Saturday, July 4, 2015

Cinta?

Saya ingat waktu SMA, ada seseorang yang mengirim sms. Isi pesannya kira-kira seperti ini, “Love means to give, not to take”. Artinya, cinta berarti memberi bukan menerima. Saya juga ingat saat Remi mengucapkan kata-kata terakhir menjelang perpisahannya dengan Kugi di film ‘Perahu Kertas 2’ dengan kalimat seperti ini, “Cari orang yang bisa ngasih kamu segala-galanya, apapun itu, tanpa harus kamu minta!”
Ada satu benang merah yang bisa saya tarik tentang cinta dari dua kutipan diatas. Yakni cinta itu tentang memberi. Masalahnya adalah jika cinta itu memberi maka berapa banyak didunia ini yang harus kita berikan cinta. Belum lagi kita juga dituntut untuk memberi cinta sepenuh hati alias tidak setengah-setengah. Cinta yang full 100%.
Sudah jelas bahwa kita harus mencintai Allah. Disamping itu kita juga harus mencintai Rasul-Nya. Mencintai agama. Mencintai negara. Mencintai keluarga. Mencintai pasangan. Mencintai teman. Mencintai sesama. Mencintai lingkungan. Mencintai pekerjaan. Mencintai makhluk lainnya. Dan mencintai semua hal yang harus kita cintai. Terasa begitu rumit ketika terlalu banyak yang harus dicintai, sementara yang dicintai juga harus dicintai sepenuh hati dengan kadar 100%. Kalau sudah begitu, bagaimana cara kita memberi cinta pada semua yang harus dicintai itu?
Cinta pada dasarnya bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak tentu berbeda dengan sesuatu yang konkrit. Memberi dan membagi cinta tidak akan sama dengan membagi sepotong roti yang bagiannya akan semakin mengecil ketika semakin banyak orang yang harus diberi. Lantas bagaimana agar semua mendapat jatah cinta yang sama?
Mengenai hal ini, saya jadi teringat ucapan seorang anak kecil bernama Delisa dalam film ‘Hafalan Surat Delisa’. Dengan polos namun tulus ia berkata kepada ibunya, “Delisa cinta umi karena Allah!” Ucapan sederhana tadi seolah memberi sedikit persepsi akan hakikat memberi dan berbagi cinta.
Pada akhirnya, semua berujung pada Pencipta cinta itu sendiri. Ketika kita mencintai Sang Pencipta yakni Allah swt, maka dengan sendirinya, cinta kita kepada pihak lain akan mengalir tanpa harus memusingkan pembagian cinta seperti tadi. Dengan kata lain, kita mencintai pihak lain yang harus dicintai, tidak lain dan tidak bukan adalah dalam rangka memenuhi rasa cinta kita kepada Allah semata. Kita mencintai itu semua karena Allah. Memberi cinta yang tulus kepada Allah laksana anugerah yang semakin bertambah. Mencintai sepenuh hati kepada Allah, turut membawa cinta bagi yang lainnya. Ini terdengar lebih ringan dari sebelumnya.
 Jadi, sudah seberapa besarkah rasa cinta kita kepada Allah? Sudah sejauh manakah rasa cinta kita kepada Allah?

0 comments