“Mampu
bekerja keras adalah bakat terbaik”
– Hiroshi –
Handa
Seisshu boleh saja merasa dirinya berbakat dan terlahir sebagai seorang
kaligrafer tulen. Namun seorang pria tua bertongkat memiliki pandangan lain
tentang dirinya. Pada acara penganugerahan Eika Awards, si pria tua melontarkan
kritik tajamnya kepada Handa. Menyebut kaligrafi Handa terlampau sederhana, tak
berkarakter dan membosankan, membuat telinga Handa memanas. Tak terima dengan
ucapan si pria tua, jiwa muda nan labil Handa meradang. Pukulan telak pun
dialamatkan di wajah si pria tua yang tak berdaya. Insiden pemukulan tersebut mengharuskan
Handa tinggal sementara di pulau terpencil atas perintah ayahnya.
Ada
premis menarik yang ditawarkan anime yang disebut-sebut sebagai salah satu
anime musim panas terbaik tahun 2014 ini. Lewat premisnya, sudah cukup jelas
sekiranya mengenai tujuan apa yang ingin dicapai dan disampaikan kepada
penonton. Sebagai anime bergenre Slice of
Life, ‘Barakamon’ akan dipenuhi muatan-muatan moral bernilai dan inspiratif.
Dalam perjalanannya, ‘Barakamon’ tidak menjadi guru penceramah yang terus menerus
menjejali pelajaran-pelajaran hidup bagi penontonnya. ‘Barakamon’ justru hadir
dengan unsur komedi pemancing tawa yang dihadirkan para karakternya.
Gaya
hidup orang kota dan desa memang berbeda. Sedikit banyak, hal ini turut
mempengaruhi karakter masyarakat kota dan desa yang juga saling bertolak
belakang. Cara bersikap, berbicara dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
penduduk kota dan desa juga berbeda. Tak jarang bila seseorang melakukan
urbanisasi ke kota, ia akan mewarisi karakter masyarakat kota dimana ia
tinggal. Dan ketika ia kembali ke desa, ia akan dicap berbeda dan berubah oleh
masyarakat desa. Begitupun sebaliknya.
Kesan
individualistis erat dengan image masyarakat
kota. Sementara masyarakat desa lekat dengan kebersamaan, gotong royong dan hidup
bermasyarakat. Kesan mewah dan modern sangat erat di masyarakat kota. Sementara
masyarakat desa sangat dekat dengan kesederhanaan dan kebersahajaan. Sikap yang
berlebihan pada seorang pria tua bertongkat dianggap kurang pantas dilakukan
oleh seorang anak muda seperti Handa. Maka menjadi beralasan ketika sang ayah menghijrahkannya
untuk tinggal sementara di desa di pulau terpencil bernama Goto tersebut.
Selain mengasah kemampuannya menulis kaligrafi, hal penting lainnya adalah
merubah pribadi Handa menjadi lebih baik lewat pengalaman hidup yang didapatnya
di desa. Seperti yang pernah dilakukannya waktu muda dulu.
‘Barakamon’
adalah tentang Handa Seisshu. Maka tak heran bila sepanjang 12 (dua belas)
episode bergulir, karakter Handa terlihat begitu vokal dalam hal karakterisasi.
Hal ini memang disengaja, karena memang itulah tujuannya. Bagaimana perubahan karakter
Handa sebelum dan setelah tinggal di pulau tersebut. Biarpun begitu, dominasi
karakterisasi Handa disini tidak lantas menutup peran karakter-karakter
pendukungnya. Bahkan keberadaan mereka mempunyai peranan penting dalam terciptanya
perkembangan karakter pada diri Handa.
Pulau
Goto berhasil membawa perubahan karakter pada diri Handa. Hal-hal yang tak
pernah ia sadari, yang tak pernah ia pedulikan atau yang tak pernah ia
khawatirkan sewaktu hidup di Tokyo. Menjadi berarti ketika ia menjalaninya di
desa. Orang-orang seperti Naru, Miwa, Hiroshi dan tokoh-tokoh unik lainnya
menjadi pembeda bagi hidup Handa yang terlalu nyaman di Tokyo. Pengalaman hidup
dan kejadian yang dialaminya di desa tidak hanya menjadikannya dewasa dan
matang secara karakter tapi menjadikannya dewasa dalam berkarya.
Sebagai
penonton, kita seolah diajak bercermin dan melihat diri masing-masing ketika
melihat Handa menjalani hidup dengan segala problematikanya. Kesan inspiratif
pun muncul disini. Cukup terasa juga pesan moral yang ingin disampaikan lebih
mengena tanpa harus menggurui penontonnya. Berbicara komedinya, ‘Barakamon’
memang berhasil menyajikan unsur komedi yang bisa membuat tertawa. Walaupun
begitu, tak jarang selipan komedinya (yang kadang terlalu over) malah terlalu
bodoh dan annoying dimata saya. Ya,
mungkin ini hanya masalah selera saja.
Pada
setiap episodenya kita akan menemukan pola penceritaan yang sama. Bergantian
kita diajak melihat hidup dari sisi yang serius kemudian dibuat tertawa lagi
disisi yang hampir bersamaan. Seterusnya begitu, membuat pola penceritaan
‘Barakamon’ menjadi mudah tertebak. Karena akan ada saatnya moment insipiratif
atau haru muncul. Lalu pada saat yang hampir bersamaan kita dibuat tertawa lagi
oleh tingkah polah karakternya. Beruntung pengemasan cerita per episodenya cukup
berbeda. Sehingga secara keseluruhan, semuanya baik-baik saja. Episode pertama
adalah episode favorit saya.
Jauh
sebelum episode penutup, sebenarnya kita sudah tahu dan bisa menebak apa yang
akan terjadi pada diri Handa Seisshu dibagian akhir. Tapi tentu itu tidak
menjadi kekurangan ‘Barakamon’ ketika kita bisa melakukannya. Karena pada
dasarnya, ‘Barakamon’ memang lebih menekankan proses daripada hasil. Dan proses
itu berhasil dihadirkan dengan cukup menyenangkan oleh ‘Barakamon’.
Skor: 7.5/10
0 comments
Post a Comment