Wednesday, June 3, 2015

N-As (Need of “Asikment”)

Manusia itu harus punya tujuan hidup (KATANYA). Dan untuk mencapai tujuan itu, manusia harus mempunyai penggerak atau pendorongnya. Penggerak atau pendorong itu dinamakan motivasi. Motivasi sendiri bisa diartikan sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Para ahli telah banyak mengutarakan pendapatnya terkait definisi motivasi. Tapi itu tidak akan saya tulis disini, karena JELAS ini bukan tinjauan pustaka / kajian teori skripsi.
Isaac Newton dalam hukum gayanya yang terkenal (Hukum Newton) mengungkapkan, dimana hukum Newton I berbunyi: “Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan bergerak dengan kecepatan tetap”. Sederhananya, sebuah benda akan tetap diam bila tidak ada gaya yang menggerakkannya. Dengan kata lain, jika kita ingin menggerakkan sebuah benda maka harus ada gaya yang mendorong/menariknya untuk bergerak, berapapun besar gaya yang diberikan.
Setali tiga uang, begitu pula dengan hidup. Supaya hidup ini bergerak (dinamis) dan tidak “begini-begini aja” (statis) maka harus ada sesuatu yang menggerakkan. Harus ada gaya yang mendorong atau menariknya. Dan disitulah motivasi berperan. Motivasi antar individu memang berbeda-beda. Latar belakangnya pun berbeda-beda.
Seorang psikolog asal Amerika David McClelland mengungkapkan pendapatnya terkait hal ini. Menurut teori motivasinya yang dikenal sebagai teori motivasi kebutuhan (McClelland’s Theory of Needs), dia berpendapat bahwa manusia memiliki 3 (tiga) kebutuhan yang akan memotivasinya untuk melakukan sesuatu. Ketiga kebutuhan itu adalah kebutuhan pencapaian (Need for Achievement aka N-Ach), kebutuhan kekuatan (Need for Power aka N-Pow) dan kebutuhan hubungan (Need for Affiliation aka N-Aff).
Manusia tipikal N-Ach adalah para manusia yang menjadikan prestasi sebagai motivasi hidupnya. Mereka akan berjuang mati-matian karena terdorong keinginan kuat untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan atau melampaui pencapaian dirinya. Manusia-manusia N-Pow adalah mereka yang menjadikan kekuasaan sebagai motivasinya. Dalam dirinya tercermin keinginan kuat untuk memiliki pengaruh dan kendali atas orang lain. Orang-orang tipikal N-Pow biasanya cocok untuk jadi pemimpin (asal yang bener aja kalau jadi pemimpin, jangan kayak.... *ah sudahlah*). Sedangkan kebutuhan yang terakhir yaitu kebutuhan hubungan aka N-Aff. Kebutuhan ini mengacu pada kebutuhan seseorang untuk memperoleh hubungan sosial yang baik di lingkungannya. Menyukai situasi kooperatif dibanding kompetitif. Sederhananya, orang N-Aff itu senang berteman, bermitra atau bersahabat.
Bicara soal N-Aff, yang menjadikan hubungan (relationship) sebagai motivasinya memang sangat mudah ditemukan. Contohnya tak jauh-jauh, bila seorang insan terdorong hatinya untuk menjalin “hubungan” dengan seseorang yang lainnya, biasanya motivasinya akan meningkat dari biasanya. Seperti masuk sekolah atau kuliah jadi lebih rajin karena ada seseorang yang lain yang diharapkan akan menjalin sebuah “hubungan” dengannya. Bicara apa ini?
N-As?
Bukan. Bukan. N-As bukanlah kebutuhan yang diungkapkan McClelland dalam teorinya. Motivasi N-As adalah teori yang dibuat dadakan oleh gerombolan ‘5 cm’ untuk menggambarkan salah satu dari karakter tokoh mereka yang santai, tenang, tidak ada kuasa dan tidak ada yang dikejar. Orang-orang tipikal N-As adalah orang yang santai, tidak berambisi sama tujuan tertentu, tidak memiliki sesuatu yang dikejar. Pokoknya, hidupnya sudah lebih dari cukup, selama semuanya, hidupnya, baik-baik saja (dan pastinya asik-asik aja). Seperti definisi sederhana N-As sendiri yang diartikan sebagai “yang penting asik-asik aja”. Saya bingung apakah yang seperti ini masih bisa disebut motivasi atau tidak?
Walaupun teori McClelland sangatlah teoritis dan keilmuan, tapi teori absurd yang saya temukan dari buku Donny Dirghantoro ini juga ada benarnya (sepertinya). Karena ternyata, tidak semua orang memiliki motivasi karena pencapaian, kekuasaan atau hubungan. Contohnya yang ngetik tulisan ini (yang ternyata juga baru sadar dan merasa bahwa dia adalah golongan orang N-As). Pantas saja dia selalu tidak setuju dengan tagline snack yang berbunyi ‘Life is never flat’. Atau tagline kopi yang berbunyi ‘Karena hidup banyak rasa’. Makanya tak aneh bila dari zaman sekolah dulu warna baju yang dia punya cuma dua. Kalau tidak hitam, ya putih. Jangan-jangan warna yang dia tahu hanya dua itu saja. Jadi selama ini?
Entah hal itu berbahaya atau tidak tapi memang seperti itulah keadaannya. N-As (Need of “Asikment”). Merasa cukup dengan keadaan saat ini. Apa adanya. Lurus-lurus saja. Biasa saja. Tidak ada yang diada-adain, tidak pula sebaliknya. Kalau ada syukur, tidak juga tidak apa-apa. Tidak terlalu berambisi sama satu hal tertentu. Tapi (katanya) kalau sudah ada maunya (DAN ITU SERIUS!!!) apapun pasti dijabanin. Aral melintang bukanlah rintangan, semua pasti bisa dilewati. Namun hal itu sangat jarang. Jarang sekali. Satu dari sekian kemungkinan.
Dan selama hari-hari masih seperti biasanya. Tanpa masalah yang berarti. Selama jiwa dan raga masih sehat walafiat. Selama hubungan sama orang baik-baik saja. Selama laptop nya tidak rusak. Selama DVD dan hard disk yang isinya koleksi film semua itu tidak hilang. Selama masih bisa menulis di blog ini. Selama semua kebiasaannya masih bisa dilakukan. Selama apa yang dipunya masih ada. Maka selama itu pula semuanya baik-baik saja. Semuanya asik-asik aja.
Tidak ada sesuatu (prestige, goal) yang terlalu ingin dicapai. Tidak terlalu punya keinginan untuk berkuasa, menguasai dan memiliki kuasa. Atau tidak terlalu ingin untuk menjalin hubungan baru dengan seseorang yang lain. Memang terkadang itu kurang baik juga. Mungkin itu pula alasannya kenapa sampai sekarang, “YANG NAMANYA SKRIPSI” tak kunjung selesai dan tak jua berakhir. #hufftt

0 comments