Saya
ingat waktu SMA, ada seseorang yang mengirim sms. Isi pesannya kira-kira seperti
ini, “Love means to give, not to take”.
Artinya, cinta berarti memberi bukan menerima. Saya juga ingat saat Remi
mengucapkan kata-kata terakhir menjelang perpisahannya dengan Kugi di film
‘Perahu Kertas 2’ dengan kalimat seperti ini, “Cari orang yang bisa ngasih kamu segala-galanya, apapun itu, tanpa
harus kamu minta!”
Ada
satu benang merah yang bisa saya tarik tentang cinta dari dua kutipan diatas. Yakni
cinta itu tentang memberi. Masalahnya adalah jika cinta itu memberi maka berapa
banyak didunia ini yang harus kita berikan cinta. Belum lagi kita juga dituntut
untuk memberi cinta sepenuh hati alias tidak setengah-setengah. Cinta yang full 100%.
Sudah
jelas bahwa kita harus mencintai Allah. Disamping itu kita juga harus mencintai
Rasul-Nya. Mencintai agama. Mencintai negara. Mencintai keluarga. Mencintai
pasangan. Mencintai teman. Mencintai sesama. Mencintai lingkungan. Mencintai
pekerjaan. Mencintai makhluk lainnya. Dan mencintai semua hal yang harus kita
cintai. Terasa begitu rumit ketika terlalu banyak yang harus dicintai,
sementara yang dicintai juga harus dicintai sepenuh hati dengan kadar 100%. Kalau
sudah begitu, bagaimana cara kita memberi cinta pada semua yang harus dicintai
itu?
Cinta
pada dasarnya bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak tentu berbeda dengan
sesuatu yang konkrit. Memberi dan membagi cinta tidak akan sama dengan membagi
sepotong roti yang bagiannya akan semakin mengecil ketika semakin banyak orang
yang harus diberi. Lantas bagaimana agar semua mendapat jatah cinta yang sama?
Mengenai
hal ini, saya jadi teringat ucapan seorang anak kecil bernama Delisa dalam film
‘Hafalan Surat Delisa’. Dengan polos namun tulus ia berkata kepada ibunya, “Delisa cinta umi karena Allah!” Ucapan
sederhana tadi seolah memberi sedikit persepsi akan hakikat memberi dan berbagi
cinta.
Pada
akhirnya, semua berujung pada Pencipta cinta itu sendiri. Ketika kita mencintai
Sang Pencipta yakni Allah swt, maka dengan sendirinya, cinta kita kepada pihak
lain akan mengalir tanpa harus memusingkan pembagian cinta seperti tadi. Dengan
kata lain, kita mencintai pihak lain yang harus dicintai, tidak lain dan tidak
bukan adalah dalam rangka memenuhi rasa cinta kita kepada Allah semata. Kita
mencintai itu semua karena Allah. Memberi cinta yang tulus kepada Allah laksana
anugerah yang semakin bertambah. Mencintai sepenuh hati kepada Allah, turut
membawa cinta bagi yang lainnya. Ini terdengar lebih ringan dari sebelumnya.
Jadi,
sudah seberapa besarkah rasa cinta kita kepada Allah? Sudah sejauh manakah rasa
cinta kita kepada Allah?
0 comments
Post a Comment