young adult yang sudah memasuki bagian finalnya untuk dibagi menjadi dua bagian? Memang tidak ada salahnya ketika hal ini dimaksudkan untuk memperpanjang umur sebuah franchise sukses macam 'The Hunger Games' atau meraup pundi-pundi dolar. Namun agak sedikit disayangkan karena 'Mockingjay: Part 1' telah jauh menurunkan intensitas yang telah dibangun dalam 'Catching Fire'. Merubah semua tone yang telah tersemat menjadi depresif bermuatan politis. Walaupun tak berarti jelek namun ada ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan. Untungnya Jennifer Lawrence masih sanggup menunjukkan performa terbaiknya sebagai Katniss Everdeen.
Skor: 2,85/5

The Theory of Everything (2014) (18/02/15)
Short review:
Dan ini bukanlah sebuah biopik tentang bagaimana sepak terjang fisikawan jenius sekaligus atheist, Stephen Hawking dalam mengejawantahkan setiap jengkal buah pikirnya. 'The Theory of Everything' adalah drama romansa pahit-manis yang bisa membuka pandangan baru tentang cinta. Ada rasa hangat yang kentara dibalik getirnya kenyataan hidup Stephen & Jane Hawking. Hadir bersama visual & score cantik yang memberi nafas pada setiap moment yang ada. Sebuah drama yang punya kekuatan dari kualitas akting pemainnya. Nuansanya sedikit mengingatkan saya pada 'A Beautiful Mind'-nya Ron Howard. Hanya perjuangan menghilangkan halusinasi efek skizofrenia berganti menjadi usaha keras mencari "teori tentang segalanya" dibalik vonis motor neuron disease.
Skor: 3,75/5

Gambar dari sini.

0 comments